#14: The Doll

1.5K 228 83
                                    

"Hyung, kau sudah tahu berita tentang kematian seorang pengusaha kaya?"

"Yang mati mengenaskan di dalam apartemennya?"

Lelaki bergigi kelinci itu mengangguk. "Menurut Hyung, apa itu kasus pembunuhan?"

Yang tertua merenung sejenak. "Kurasa pembunuhan. Tapi, jika pelakunya manusia, pasti meninggalkan bekas seperti luka fisik. Tapi, saat polisi menemukannya, semua kulitnya sangat keriput."

"Hmm... sebenarnya aku juga bingung, Hyung. Reporter mengatakan dia meninggal seperti habis disedot darahnya."

Seokjin menghela napas, ia merapikan berkas-berkas kantor yang sudah selesai ditandatangani, lalu berdiri, "Sebaiknya kita jangan urusi kematian orang lain, Kook." Seokjin melenggang pergi menuju kamar dengan membawa semua berkasnya.

Setelah kepergian Seokjin, putra kedua di keluarga Kim itu menarik napas panjang. Lalu memutar balik kursi rodanya hendak menuju kamar.

Lama-kelamaan, Jungkook merasa kesulitan melajukan kursi rodanya, semakin berat dan terus memberat. "Ada apa ini? Kenapa berat sekali?" Jungkook mencoba menggerakkannya lagi, namun tetap tidak bisa.

"Samchon? Kenapa di sini?"

Jungkook menoleh, mendapati Jineun tiba-tiba sudah ada di belakangnya. "Kursi rodaku tidak bisa dijalankan, seperti ada yang menahan."

"Benarkah?" Gadis itu maju ke belakang Jungkook, lalu mendorong kursi rodanya yang bisa dijalankan. "Ini bisa, Samchon."

Jungkook mematung, bukankah tadi tidak bisa dijalankan?

"Samchon mau ke kamar?" tanya Jineun.

"I-Iya. Aku ingin beristirahat."

"Kalau begitu, aku antar, ya."

"Terima kasih, Sayang."

Putri kesayangan Kim Seokjin itu tersenyum, kedua tangannya tetap mendorong kursi roda Jungkook hingga kamar. Lalu membantu pamannya berpindah posisi ke tempat tidur.

"Apa Samchon membutuhkan sesuatu? Biar aku ambilkan."

Jungkook menggeleng pelan disertai senyuman. "Duduklah, aku ingin berbicara hal penting padamu."

"Apa?" tanyanya sambil duduk di tepi tempat tidur.

"Mulai sekarang kau harus berhati-hati, ya?"

Jineun terdiam. Ia tahu, pasti topik pembicaraan pamannya mengarah pada kematian tragis pengusaha kaya itu.

🖤

"Jasmine! Apa semua ini ulahmu?"

Yang ditanya, mengedipkan mata bulatnya sekali dan memasang wajah bingung. 'Aku melakukan apa?'

"Kau yang membuat Jung Jaein meninggal, kan?"

Boneka Jasmine terkikik geli. 'Rasa darahnya enak dan mengenyangkan perutku, Jineun. Manusia seperti dialah yang menjadi makananku sehari-hari.'

"Tapi kau tidak harus menyedot darahnya sampai habis. Kasihan dia."

'Kau kasihan pada manusia seperti itu? Dia pantas mati, Jineun. Manusia sampah sepertinya tidak pantas hidup!'

"Tapi—"

"Jineun? Kau di dalam?"

Keduanya menoleh ke pintu saat suara wanita terdengar dari sana.

"Hanna Eonni!" gumamnya panik. Ia menoleh ke arah Jasmine yang tampak santai-santai saja.

"Aku masuk, ya?"

INDIGO 2 : I Can See "You"•KsjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang