Chapter 5

607 85 3
                                    

Debar di jantung Luhan makin kencang. Perasaan ini sama seperti perasaan seekor tikus yang terperangkap dalam cengkeraman kucing besar.

Kucing itu tidak ingin memakannya dulu, dia lebih memilih bermain-main dengan korbannya, membuatnya kaku ketakutan, sebelum menelannya bulat-bulat.
“Ti…tidak, saya hanya sedikit lelah..”

“Kau sudah tidur seharian ini, tidak mungkin kau lelah.” Sehun masih berbisik pelan di telinga Luhan. Lalu tanpa disangka-sangka, lelaki itu menunduk makin dalam, jemarinya menyingkap leher gaun Luhan sehingga menampakkan pundaknya yang rapuh.

Dengan gerakan sensual yang mengancam, lelaki itu mengecup pundak Luhan, ringan bagaikan kupu-kupu, tapi membuat Luhan gemetaran.

“Kau bisa menemaniku bercakap-cakap malam ini. Aku kesepian.”

Apakah lelaki ini mabuk? Luhan bertanya-tanya. Tubuhnya gemetar ketakutan. Ingin melepaskan diri, tetapi terhimpit oleh Sehun di pintu.

Dia takut lelaki ini berbuat kasar kepadanya, karena sepertinya lelaki ini dalam suasana hati yang buruk.
“Lepaskan saya Sehun.” Suara Luhan pelan, dan gemetar, tetapi dia berusaha terdengar tegas.

Sehun terkekeh pelan di belakang Luhan. Tetapi lelaki itu melangkah mundur satu langkah dan melepaskan Luhan.

Membuat Luhan langsung menghembuskan napas lega merasakan tubuh Sehun menjauh.
“Selamat beristirahat Luhan …”

Luhan tidak sempat mendengarkan lagi. Dia langsung membuka pintu ruang makan itu dan setengah berlari ke kamarnya. Dengan tergesa dikuncinya pintu kamarnya, lalu bersandar dipintu itu dengan ketakutan.

Aura lelaki itu berbeda, ada nuansa kejam di sama. Sehun yang diruang makan tadi mirip sekali dengan Sehun dalam mimpi Luhan beberapa waktu lalu…. Lelaki yang mengatakan bahwa namanya adalah YeonSeok…

Luhan memandang ke sekeliling ruangan. Setelah memastikan bahwa pintunya terkunci rapat, dia melangkah ke ranjang dan duduk di sana dengan gelisah. Ini tidak bisa dilanjutkan. Dia tidak bisa tinggal di rumah ini.

Ada sesuatu yang gelap dan misterius yang menghantui rumah ini. Membuatnya merasa diawasi, merasa tidak tenang setiap saat. Luhan harus keluar dari rumah ini, dia mungkin bisa menemukan teman di daerah terpencil yang bisa menampungnya, jauh dari jangkauan para wartawan. Ya, sebesar apapun resikonya, Luhan merasa dia harus segera pergi dari rumah ini.

*
*
*
*


Ketukan di pintu kamarnya membuat Luhan terbangun dari tidur lelapnya. Dia membuka matanya dan mengerjap merasakan terpaan sinar matahari menyilaukannya. Astaga.. sudah jam berapa ini?

Sepertinya karena semalam dia lama tidak bisa tidur, jadi dia bangun kesiangan. Dengan gugup dia duduk di ranjangnya. Ketukan itu terdengar lagi, membuat Luhan waspada. Dia memang sengaja mengunci pintunya, hanya sekedar berjaga-jaga atas ketakutan yang tidak bisa dijelaskannya.

“Siapa?”

“Ini DongHyuk.” Suara DongHyuk sang kepala pelayan terdengar di luar.
“Tuan Sehun meminta saya memastikan anda baik-baik saja, karena anda tidak turun untuk sarapan.”

“Saya.. saya baik-baik saja.” Luhan  merapikan rambutnya dan memastikan piyamanya rapi, lalu melangkah turun dari ranjang dan membuka kunci pintu. DongHyuk tampak berdiri di sana dengan ekspresi datarnya.

“Saya bangun kesiangan, mungkin karena pengaruh obat dari dokter, maafkan saya tidak turun untuk makan malam.” Luhan tersenyum meminta maaf kepada DongHyuk.

From The Darkest Side (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang