Ketiga : Bae Irene

2K 334 44
                                    

Happy Reading~ ^^

Seulgi duduk ditempatnya dengan malas. Sumpah. Sebenarnya apa yang Bapak tua itu lakukan didepan sana?

Kumur-kumur? Sial, bahkan menerangkan materi saja tidak jelas. Mau mati saja Seulgi rasanya.

"Baiklah, waktu kita dipertemuan hari ini sudah habis. Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya."

Hah! Akhirnya Seulgi bisa keluar juga dari kelas ini.

Sungguh rasanya daritadi suasana kelas sangat membuatnya risih. Ya, semenjak sebagian orang mengetahui jati dirinya yang sebenarnya; kebanyakan dari mereka berubah. Yang tadinya ramah mendadak jengah.

Seulgi sih masa bodoh dengan semua itu, toh dia maklum juga. Bagaimanapun, sesuatu yang dianggap rusak tidak akan pernah bisa diperlakukan dengan baik, bukan?

Membereskan peralatannya cepat, Seulgi bahkan keluar kelas mendahului dosen tadi. Ia sudah sangat muak dengan pandangan-pandangan itu.

"Menyebalkan, dasar netizen."

Gadis dengan mata kelewat sipit itu melangkahkan kaki menyusuri koridor yang temaram, sama seperti masa depannya—buram.

Tangannya menenteng tas dengan asal. Tidak niat masuk kuliah memang Seulgi sabtu ini.

Lagipula, kelas hari sabtu hanya bersama Bapak kumur-kumur tadi. Seulgi bisa langsung pulang sekarang.

Iya, itu pikirannya sebelum;

"Permisi, boleh tanya sesuatu?"

Ujung kemeja boyish-nya ditarik pelan oleh seseorang. Bukannya memanggil dengan menepuk bahu atau apa, justru wanita cantik ini menarik ujung kemejanya.

"Iya, ada apa?"

Wanita dengan bingkai kacamata bulat itu melepaskan tangannya dari kemeja milik Seulgi.

"Eum, bisa tanya dimana letak ruang dosen utama?"

Sepertinya gadis cantik ini bukan anak kampus sini, karena semua anak disini pasti tau dimana letak ruang dosen utama.

"Aku tau. Mau kuantar?" Seulgi menawarkan diri.

"A-ah, apa tidak merepotkanmu?" gadis berkacamata itu mendongakkan kepalanya karena perbedaan tinggi badan dengan Seulgi.

"Tidak. Tidak merepotkan. Mari kuantar, Nona."

Cih, dasar kambing. Mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Modus kau Bambang.

"Te-terimakasih."

Seulgi dan gadis cantik tadi berjalan beriringan menyusuri koridor, entah kenapa bad mood Seulgi tadi sudah menghilang tiba-tiba sekarang.

"Boleh kutahu siapa namamu?" tanya Seulgi.

"Irene. Bae Irene."

Nama yang indah. Sungguh.

"Kenapa kamu terlihat gugup sekali?" Seulgi sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Irene yang sangat terlihat gelisah.

"Aku datang dari kampus sebelah untuk memberikan proposal kepada dosen utama disini. Dan, jujur saja hal itu membuatku takut; karena kelangsungan tim cheers dikampusku bergantung pada ini." Irene menjelaskan.

Seulgi hanya menganggukkan kepalanya.

"Tidak perlu takut. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja."

Seulgi mencoba menenangkan Irene, entahlah; sepertinya ia tertarik pada gadis bermarga Bae ini.

"Kenapa lagi?" Seulgi menghentikan langkahnya saat Irene berhenti berjalan mengikutinya.

"A-aku gugup sekali, huhuuu..."

Seulgi menganga, astaga orang ini minta diserang atau bagaimana?!

Kang Seulgi dengan segala pikiran mesumnya itu.

"Lalu apa yang harus kulakukan?" Seulgi panik sendiri.

Ah, mereka lucu sekali.

"Biasanya Bogum akan menggenggam tanganku saat aku gugup."

"Siapa itu Bogum?" tanya Seulgi dingin.

"Sahabatku, dia laki-laki yang baik."

Entah karena apa, Seulgi merasa sesuatu terbakar didalam dirinya.

Greb!

"Biar aku yang menggantikan Bogum itu sekarang. Genggam tanganku dengan erat dan jangan pernah melepaskannya."

Cih. Bahkan Irene belum sama sekali tau namanya siapa.

Halohaaa >3<

Aku tidak sangka banyak yang merespon fanfict ini dengan baik, hehe. Makasih sangat huhuuuu 😘😘😘

Irene sama Bogum-nya friendzone-in jangan? :') / g

See yaaa on the next chap! 😗

-Ra

Life is Life • SeulRene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang