Kedua : Hinaan

2.4K 318 107
                                    

Happy Reading~ ^^

Seulgi Side

"Seulgi?"

Lamunanku terhenti saat mendengar seseorang memanggil namaku.

Ah, bodoh; untuk apa aku memikirkan hal itu lagi, sih? Saat pertama kalinya aku merasakan getaran didalam dadaku.

Pertama kalinya aku merasakan jatuh cinta dengan sahabatku sendiri.

Yang sialnya adalah seorang wanita, sama sepertiku.

Menoleh malas, aku sedikit terkejut mendapati Kak Moonbyul yang memanggilku.

"Kak Moonbyul?"

"Sedang apa di kafe sendirian seperti ini? Meratapi nasib?"

Aku membalas sapaan sarkasnya dengan kekehan kecil.

"Sepertinya, iya."

Kak Moonbyul duduk didepanku, lantas menyeruput kopinya.

"Kakak sendiri sedang apa?"

"Membeli sesuatu untuk Kak Solar-ku. Dia ingin cake, katanya."

Aku mendecih pelan.

"Cih, bucin."

Kak Moonbyul terbahak menanggapi kalimatku barusan.

"Yah, seperti yang kamu lihat. Aku memang bucin." jawabannya membuatku memutar bola mata malas.

"Kak, boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

Kak Moonbyul menoleh padaku, "Tentu saja. Tanyakan apa yang mau kamu tanyakan, Gi."

Aku menghela napasku.

"Kak Moonbyul, tidak pernahkah dihina masyarakat dengan mengatakan pada publik kalau Kak Moonbyul adalah seorang lesbian?"

Moonbyul menatapku dengan pandangan takdzim.

"Gi, mereka semua tidak penting untukku. Apapun yang mau mereka pikirkan juga katakan tentang aku dan Kak Solar, sama sekali bukan hambatan untuk hubungan kami. Aku dan Kak Solar sama-sama saling mencintai. Tak akan ada yang bisa menghentikan hal itu."

Aku menatap Kak Moonbyul dengan bangga.

"Bagaimana kamu bisa berusaha beradaptasi dengan segala hinaan itu, Kak?"

"Aku tak pernah berusaha untuk beradaptasi, tapi aku diharuskan. Bagaimanapun juga, cepat atau lambat segala hinaan itu pasti akan memenuhi hidupku selama aku masih bernapas di dunia."

Aku mengangguk pelan.

"Gi, aku tau kamu bertanya seperti ini karena apa."

"Tentu saja Kak Moonbyul, tau; kamu kan sudah pernah mendengar ceritaku tentang aku yang—"

"—Transgender, kan?" selak Kak Moonbyul.

"Yah, benar sekali."

"Sudah, tidak perlu terlalu memikirkan perkataan orang lain. Kamu sudah dewasa, Gi. Sudah tau tentang dirimu yang sebenarnya. Jika dari kelas 2 SMP kamu sudah merasakannya dan tidak pernah berubah; itu berarti menerima kenyataan adalah hal terbaik yang bisa kamu lakukan."

Aku mengangguk menanggapi kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh wanita yang memiliki suara kelewat berat ini.

"Eum, Gi; aku harus duluan. Kak Solar sudah memintaku untuk pulang sekarang. Kamu tak apa kan kalau aku tinggal?"

"Ah, pergilah. Kak Solar pasti sudah menunggumu."

"Baiklah, aku pergi. Good luck terus untukmu, ya. Selalu percaya kalau orang baik pasti akan mendapatkan takdir yang baik pula."

Life is Life • SeulRene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang