H: Hocus

209 20 4
                                    

-Kyra-

___

R.I.P. to the girl you used to see

Her days are over, baby she's over

(I-I-I'm ready for ya)

I decided to give you all of me

Baby come closer, baby come closer

(I-I-I'm ready for ya)

Aku senang. Aku gembira. Hidupku sangat menyenangkan saat ini.Blake selalu menemani hari-hariku. Dia satu-satunya salasan aku masih rela bangun untuk kuliah setiap harinya.

Di sisi lain, aku sangatlah bosan dengan hidupku. Aku stress dengan kehiduoanku sekarang. Dunia arsitektur yang kupelajari sangatlah membosankan. Aku sangat tidak betah masuk di jurusan ini. Jujur saja, kalau ada pilihan dibolehkan tidak kuliah, aku akan seratus persen memilih pilihan itu. Bahkan saat ini, jujur saja, the only reason why I'm still studying this thing is my daddy!. Ayahku selalu memaksaku untuk meneruskan usahanya-dimulai dengan aku disuruh masuk jurusan arsitek-yang membuatku sangat kesal. Aku bahkan dipaksa dan diancam. Ayahku memang sangat keras. Aku diharuskan meneruskan usahanya karena awalnya, Kak Keagen tidak berhasil masuk jurusan ilmu pengetahuan alam saat sma dulu, dan akhirnya dia masuk sastra inggris. Hal itu menyebabkan aku-yang memang anak ipa-diharuskan masuk arsitek meskipun aku ini cewek. Kuulangi. Cewek! Betapa naasnya aku ini. Kalau tidak ada usaha Ayah yang bisa kuteruskan, aku pasti akan berakhir sama menganggurnya dengan para pemalas di luar sana.

Hari ini aku tidak terlalu sibuk. Aku bahkan tidak ada jadwal kuliah hari ini. Pas sekali, karena aku benar-benar berusaha untuk bisa serelax mungkin. Aku menonaktifkan iphone-ku seharian penuh, tidak mau terganggu apapun. Aku mengurung diri di kamar dan hanya keluar jika butuh camilan. Aku menyalakan ipod-ku dan terdengar lagu Am I Wrong-nya Nico & Vinz. Seharian ini kuisi dengan main beberapa game sambil mendengarkan lagu. Saat bosan pun aku juga menonton beberapa film seperti menonton That Awkward Moment-nya Zac Effron dan 22 Jump street-nya Channing Tatum. Setelah dua belas jam mengurung diri, aku keluar untuk makan keluar bersama Kak Keagen. Aku semangat ketika mendengar dia membelikan makanan favoritku. Soto, makanan tradisional Indonesia yang sangat kusukai. Sepertinya aku sudah lama sekali tidak merasakan makanan ini. Lagi asik-asiknya makan, Ayah tiba-tiba datang.

"Ky, nama lengkap pacarmu itu Blake siapa?" Tanyanya serius. Aku bingung, memang kenapa? Apa Ayah mau men-stalk Blake? Atau Ayah sebenarnya kenal dengan Orangtuanya?

"Hmm, Blake Mederic Shay. Emang napa yah?" Jawabku ragu. Kak Keagen juga sepertinya sudah penasaran dengan arah pembicaraan ayah.

"Lihat ini." Ayah menyerahkan koran yang sedari tadi dipegangnya kepadaku. Aku mengambil minum sambil mencari apa yang harus kulihat di koran ini.

"Baca yang ini" dia menunjuk bagian kanan bawah lembar koran. Aku tersedak saat membacanya.

'Putra Tunggal Pemilik Shay Electronics terlibat Penjualan Gelap Narkoba'

___

Blake Mederic Shay, anak Tunggal pasangan Bob Shay dan Brandy Shay, pemilik Shay Electronics ikut dalam jaringan pengedaran narkoba. Diduga keras penggelapan ini sudah dilakukan.....

Kulempar begitu saja koran yang Ayah berikan sampai di ujung ruangan. Aku tidak tahan lagi. Betapa bodohnya aku. Jadi selama ini, dibalik setiap kelakuan baiknya ada perilaku menjijikan? Oh God. Aku mengambil iphone yang sudah seharian tidak kusentuh sama sekali. Begitu kunyalakan, sudah banyak sekali missed call dan notificatiiion yang masuk. Aku berniat bercerita pada Max tentang ini. Kulihat delapan dari puluhan missed call yang ada adalah dari Max. Aku langsung menghubunginya dengan keadaan air mata masih bercucuran di wajahku. Beberapa detik kemudian langsung terdengar suara yang entah mengapa kurindukan.

