Chapter 18

440 72 44
                                    

"Apakah.... apakah kau menginginkan Yeonseok kembali?”

Luhan tersenyum, “Semua orang pasti akan bilang aku bodoh dan terlalu mengambil resiko. Tetapi ya... aku menginginkan Yeonseok kembali. Aku ingin ada saatnya Sehun dan Yeonseok berdamai, saling berkompromi. Dan aku akan mencintai mereka berdua.”

Sehun tersenyum, tiba-tiba senyum itu berubah menjadi senyuman khas yang dingin. “Hati-hati dengan permohonanmu, Luhan...karena jika itu terkabul, kau harus menanggung akibatnya.”

Jantung Luhan langsung berdebar kencang. Dia menoleh ke arah Sehun dan menatap wajahnya cermat.

Sekarang dia bisa mengetahuinya, dia bisa mengenali dan membedakan Sehun dan Yeonseok dengan jelas. Jika mereka melakukan ‘switching’ dalam beberapa detikpun, Luhan akan bisa mengenalinya.

“Yeonseok...” Luhan bergumam mantap, berusaha menahan senyumnya karena pengenalan itu. “Kau... kau tidak lenyap? Sehun bilang dia tidak bisa merasakanmu...”

“Tadinya aku memutuskan akan diam dan lenyap. Karena kupikir itu yang kau inginkan.” Yeonseok menatap Luhan dalam-dalam.

“Tetapi Sehun memanggilku dan mengatakan bahwa kau.... kau menginginkanku kembali. Kenapa Luhan? Bukankah kau menginginkanku lenyap?”

Luhan menggelengkan kepalanya, “Tidak, tidak lagi. Aku...” tiba-tiba pipi Luhan memerah, dia telah mengatakan bahwa dia mencintai Yeonseok tanpa tahu bagaimana perasaan  lelaki itu kepadanya.

Yeonseok bisa saja belum berubah, masih jahat dan kejam. Mungkin saja lelaki itu akan memanfaatkan perasaannya untuk mendominasinya. Bagaimana kalau itu terjadi?.

Ditatapnya Yeonseok dengan ragu, lelaki itu masih menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca. “Aku tidak menginginkanmu lenyap, Yeonseok.” Akhirnya Luhan bisa berkata.

Yeonseok tampaknya masih belum puas, “Apakah karena kau merasa bersalah, karena aku menyelamatkanmu dari kecelakaan itu?”

“Bukan.” Luhan mengamati Yeonseok yang sekarang duduk dengan ragu di depannya, lelaki ini begitu frustrasi untuk mendapatkan jawaban.

Tiba-tiba terbayang di benak Luhan, lelaki kecil yang menahankan pukulan-pukulan ayahnya, meringkuk sendirian di malam hari, merasa sakit dan kesepian, merasa tidak diinginkan oleh siapapun.

“Aku pernah mengatakan bahwa aku tidak menginginkanmu Yeonseok. Tetapi aku salah, Aku menginginkanmu.”

Seketika itu juga topeng dingin di wajah Yeonseok runtuh, dia menatap Luhan, seolah-olah takjub dan tak percaya, “Kau menginginkanku?”

“Ya Yeonseok.”

“Tetapi tanganku ini penuh darah.” Yeonseok menatap Luhan, “Aku kejam dan jahat dan semua orang takut padaku.”

“Kau tidak bisa membuatku takut padamu lagi.” Luhan menyipitkan matanya, “Kecuali kalau kau mengacung-acungkan pisaumu di depan mataku.”

Yeonseok tersenyum, “Aku tidak akan mengacung-acungkan pisau di depan matamu.” Lalu wajahnya tampak sedih. “Tetapi akulah orang yang bertanggungjawab karena telah merenggut seluruh keluargamu darimu.”

“Kau membunuh kakek dan nenekku.”

“Ya.” Yeonseok menyipitkan matanya. “Aku tahu aku tidak termaafkan.”

“Memang.” Luhan menatap Yeonseok sedih, “Aku masih marah kepadamu mengenai itu. Dan kau membunuh ayahku, Bogum.”

“Sebenarnya Bogum tidak masuk rencana. Tetapi tanpa kuduga dia ikut ke mobil itu.” Yeonseok memandang Luhan dengan serius. “Aku minta maaf Luhan atas semua kejahatan yang kulakukan kepadamu dan keluargamu.”

From The Darkest Side (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang