Serpihan 6

2K 238 16
                                    

WARNING TYPO BERTEBARAN!

AUTHOR POV

Yuki mengigit bibir bawahnya. Sedari tadi matanya terus menatap layar hanphone yang menunjukkan nomer seorang laki-laki. Siapa lagi kalau bukan Abi.

Pikirannya dari tadi terus bergejolak memikirkan ingin menanyakan sesuatu pada laki-laki itu lewat chat, tetapi sayanganya gadis seperti Yuki sama sekali tak memiliki keberanian untuk melakukannya. Bagaimana bila chatnya ternyata malah menganggu kesibukan laki-laki itu? Atau bagaimana bila laki-laki itu hanya membaca pesannya? 

Bahkan hampir setengah jam sudah, gadis itu hanya mampu melihat layar handphonenya. Jari-jarinya sebenarnya sudah siap menuliskan sesuatu, tetapi tetap saja Yuki masih cemas dengan pikirannya itu.

Hingga tiba-tiba terbesit ide dalam benaknya. Tentu saja, kenapa dari tadi dia tidak bertanya pada Gilang saja? Aduh, Yuki kenapa kamu jadi lemot begini kalau tentang laki-laki ya?

Yuki segera menuju ke ruang keluarga. Disana Gilang sedang sibuk menonton acara tv sambil memainkan handphonenya. Yuki langsung mengambil tempat duduk di samping Gilang.

"Bang Gilang, Yuki boleh nanya sesuatu nggak?"

"Tumben amat pake izin segala, pasti tentang Abi kan?" jawabnya tanpa memandang ke arah Yuki.

"Kok Abang bisa tahu?"

"Apaan sih yang Abang nggak tahu tentang kamu. Abang bakal jawab pertanyaanmu itu asal beliin bubur ayam dulu buat Abang."

Yuki mendesah kesal. "Yee.. emang ada maunya sih Abang. Beli sendiri aja kali kenapa harus nyuruh-nyuruh Yuki segala sih?"

"Kamu nggak lihat apa Abang lagi sibuk nih jawab pesan dari klien. Lagian kalau kamu beliin Abang bubur ayam, Abang janji bakal jawab 1000 pertanyaan tentang A-B-I," ucapnya sambil mengeja nama Abi lalu terkekeh.

Yuki memutar bola matanya kesal. "Oke, Yuki beliin tapi pake uang Abang."

Gilang langsung memberikan uang untuk Yuki. "Nih, bubur ayam istimewa nggak usah pake kacang tapi pake hati."

"Serah deh. Yuki pergi dulu. Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam."

Yuki segera berjalan menuju warung bubur ayam di persimpangan jalan hingga dia sampai di warungnya. Yuki pun memesan bubur ayam sesuai pesanan Abangnya lalu duduk menunggu. Saat menunggu itulah, matanya tiba-tiba menangkap sosok perempuan berjilbab yang juga masuk ke warung bubur itu.

Yuki langsung mengenali siapa sosok itu. "Mbak Nindya!" panggilnya.

Perempuan yang dipanggil Yuki itu pun langsung menoleh ke arah Yuki. Yuki langsung menghampiri perempuan itu dan memeluknya. "Masya Allah, lama nggak ketemu ya, Mbak. Mbak Nindya gimana kabarnya sekarang?"

"Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri gimana?" tanya Nindya. Yuki tersenyum mengingat wanita itu masih sama seperti saat mereka bertemu pertamakali, masih cantik dan lembut.

Yuki sendiri bertemu dengan Nindya saat di SMA. Nindya adalah kakak kelas Yuki dan mereka saling mengenal saat Yuki masuk organisasi kerohanian Islam di SMA. Meski sebenarnya sebelum masuk organisasi itu pun, Yuki sudah tahu Nindya karena sejak awal perempuan itu adalah sosok yang terkenal di sekolah.

Bagaimana tidak, Nindya bahkan sering membanggakaan sekolah dengan berbagai prestasi yang pernah diraihnya ditambah wajah cantik milik perempuan itu yang rumornya selalu membuat siswa laki-laki yang patah hati karena selalu ditolak olehnya.

"Alhamdulillah, baik juga, Mbak. Yuki senang deh bisa ketemu Mbak disini. Oya denger-denger, Mbak mau nikah ya?"

Perempuan itu mengangguk. "Insya Allah, minggu depan. Kamu harus datang ya besok?"

Jodoh untuk Abi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang