Jangan sok-sokan jadi pemimpin kalo belom bisa mimpin diri sendiri.
***
Awal masuk kuliah sebagian orang akan sepakat dengan pendapat ini. Mahasiswa baru akan rajin masuk kelas, datang selalu tepat waktu, selalu mengerjakan tugas, aktif berdiskusi di kelas, selalu bertanya atau memberi masukan kepada pemateri lain saat presentasi.
Dan fase-fase ini memang sangat wajar terjadi pada Revan. Semangat kuliahnya masih membara, cita-citanya pengin dapet IPK yang tinggi, bahkan kalo bisa cumlaude lulusan sarjana terbaik. Setelah lulus dapet kerjaan juga dapet istri yang solehah, punya anak Soleh-solehah, mati masuk syurga. Sunggah cita-cita yang sangat mulia sekali.
Hari pertama masuk kuliah berjalan dengan lancar. Belum ada halangan sedikitpun, walaupun kemarin sempat salah masuk kelas. Sepulangnya dari kampus Revan sempat duduk termenung di kosan. Memikirkan banyak hal terutama mengenai kosma.
Revan paham cuma sebatas jabatan ketua kelas. Tidak ada yang spesial karena yang spesial cuma martabak, harkat dan martabatnya pun tidak terangkat. Yang pasti walau ia punya jabatan sama saja uang jajan nggak nambah, karena memang tidak dapat gaji, kalau dapat gaji sih ia yakin waktu pemilihan kosma rebutan, kemungkinan setiap orang pada dudu-duluan mengacungkan tangannya untuk menyatakan siap jadi kosma.
Tapi menurutnya bukan seberapa tinggi jabatan atau seberapa besar gaji kita, tapi seberapa besar rasa tanggung jawab dan syukurnya. Percuma jabatan tinggi, gaji besar kalau tetep aja korupsi mah. Kurang mensyukuri nikmat.
Seminggu masuk kelas mereka sudah mulai akrab. Sudah saling menganal satu sama lain. Bahkan Lucky si cowok vangke sudah nambak beberapa cewek kelas. Vengke emangnya, sedangkan si Albi sibuk mencari perhatian, sementara Revan sedang sibuk mencari kesibukan.
Tapi akhirnya Revan sibuk beneran. Sekarang ia disibukkan dengan jabatannya sebagai kosma. Awalnya ia pikir jadi kosma itu enak, bagaimana tidak, biasanya mahasiswa yang minta nomer dosen, tapi malah dosen yang minta nomer kosma. Wanjir keren gak tuh, jarang lho seorang Revan ada yang minta nomernya, dosen lagi. Apalagi kalau dipinta sama dosen yang cantik. Huhh mantap. Jangankan minta nomer hape, nomer sepatu sampai nomer CD juga Revan kasih dah.
Enaknya jadi kosma Revan bisa sms-an, telfonan, WA-an, bahkan mandi bareng, bahkan tidur bareng sama dosen juga bisa. Kalau dosennya mau. Huehehe.
Dan yang pasti, jadi kosma itu enak, kita hanya perlu mengumbar-umbar janji untuk terpilih lagi tapi tidak di tepati, janji hanya tinggal janji. seperti banyak pemimpin kita di Indonesia ini, disaat harga BBM melambung tinggi, harga rupiah anjlok, bencana longsor, banjir, erosi, erupsi, tapi dia tidak peduli. "lha wong bukan urusan saya, itu urusan Mentri."
Itu tips dan trik buat kalian yang ngebet banget pingin jadi kosma. Ikuti tips itu dijamin ampuh, mampu melumpuhkan serangga.
Hari ini Revan berangkat seperti biasa, tidak berharap akan terjadi sesuatu yang luar biasa. Sedikit mengurangi tempo berjalan agar tidak terlalu dini sampai kampus karena takut dibilang 'cie anak rajin'.
Sesampainya di kampus ruangan sudah ramai. Tapi dosen belum nampak. Belum sempat Revan duduk, seperti ada panggilan jiwa, suara dosen memanggil.
"Kosmanya ada?" tanya dosen itu, tergesa-gesa memasuki ruangan kelas.
"Saya, Bu," ucap Revan sembari mengacungkan tangan kanannya.
Revan sudah mafhum, pasti intinya adalah perintah ambilkan infokus di ruangan dosen. Karena di ruangan kelasnya memang belum terpasang infokus secara permanen, hanya beberapa saja yang sudah terpasang. Itu yang menyababkan ia harus bekerja keras setiap kali dosen yang masuk jika membutuhkan infokus harus di pasang terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MODAL (Mahasiswa Otak Dangkal)
UmorismoSebuah kisah tentang mahasiswa ber-otak dangkal dengan dasar ideologi "Tololisme" yang terancam sukses (Red :DO) dengan memegang teguh prinsip ''tidak ada manusia bodoh hanya kurang pintar." Membacanya seakan anda menemukan titik terang. Bahwa hidup...