Keenam : Menghargai Diri Sendiri

1.6K 296 47
                                    

Happy Reading~ ^^

"Menyukai dunia?"

Seulgi yang tengah membayar eskrim heran mengapa tiba-tiba Irene menanyainya pertanyaan rancu.

"Maksud Kakak apa?"

"Maksudku; kamu suka tidak dengan dunia yang kita tempati sekarang?"

Seulgi tersenyum, menyukai bagaimana cara Irene menilai segala sesuatu dalam sudut pandangnya.

"Dalam beberapa hal; tidak."

"Tapi, dalam beberapa hal lagi; iya?" tanya Irene.

Mengernyitkan dahi, Seulgi dengan ragu menganggukkan kepalanya. Menanggapi pertanyaan Irene.

"Ini, untuk Kak Irene; strawberry?"

Irene mengangguk. Menggumamkan kata terimakasih kepada Seulgi sebelum menikmati eskrimnya.

"Aku tidak suka dengan dunia, Ugi. Dalam segala hal. Dalam segala aspek."

Sejujurnya, Seulgi masih bingung kenapa Irene tiba-tiba melankolis seperti ini.

"Itu hakmu, bukan?"

Irene mengangguk. Menepuk pundak Seulgi sebelum mengatakan;

"Terimakasih sudah mengerti. Kebanyakan orang justru menyudutkanku karena aku benci dengan dunia. Aku suka caramu berpikir." Irene memuji.

Pujian yang baru saja diberikan Seulgi kepada Irene didalam hati.

"Aku tidak begitu suka mencampuri urusan orang lain, Kak. Ah, omong-omong eskrim coklat ini enak." Seulgi mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Strawberry yang terbaik!"

"Coklat."

"Strawberry!"

"Coklat, Kak."

"Strawberry, Ugi!"

Tolong, kalian; hentikan sifat kekanakan ini. Kumohon.

"Ya sudah, anggur yang terbaik."

"Kurasa mangga."

"Bisa kita hentikan ini?" Segi terkekeh. Baru menyadari kalau mereka terlihat seperti orang kurang waras sekarang ini.

"Yayaya, baiklah."

Detik berikutnya diisi oleh hening.

Seulgi dan Irene fokus pada eskrim mereka. Sebelum Irene kembali membuka pembicaraan;

"Boleh aku bercerita sedikit?"

Mengangguk, "Yah, cerita saja. Akan aku dengarkan."

"Hidupku penuh dengan masalah."

"Aku juga punya masalah. Tapi, pada diriku. Bukan dengan hidupku."

"Pasti hidupmu sangat indah, bukan?"

"Dalam beberapa aspek, bisa dikatakan hidupku sempurna. Hanya saja, satu hal tiba-tiba merusak segala kesempurnaan itu. Membuatku ingin menghancurkan diriku sendiri saja."

Irene menatap Seulgi heran, "Ah, aku lebih tertarik mendengar ceritamu dibandingkan dengan bercerita tentang hidupku yang membosankan."

"Tidak ada yang menarik dari aku."

"Tapi, aku ingin mendengarnya. Kita teman, bukan? Yayaya, kumohon." Irene menyatukan kedua telapak tangannya. Membuat gesture memohon kepada Seulgi.

Menghela napas, "Tapi jangan salahkan aku kalau nanti Kak Irene memilih menjauh."

Irene terkekeh anggun, "Memangnya seberat apasih masalah dari dirimu?"

Life is Life • SeulRene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang