Kalo boleh milih, gue gak mau satu kelas sama lo, kalo tau kayak gini mending gue masuk lagi ke perut ibu gue, tapi sayangnya kita gak pernah tau
***
Revan memandangi si cewek itu. Memorinya sedikit terbuka, romannya sudah tidak asing lagi. Revan yang tadi sedang asyik duduk di luar sambil ngopi kini kontan berdiri menyaksikan cewek itu memasuki ruangan kelas. Cewek itu memperlambat gerakan langkahnya membuat semua orang sudah menyingkir seperti melihat ada bidadari mau lewat dan memberikan jalan. Rambutnya yang tergerai tertiup semilir angin, matanya teduh mengenakan baju warna pink menjadi tambahan daya tarik cewek itu. Bak sinetron FTV semua mata tertuju padanya. Tak terkecuali Lucky, ia memandangi parasnya sampai mulutnya menganga hampir saja mengeluarkan air liur.
"Idih jorok, gitu aja ngeces. Gimana liat Mia Khalifah di depan mata," rutuk Revan.
"Itu cewek cantik banget, mata lo buta tah," sahut Lucky.
"Cantik sih, tapi geser otaknya."
"Ah masa sih, bilang aja lo sirik ke gue." Lucky tidak percaya bualan Revan. Emang buaya darat si Lucky liat cewek cantik langsung liar.
"Demi Neptunus dah tuh cewe emang cantik tapi kagak waras, kalo gak percaya samperin aja dah sama lo," ketus Revan lantaran tanggapannya tidak digubris. Misi Revan gagal mengelabui mereka. Revan juga sebenarnya belum terlalu kenal dengan cewek itu. Hanya sekilas itupun karena kepentingan mendesak.
"Oke, siap." Lucky mengacungkan jempol nya. "Yuk Al temenin gue," pinta Lucky.
"Lah, ngapa minta anter gue, cemen lo kek gitu aja minta ditemenin, katanya leboy, leboy cap badak lo," cerca Al.
"Ah elah, bentaran napa, nanti lo juga dapet bagianya," bujuk Lucky.
"Bagian apa, sertifikasi Honorer."
"Udah ikut aja."
Dengan terpaksa Al mengikuti Lucky. Lalu mereka berdua menghampiri Si cewek itu.
"Teh siapa namanya?" Tanya Lucky ke si cewek itu, tapi cewek itu tidak merespon lantaran sibuk memainkan hapenya.
"Oi ada orang nih," hardik Lucky.
"Oh orang ya, gue kira kurcaci," ketus cewek itu.
Belum apa-apa udah dicaci huahah. Revan cekikikan di belakang mereka. Mereka berdua kikuk.
"Yah dikira kurcaci, kurcaci mah makanan," sambung Lucky mencoba mencairkan suasana.
"Itu kuaci woy," timpal Revan gemas melihat tingkah mereka yang diabaikan. Tapi Lucky pantang menyerah, ia mencoba lagi.
"Teh, tau gak bedanya teteh sama bapak kepala sekolah." Lucky mencoba untuk gombal.
"Apa, gatau."
"Sama-sama bikin deg-deg kan."
Apasih garing! Revan yakin si cewek itu mual mendengar gombalan receh Lucky. Cewek itu masih tidak peduli masih sibuk memainkan hapenya. Lalu sekian detik kemudian ia mengangkat hapenya menempelkan ke dekat telinganya untuk menerima telepon.
"Iya nanti kamu jemput aku ya sayang," ucapnya di dalam telpon. Entah ia membual lantaran mual dengan gombalan Lucky atau beneran udah punya cowok.
"Yaah, udah punya monyet," ujar Al.
"Bohong itu mah, jangan percaya, itu tuh kode biar kita gak deketin dia, pura-pura nelpon," sangkal Lucky, ia paham akan hal itu sering terjadi, ini bukan kali pertamanya. Mengalami penolakan secara halus.
"Salah kelas lo!" Pekik Revan menghampiri Albi dan Lucky yang sedang berusaha menggombali cewek itu.
"Lo disini juga?" Si cewek itu pun ikut terperanjat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MODAL (Mahasiswa Otak Dangkal)
HumorSebuah kisah tentang mahasiswa ber-otak dangkal dengan dasar ideologi "Tololisme" yang terancam sukses (Red :DO) dengan memegang teguh prinsip ''tidak ada manusia bodoh hanya kurang pintar." Membacanya seakan anda menemukan titik terang. Bahwa hidup...