"Ra, kamu kenapa? Ditelpon kok gak bisa-bisa? Are you okay?"

"No Max." suaraku terdengar sangat menyedihkan. Nyaris tidak jelas karena suara tangisanku.

"Is it about the news? Kamu udah denger?" tanyanya tepat sasaran.

"...." aku bahkan tak sanggup menjawabnya. Tangisku semakin menjadi-jadi. Bagaimana dia bisa tahu? Apakah semua orang sudah tahu?

"Ra, are you there? Yoo need some help? Aku bisa kesana kalau kamu butuh aku."

"Nope." seperrtinya suaraku nyaris tak terrrdengar karena Max langsung menjawabnya sendiri.

"Okay Ra, lima menit lagi gue udah sampai rumah lo." dan terdengar bunyi tut tut menanddakan sambungan telepon telah diputus.

___

"Ra, keep calm. Jangan nangis terus."

"Gimana cara gue ga nangis hah? Lo pikir dibohongin itu gak sedih?? Bayangin deh kalo elo jadi gue."

"Terus kamu mau sampai kapan gini terus. Dia sudah ditahan polisi kan? Lo masih punya gue, lo masih punya temen-temen, lo masih punya keluarga yang tetep sayang sama elo Ra, we'll never let you down."

"But I still love him, Max. Gue masih..."

"Now, let me ask you a question. A simple one. Buat apa lo bertahan, berjuang mati-matian, cuma buat bajingan yang jelas-jelas bikin elo sedih terus. Udah deh, percaya gue. Orang kayak gitu gak pantes lo perjuangin. Buang-buang waktu ama tenaga tau gak!"

___

Percakapan dengan Max tadi malam masih terngiang-ngiang di kepalaku. Perkataannya memang ada benarnya. Betapa baiknya dia.

Akhir-akhir ini, aku sering sekali kesusahan melihat saat malam hari. Aku tidak tahu kenapa. Aku juga pernah mengalami gangguan saat siang hari. Pengelihatanku seperti menghitam dan mengecil. Awalnya memang tidak kuhiraukan, sampai suatu kejadian yang membuatku sangat malu.

Malam itu aku masih di kampus. Aku baru saja menyelesaikan beberapa tugas dari dosen yang super ribet. Ada aja yang kurang setiap waktu pengumpulan. Aku berjalan menuju parkiran dengan membawa beberapa buku kupegang dan tas di punggungku. Suasana lumayan gelap waktu itu. Aku berjalan dan mulai merasa pengelihatanku mulai berkurang. Kupercepat langkahku dan tanpa sadar aku menabrak seorang satpam. Lantas aku jatuh dan bisa ditebak akhir ceritanya. Aku malu karena ada beberapa pasang mata yang melihatku saat itu.

Memang pengelihatanku tidak selalu terganggu. Tetapi aku mulai sadar bahwa nanti akan sangat membahayakan ketika aku menyetir misalnya. Aku sudah mencari dokter mata dan membuat jadwal untuk besok lusa.

Dan, hari pemeriksaan pun tiba.

Aku datang ke Epox Hospitals untuk bertemu Dokter Danielle. Dua jam habis untuk mengantri, satu jam pemeriksaan.

Selagi menunggu hasil dari dokter, aku membalas chat dari Santiago.

'Ra, lo dimana?'

'Gue di dokter mata, periksa aja. Ngantrinya lama banget.'

'Emang kenapa mata lo?'

'Gatau deh. Baik-baik aja kok. Hahaa...'

Sesaat setelah aku mengirim chat terakhirku, Dokter Danielle menunjukkan hasil pemeriksaan mataku.

Dan sesaat setelah dia menjelaskan beberapa lembar kertas rumit itu, aku langsung menarik kata-kataku ke Titi tadi.

'Ti, mata gue.......'

___

Okay I'M BACK! It's been a while ya. hahaa..sorry bangat baru bisa update sekarang. Author lagi sibuk-sibuknya di sekolah nih. So, wonder whats happen with Kyra? Kok pada sakit-sakit semua sih? Tunggu aja next chapter. Keep following LD ya, I need your vomments too! Next Chapter author usahain banget supaya cepet. Thanks for the 1,2k and 100votes!!! happy reading:D

Last Dawn: find, hope, let go (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang