-Max-
___
You must not know ‘bout me
You must not know ‘bout me
I could have another you in a minute
Matter fact she’ll be here in a minute, baby
You must not know ‘bout me
You must not know ‘bout me
I could have another you by tomorrow
So don’t you ever for a second get to thinking
You’re irreplaceable
Sudah setahun berlalu sejak aku dirawat di Singapura. Aku bosan disini. Hari-hariku hanya diisi dengan terapi-terapi ataupun perawatan yang kadang menyusahkan, bahkan menyakitkan. Tidak ada yang bisa menggantikan kesenanganku di Indonesia. Tetapi perjuanganku terbayar sudah. Setelah delapan bulan terapi, aku sudah mulai bisa berjalan. Bahkan sekarang aku sudah bisa berlari. Meskipun hanya disuport orangtua, aku tetap semangat untuk sembuh—tentu saja—siapa yang ingin lumpuh seumur hidup? Aku sudah sembuh total. Sudah kulewati masa-masa kelam dalam hidupku itu.
Aku kangen teman, saudara, dan tentu saja sahabat-sahabatku. Aku memang sengaja tidak mengabari mereka, ataupun menanyakan kabar mereka, agar mereka tidak khawatir padaku.
Namun aku menyesali keputusanku itu. Setelah setahun lost contact, aku melewatkan banyak sekali peristiwa dan berita.
Aku baru tahu Clive sekolah di Selandia Baru, tepatnya di kota Auckland. Aku diberitahu Santiago saat dia menjemputku minggu lalu. Santiago hampir putus—dengan alasan yang tidak jelas—dari Alma, sangat disayangkan. Kupikir mereka sangat cocok. Kyra? Aku belum mendengar kabar apapun dari dia. Aku hanya memberinya pesan singkat.
'Hey Ra, how are you?'
Aku bingung harus berkata apa. Aku takut salah ucap. Hanya itu yang berani kutanyakan. Hanya itu. Aku tidak ingin membuatnya kesal. Aku tidak ingin terlihat terlalu antusias terhadapnya.
Aku mendaftar di kampus yang kebetulan sama dengan kampus Kyra. Aku sangat senang ketika tidak sengaja melihat nama Kyra di papan pengumuman beasiswa. Aku memang tidak mendapatkan beasiswa, tetapi aku sudah sangat senang mengetahui Kyra sekampus denganku. Aku memang sudah melihatnya di hari pertama. Dia berjalan bersama seorang lelaki. Kupikir itu temannya, tapi ternyata aku salah.
___
Aku memutuskan untuk jalan-jalan hari ini. Sebenarnya aku sudah berencana makan siang dengan Clive dan Titi. Clive mengajak kami makan siang karena besok lusa dia sudah berangkat ke negara yang terdiri dari dua pulau besar dan beberapa pulau kecil tersebut, tetapi dia membatalkannya dengan alasan ada urusan, jadi makan siang kami diundur besok.
Salah satu ajudan Papi sedang mempersiapkan mobilku yang kotor karena sudah setahun tak kugunakan sementara aku mempersiapkan diri. Seperti biasa, aku memakai baju-baju kasual. Aku sangat benci formalitas. Hanya beberapa detik memilih dan selesailah aku. Jins putih Alexander Mcqueen, Nike grey-chartreuse New York City edition yang baru saja kubeli sebelum kembali ke Indonesia, juga jam tangan Tom Ford hadiah dari sepupuku di Kyoto, Jepang. Kaos putih bergambar I♡KL. Kubeli kaos itu di Kuala Lumpur dua tahun lalu. Aku membelinya bukan karena aku suka dengan ibukota negeri jiran tersebut, tetapi karena KL sama dengan inisial nama Kyra, Kyra Lucetta. Terdengar bodoh kan? Tetapi aku suka makna dibaliknya.
Kyra, Kyra, Kyra. Kapan kamu bisa peka? Sudah empat tahun aku memberikan perhatian lebih untukmu, tetapi kamu menganggapnya angin lalu, seperti semua orang sama saja dihadapanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dawn: find, hope, let go (Indonesia)
Teen FictionBagaimana bisa aku jatuh cinta kepada orang yang seharusnya tak kucintai. Bagaimana bisa aku bertahan selama ini. Apakah aku sudah kebal akan kepahitan yang kurasakan akibat kecuekanmu? Walaupun pada akhirnya aku tahu aku akan dikecewakan, bolehkah...