PENCITRAAN KAYAK PEJABAT

220 13 12
                                    

Memasuki minggu ke tiga, kegiatan presentasi sudah mulai berjalan. Kelompok satu kemarin presentasi di depan, berjumlah lima orang. Sedang yang lainnya mendengarkan, mencermati, mencerna maksud dan tujuannya apa.

Dosen mata kuliah pun ikut memperhatikan. Duduk manis di tempatnya. Sesekali membuka lembaran makalah kelompok.

Revan mencermati temen yang lagi presentasi. Yang lagi presentasi agaknya sedikit gugup, canggung, terlihat dari raut wajahnya, juga gemetar kakinya. Ia rasa karena effek pemula untuk presentasi. Dan ini adalah kelompok tumbal, kelompok percobaan, atau kelinci percobaannya dosen.

Jujur ia sendiri juga awam tentang presentasi atau menjelaskan sesuatu di depan dengan format seperti itu. Mungkin ia juga akan mengalami hal seperti itu, apa yang mereka rasa. Semoga dugaan ini tidak terjadi saat ia presentasi. Semoga tidak canggung, gemeter, sampe terkencing-kencing.

Revan, juga kelompoknya mempersiapkan materi dengan matang, ia tak mau kejadian itu terulang lagi. Mempersiapkan mulai membagi tugas, bagian bab satu, dua, tiga sampai selanjutnya.

"Terus gue bagian apa nih?" tanyanya kepada teman sekelompok.

"Revan mah tenang aja, Revan kan ganteng, tapi ini panas seret gitu ya tenggorokan, ekhhem," ujar Rai.

Rai memberi kode untuk Revan mendanai perbekalan kelompok. Seolah mengerti dengan permintaan itu, ia turuti, asal jangan minta makan di KFC atau McD aja.

Tiga hari terahir ini kerja kelompok terus di kampus sampe mampus.

Kalian semua pasti pernah yang namanya pencitraan, dari hal yang kecil sampai hal yang lebih besar. Kita semua pernah! Entah Pengen keliatan pinter di depan umum, kuat, hebat, jago, ganteng, cantik. Bahkan untuk terlihat waah di mata cewek cantik, dosen, guru, pacar, mantan, gebetan, bahkan ke setan juga pencitraan. Yang cowok cari perhatian ke cewek begitupun sebaliknnya. Bahkan tak jarang mahasiswa yang cari perhatian ke dosen biar dapet nilai bagus.

Jurus itupun Revan lakukan, untuk menarik perhatian kaum hawa. Memang sudah ada anak kelas yang gue incar sedari dulu. Ini saat yang tepat untuk terlihat pintar. Untuk si dia terpikat dan terjerat lalu bilang.

"Revan ganteng banget, terus pinter lagi, kek mbah google, aku mau, aku mau."

Lalu wanita-wanita ini mulai memotret dengan kameranya untuk membuat snep WA, atau posting di jejaring sosial dengan caption

"sisain satu yang kek gini, ya Allah."

Lalu mereka berdesak-desakan diantara penonton lain demi bisa berfoto dengan idolanya, terhimpit, bahkan nyaris tersungkur. Lalu setelah dapat foto dengan Revan membuat caption di IG.

"Akhirnya bisa foto bareng Revan, Revan idolaku, Revan panutanqu" emot titik dua bintang.

"Silahkan dimulai presentasinya," intruksi dosen.
Sebagai kosma juga mahasiswa, Revan di tuntut untuk selalu aktif. Aktif dalam persentasi atau bertanya saat tidak presentasi supaya suasana presentasi hidup, tidak monoton. Aktif dalam hal apapun. Bahkan Revan saking aktifnya kalau ada temen yang mau masuk kelas pintunya gue bukain tuh, terus ngucapin "Salamat datang, ada yang bisa saya bantu" sembari menirukan gaya kasir indomerit.

Temen sekalas tidak mau kalah, hampir sebagian rajin bahkan saking rajinnya si Albi datang ke kampus jam 6 pagi. Si Lucky saking rajinnya hari minggu datang ke kelas. Saking rajinnya tanggal merah ke kampus. Ngapain? WiFi-an.

Saat yang dinanti tiba untuk unjuk gigi.

Revan duduk manis di kursi belakang sambil melafalkan materi takut ada yang keselipet. Ia bangun dari kursinya, melangkah kedepan bersema temen kelompok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MODAL (Mahasiswa Otak Dangkal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang