Kedelapan : Bahagia

2K 271 27
                                    

Happy Reading~ ^^

Note : Sumpah, ini cringey abiZ. By the way, ini last chapter dong, eHe. Baca sampai akhir yaw :3

"Kak Rene?"

"Hmm?"

"Kak Rene tau gak; kebanyakan orang bilang, kalau cinta itu datang karena terbiasa."

Hari ini tepat satu bulan mereka mengenal diri masing-masing.

Entah karena tuntutan takdir, atau memang merasa kalau diri mereka adalah figur yang sama dan dipertemukan Tuhan untuk membangun sebuah cerita;

—Kang Seulgi dan Bae Irene tidak pernah absen mengatakan selamat pagi setiap harinya, tidak pernah absen membeli eskrim bersama ditaman anak-anak, tidak pernah absen mengatakan selamat malam juga mimpi indah lewat sambungan telepon yang terhubung tiap malam, atau terkadang notifikasi chat tidak henti-hentinya bermunculan hanya untuk mengatakan, "Sudah makan siang atau belum?" atau juga; "Bagaimana kuliah hari ini? Semangat terus yaaa!" tidak lupa dengan tambahan emot love setelahnya.

Irene mengangguk, bak tersihir netranya kini menatap Seulgi dengan dalam. Sama halnya dengan apa yang dilakukan Seulgi sekarang.

Dua gadis berparas rupawan itu tampak saling menatap dengan syahdu, mereka merasa sangat tenang dalam keadaan seperti ini.

Keadaan dimana mereka bisa menjadi diri mereka sendiri tanpa harus takut dengan pendapat dunia.

"Aku... suka kalau ada Kak Rene didalam hidupku. Aku terbiasa."

Jantung milik Irene berdegup kelewat kencang, rasa-rasanya ia ingin pingsan saja mengingat tangannya sudah digenggam erat oleh gadis Kang ini.

"Kak Rene tau, sebelumnya aku selalu menyalahkan diriku sendiri yang tidak terlahir dengan sempurna. Aku gagal membuat Papa-Mama bangga, aku tidak bisa menjadi anak gadis impian orangtua kebanyakan, aku menghancurkan segala mimpi-mimpiku dengan kekurangan ini—tadinya aku hanya berpikir bagaimana menghilangkan ketidaknormalan yang bersarang didalam diriku."

Seulgi menghela napas, menatap Irene yang kini menundukkan pandangan kebawah. Rasa takut menyelubungi gadis dengan senyum manis bak peri ini, Seulgi tampak begitu serius sekarang; Irene terlalu takut karena dominasi Seulgi sekarang ini.

"Tetapi, semenjak Kak Rene masuk kedalam kehidupan Ugi; berawal dari mencari ruang dosen utama, hingga pertemuan-pertemuan selanjutnya—sepertinya Tuhan memang menakdirkan kita untuk membuat cerita bersama."

Irene menahan napasnya, ia sangat gugup sekarang. Kenapa dengan sangat tiba-tiba Seulgi mengungkapkan perasaannya dengan gamblang seperti ini sih?! Irene kan jadi malu.

"Dulu, aku pernah jatuh cinta."

Irene mendongakkan kepalanya dengan spontan, memamerkan ekspresi kecewa yang amat sangat.

Seulgi terkekeh melihatnya, diusapnya pipi Irene yang semakin memerah. Menghantarkan friksi fana untuk Irene sendiri yang kini mungkin tengah galau dirundung asmara tidak jelas terhadap si gadis beruang.

"Dulu sekali, saat aku kelas 2 SMP. Namanya Wendy, Son Wendy. Dia adalah gadis pertama yang membuatku tersadar bahwa aku adalah seorang transgender. Bahwa aku berbeda dari gadis kebanyakan."

Life is Life • SeulRene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang