Tidak bisa Jisoo pungkiri kenapa ia bisa terlambat di pagi yang menentukan ini.
Dia harus bergegas cepat untuk melakukan sebuah interview di kantor yang hingga saat ini menjadi kantor idamannya. Bekerja di Youth Corporation memanglah menjadi harapan banyak orang. Selain para pekerja yang tampan dan cantik, kantor ini memang memiliki banyak orang-orang hebat di dalamnya. Para pekerja yang profesional dan bayarannya pun cukup besar. Intinya, kantor ini memiliki banyak keunggulan dibanding kantor lain.
Jisoo menghela napas panjang ketika ia tidak sengaja menabrak seorang gadis kecil yang sedang bermain di taman kantor tersebut. Gadis kecil itu memang tidak menangis, tapi lututnya terluka akibat tabrakannya tadi. Tentu Jisoo harus bertanggung jawab, kan?
Laki-laki manis itu segera menghampiri bocah perempuan yang masih memeluk bonekanya dengan posisi tengkurap. Mengajak si bocah untuk bangun dan memeriksa kondisinya sebelum Jisoo pergi. Dia menghela napas lega ketika menemukan sebuah luka gores yang tidak terlalu dalam. Gadis kecil itu memperhatikan Jisoo dengan seksama.
Buru-buru Jisoo mengeluarkan antiseptik dari dalam tas kecil yang ia bawa. Dia memang sering membawa berbagai obat di dalam tas, dari obat demam sampai obat tetes mata. Semuanya tersedia di dalam tas miliknya. Jisoo meminta anak itu untuk tenang selama ia membersihkan luka. Sesekali Jisoo mengajak si bocah berbicara untuk membuat ia lupa akan rasa sakit yang ia rasakan.
"Namamu siapa, dik?" tanya Jisoo dengan senyum manis di bibirnya.
"Namaku Jazlyn Lee. Papaku bekerja di kantor besar itu."
Jisoo mengangguk. Dia merekatkan plester bergambar boneka di lutut Jazlyn "Ah, begitu. Kakak juga akan melamar pekerjaan di sana. Semoga kakak bisa berteman dengan papamu, ya."
Jisoo terkejut ketika mendapati makhluk kecil itu menggeleng tidak setuju. Wajah Jazlyn tampak berubah ketika ia mendengar ucapan Jisoo. Apakah ini pertanda bahwa ia sudah ditolak?
Gadis kecil itu tiba-tiba memeluk Jisoo. Mendusel di dada kecilnya sambil menggumamkan satu kalimat yang berhasil membuat mata Jisoo terbelalak. "Aku maunya kakak jadi mamaku saja. Wajah kakak mirip sekali dengan mendiang mama Shua. Jadi mama Jessie saja, ya? Nanti Jessie akan kenalkan papa untuk kakak."
-My Coldest Boss-
Jisoo sekarang malah menghabiskan makan siangnya untuk menemani Jazlyn di kafetaria kantor. Sejak kejadian di ruangan interview tadi, gadis kecil itu sama sekali tidak ingin Jisoo menjauh darinya. Dia mengajak Jisoo untuk bermain boneka di sebuah ruang bermain yang tersedia di dalam kantor. Sesekali Jazlyn juga bercerita tentang ibunya yang sudah meninggal sejak ia dilahirkan. Banyak cerita yang mereka tukar hari ini. Dan siapa sangka, Jisoo dan Jazlyn bisa akrab dalam waktu yang singkat.
Jisoo tetap ditolak dari Youth Corporation. Dia dinyatakan tidak memenuhi syarat karyawan oleh pria bangir yang menjadi petinggi perusahaan, sekaligus sebagai ayah kandung dari Jazlyn.
Jisoo cukup terhibur dengan celotehan Jazlyn yang kelewat polos. Rasa sedihnya menguap seketika saat melihat gadis kecil itu terus mengoceh. Sangat cerewet, namun Jisoo benar-benar sangat terhibur dengan keberadaan Jazlyn.
Jisoo menyeka saus tomat yang ada di sudut bibir Jazlyn. Gigi kelincinya terlihat manis ketika menanggapi dengan celotehan lucu yang membuat Jisoo merasa gemas. Dia seperti mengingat Hansol saat laki-laki itu masih kecil. Ah, Jisoo jadi rindu adik kandungnya yang sedang menuntut ilmu di negeri Paman Sam.
"Wah, Jessie makannya banyak sekali! Hebat!" Jisoo memuji Jazlyn dengan sebuah tepukan tangan.
Jazlyn tampak senang ketika ada yang memujinya. "Terima kasih, mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Boss | Seoksoo [✔]
Fiksi PenggemarAwalnya ingin menjadi pekerja kantoran, tapi malah berakhir menjadi seorang baby sitter! Hong Jisoo rupanya harus membanting tulang untuk mencari pekerjaan di tengah sulitnya persaingan di ibukota. Mimpinya adalah bekerja di sebuah perusahaan besar...