#9 : Reverenge and Fury

2K 300 194
                                    

Sudah terhitung lima kali Seokjin mengembuskan napas saat melihat kondisi anaknya yang sangat mengenaskan.

Kakinya mendapat sekitar duapuluh jahitan, selain itu dokter mengatakan jika dirinya terkejut dengan kejadian yang menimpa hingga membuat Jineun melamun terus menerus.

"Sayang, makan dulu, ya?" Seokjin menyodorkan satu sendok bubur ke depan mulut Jineun, namun gadis itu menolak.

Tatapan matanya kosong, Seokjin dapat menerawang apa yang ada di kepala sang anak.

"Kau pasti sangat terkejut, ya? Sekarang sudah tidak apa-apa."

Lelaki itu meletakkan mangkuk keramik berisi bubur di atas meja nakas.

"Jika kau tersiksa sekolah di sana, Appa akan menyewa guru untuk mengajarimu di rumah saja, bagaimana?"

Lagi-lagi Jineun diam seribu bahasa. Jangankan menyahut, menggeleng atau mengangguk pun tidak ia berikan.

Tak lama kemudian, pintu ruang rawat Jineun terbuka, Seokjin menoleh dan tersenyum pada pamannya yang baru saja datang bersama Taehyung dan Jungkook.

"Hyung, apa yang terjadi?" Jungkook bertanya.

"Problematika anak sekolah, Kook-ah. Jineun menjadi salah satu korban bullying di sana." Menjelaskan saja Seokjin tidak sanggup.

Jungkook menggenggam tangan Jineun yang terbebas dari infus, benar-benar dingin dan berbeda hawanya saat Jungkook menyentuh.

"Kim Seokjin."

"Ya?"

"Kau harus bertindak, apa yang dilakukan oleh teman-teman Jineun sungguh keterlaluan," kata Tuan Kim seraya menerawang apa yang terjadi sebelumnya.

"Ya, aku akan segera bertindak karena aku tidak rela putriku diperlakukan seperti ini, Samchon." Nada dingin Seokjin keluar kembali.

"Ingat, jangan dendam Seokjin. Jika kau dendam, iblis bisa lebih mudah merasuki tubuhmu, dan membuatmu secara tak langsung membunuh mereka," katanya.

Seokjin memejamkan mata, menarik napas panjang lalu dihembuskan dengan pelan, berusaha menetralkan emosinya.

"Samchon, apa kemampuan anakku tidak bisa kau hilangkan?"

Tuan Kim menggeleng. "Sudah tidak bisa. Bukankah dulu sudah pernah kukatakan, jika Jineun sudah remaja, mata lain itu akan terbuka dengan sendirinya."

Tuan Kim beralih menatap Jineun yang sedari tadi melamun. Sesaat kemudian, ia tersenyum tipis. "Anakmu masih terlalu takut untuk berbicara, padahal dalam hatinya ia ingin menjelaskan siapa yang sudah membuatnya seperti ini." Akhirnya, ia duduk di kursi yang sebelumnya di duduki Seokjin. Ia meraih tangan Jineun dan menggenggamnya.

"Kim Jineun, beritahu Haraboji siapa orang yang sudah membawamu masuk ke rumah itu."

Hembusan angin menerpa jendela hingga tiba-tiba terbuka dengan keras membuat Jungkook terkejut.

"Jangan takut, katakan saja." Tuan Kim terus memaksa Jineun untuk berucap.

"Jo Hyunra." Jineun berkata lirih.

Tuan Kim tersenyum. "Lagi? Mereka berjumlah tiga orang, siapa dua temannya yang lain?"

"Jung Hyewon."

"Satu lagi?"

"Nam Joohyeon."

Seokjin menarik napas panjang. Ingatan beberapa waktu lalu terlintas di kepalanya. Saat itu, Seokjin mejemput Jineun di sekolahnya, secara tak sengaja ia melihat sang anak sedang berbicara serius dengan tiga gadis lainnya, bahkan sampai di dorong hingga tubuh kecilnya terhantup dinding. "Apa mereka yang sudah membuat anakku begini?"

INDIGO 2 : I Can See "You"•KsjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang