Chapter 1

1.7K 136 15
                                    

Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Luhan sekarang selain rasa takut dan kegugupan yang menyesakkan dada. Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan takutnya makin memuncak.

Ibunya, yang menyetir di sebelahnya tampak tenang dan bahagia, tentu saja, kemewahan ini akan menjadi kehidupan barunya, hal yang diimpi-impikannya sejak dulu.

Lagipula ibunya tidak perlu mencemaskan penampilannya, ia selalu terlihat cantik, muda, dan wangi, tidak pernah berubah sampai sekarang.

Ibunya melahirkan Luhan saat berusia sangat muda, 16 tahun. Dan sekarang di usia Luhan yang sudah 20 tahun, selisih usia itu sama sekali tidak kelihatan, mereka terlihat seumuran.

Apalagi Luhan selalu mengenakan pakaian konservatif yang cenderung kusam tapi nyaman digunakan, sedangkan ibunya memilih berpakaian seksi dan penuh gaya. Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Luhan menarik napas sambil mengamati dirinya sendiri.

Dia tadi berdiri lama di depan lemari pakaiannya mencoba menemukan gaunnya yang terbaik, tetapi ternyata dia tidak punya satu gaun pun yang baik.

Gajinya sebagai staff administrasi biasa di sebuah biro wisata sama sekali tidak memungkinkannya membeli banyak pakaian. Dan ibunya sama sekali tidak bisa diharapkan.

Bae Irene, ibunya melahirkannya karena kesalahan remaja di masa lalu, jadi dia tidak punya ayah yang mengakuinya.

Irene lalu meninggalkannya begitu saja, menitipkannya kepada kedua orangtuanya, lalu pergi merantau ke luar kota untuk melupakan masa lalu dan melanjutkan sekolah.

Sejak saat itu Luhan dan Irene hanya bertemu saat Irene pulang liburan ke rumah.

Luhan tidak pernah menganggap Irene sebagai ibunya, karena Irene tidak mau dipanggil ibu, karena bagi Luhan orangtua sejatinya adalah kakek dan neneknya yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang sejak ia lahir sampai dia beranjak dewasa.

Lalu setelah dua tahun lalu, kakeknya meninggal dunia, disusul neneknya setahun kemudian. Luhan tetap tidak menggantungkan diri kepada ibunya, toh Irene juga tidak peduli.

Luhan menghidupi dirinya sendiri dan sama sekali tidak ingin terlibat dalam kehidupan ibunya yang saat itu sudah menjadi aktris ternama.

Sampai suatu ketika Irene menghubunginya, mengatakan bahwa dia akan menikah dengan salah satu konglomerat paling kaya dan paling ternama.

Seorang lelaki yang berusia 4 tahun lebih muda darinya, dan mengundang Luhan untuk turut serta dalam persiapan acara pernikahannya.

"Bagaimanapun juga, meski kau adalah sebuah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu, kau adalah anakku," gumam Irene dengan logat seksinya. Sambil mengoleskan lipstik pada bibirnya yang indah pada pertemuan makan siang mereka setelah dua tahun lamanya tidak berjumpa.

"Lagipula, aku terlanjur menceritakan tentangmu pada Sehun, tidak sengaja tentunya, tapi siapa yang bisa membohongi Sehun? Dia tahu segalanya...," Irene tersenyum menerawang seperti orang dimabuk kepayang, "Dan Sehun ingin melihatmu."

Jadi karena calon suaminya yang kaya itu ingin melihatku? Bukan karena dia ingin bersamaku di saat-saat bahagianya? Luhan menyimpulkan dalam hati, dan seberkas rasa nyeri mengalir di dadanya.

Memang dia sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari Irene, wanita itu terlalu egois untuk memikirkan siapapun selain dirinya sendiri. Tetapi kadangkala ada sedikit rasa di hatinya, yang ingin dicintai sebagai seorang anak.

Dan disinilah dia, datang dengan ibunya, yang begitu cantik dengan gaun sutra keemasan seperti sampanye, rambut tatanan salon, kulit selembut satin dan aroma minyak wangi mahal.

From The Darkest Side (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang