Perjalanan memberikanku jawaban dari sebuah pertanyaan
~ AKU BUKAN BIDADARIMU~ °Alginayah
🍃🍃🍃
Orang tua mana yang tidak menginginkan kebahagiaan anaknya. Bahkan nyawa pun bisa saja mereka pertaruhkan demi kebahagiaan keluarganya.
Apalagi urusan masa depan dunia akhiratnya. Pasti akan sangat banyak sekali seleksi yang dilakukan demi mendapatkan yang paling terbaik dari yang terbaik.
Aku sangat bersyukur Allah lahirkan dari keluarga yang penuh kasih sayang dan perlindungan ini.
Namun entah aku yang tak peka. Atau yang masih kurang bersyukur. Karena sejauh ini. Dibalik rasa syukur memiliki ayah dan ibu yang sangat menyayangiku ini. Masih saja banyak kalimat tanya mengapa? Dan mengapa?.
Mengapa hidupku seperti terkekang. Mengapa kasih sayang yang orang tuaku limpahkan itu seakan sirna karena saking banyaknya peraturan.
Aku diancam masuk pondok, bila aku berani pacaran atau sekedar status punya pacar saja. Padahal aku sama sekali tidak memiliki kekasih. Bahkan aku sendiri pun tidak faham apa dan bagaimana pacaran itu. Aku hanya mendapatkan surat dari seorang teman ditempat aku mengaji. Tapi kenapa orang tuaku malah menuduh aku punya pacar. Dan lebih menyebalkan lagi, kenapa harus ada ancaman masuk pondok segala. Arrrgggghhhhh.
Aku sungguh tak ingin masuk pondok.!
Mungkin akan semakin terkekang bila aku masuk pondok. Namun anehnya, skenario Tuhan seakan mendorong keputusan yang aku pilih. Keputusan untuk membuat jarak antara aku dengan teman lawan jenisku. Demi menjauhkan diri dari sengketa ancaman ayahku.
Tapi..
Sebelum aku membuat jarak dengan mereka. Sebagian dari mereka malah lebih dulu menjauhiku. Menghinaku. Dengan alasan karena wajahku yang tak secantik dulu.
Alasan macam apa itu.!
Aku dihina. Aku di anggap tong sampah. Dan cangkang makanan atau minuman apapun dengan enaknya mereka lempar ke arahku. Oh tuhan ada apa ini.!
Seburuk itukah wajahku..
#Flashback on
Pukul 19.00 sepeda mesin itu masih menggelinding dengan sempurna diatas aspal.
Kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju Pangandaran. Kota dimana aku dilahirkan.
Tasikmalaya adalah kota dimana diwaktu isya kami memilih untuk menepi. Sekedar meluruskan urat kaki yang telah lama menegang.
Tak tahan rasanya ingin segera sampai.! Bujukan ayah untuk sekedar menepis lelah dirumah bibi pun lenyap sudah. Karena ego-ku yang tak mau mengalah.
Jalan Cikatomas akhirnya menjadi alternatif yang ayah pilih agar segera sampai dengan kilat waktu.
Shalawat nariyah meluncur indah dari gadis usia 10 tahun. Aku. Nayla Althofunnisa.