Ketika aku memilih bungkam dalam hal cinta
Kenapa kau malah datang menjadi penggoda~AKU BUKAN BIDADARIMU~
🍃🍃🍃
"emmm.. Itu teh.. Emm.. kang A..azam teh.." bisik santri putri itu dengan gugup.
Alih-alih ingin merajut mimpi kembali. Kini nama Azam telah berhasil mengganggu alam bawah sadarnya. Rasa kantuk yang dideranya tadi telah musnah entah bagaimana. Digantikan oleh degupan kencang didada. Ribuan pertanyaan kini telah menggelitiki pikirannya. Nayla jadi tidak tenang. Santri putri yang membangunkannya tadi telah pamit untuk undur diri dan akan menunggunya didepan gerbang santri putri.
Antara merajut mimpi kembali. Atau menemui pujaan hati. Kini dilema telah melanda sang nayla altofunnisa. Gadis ayu asal Bandung yang dicap wanita terjudes sepondok alhuda. Eh tunggu. Tadi dia bilang apa. Pujaan hati katanya. Aduhhh jadi gagal fokuskan. Pujaan hati dari hongkong kali ya. Hha. Entahlah. Dia benar-benar bingung sekarang.
* * * *
NAYLA POV
Jam masih menunjukkan pukul 21.00, didapur suara santri putri yang tengah melaksanakan tugas persiapan memasak untuk sarapan besok pagi masih terdengar riuh.
Langkah demi langkah terasa kaku. Tangga yang ku tapaki terasa lebih banyak dari biasanya. Aneh sekali. Kini gugup benar-benar telah menghujaniku. Ada keperluan apa sebenarnya mang Azam ini. Malem-malem gini pake ada acara penting segala. Mana aku belum tau lagi mang Azam tuh yang mana.! Huft..!! Semoga saja tidak ada berita buruk yang akan disampaikannya.
Kini tujuanku adalah gerbang asrama putri. Karena teh santriyah yang tadi membangunkanku akan menunggu disana.
"Hei teh nayla..! Sini..!" ah itu dia. Santri putri yang sampai detik ini belum ku tanyakan siapa namanya, tengah melambaikan tangannya agar aku segera beranjak mendekatinya.
"tuhh.." tunjuknya kemudian.
Aku malah celingukan. Maksudnya apa.? Baru dateng malah main tunjuk saja.! Ku ikuti arah telunjuknya. Ternyata ada seorang santri putra yang tengah berdiri tak jauh dari arah kami. Dengan sarung warna merah bata yang terpasang diatas mata kaki. Baju koko lengan pendek salur abu. Lengkap dengan peci hitam diatas kepala. Namun, tak beralas kaki..
Dia membelakangiku. Degupan kencang didadaku kembali terjadi. Diakah mang Azam itu. Seorang santri putra yang terkenal dengan suara merdunya. Pintarnya. Tampannya. Karena dikobong tak henti-hentinya santri putri untuk memperbincangkan kesempurnaannya itu.
Ya Allah.. sebenarnya ada apa ini. Aku harus ngapain sekarang.
3 menit kemudian..
Aku kembali mengalihkan pandanganku ke kiri. Astagfirullah.!! Kemana perginya santri putri tadi.! Aku benar-benar takut sekarang.! Antara balik badan dan lari atau tetap berdiam diri disini menunggu kepastian. Ah daripada dapet tajiran dari pengurus keamanan karena malam-malam ada didepan gerbang. Lebih baik aku lari sekarang juga.! Satu.. dua.. tig..
Ckettttttttt.....
"Tunggu..!!" Kakiku langsung mengerem saat itu juga.
Sialan.!! Baru saja mau lari malah ngerem lagi. Omelku dalam hati.
Sebenarnya dia mau bilang hal penting apa sih.?! Lama banget.! Gak tau apa ini sudah malam.! Mana cuma berduaan lagi.! Gak takut dapat hukuman kali ya tuh orang.! Tuhkannnn gara gara dia aku jadi kaya nenek lampir yang hobi ngomel-ngomel bedanya ini dalam hati.
"He..hehe... Cantik-cantik ko hobinya marah sih." Ujar pria dibalik gerbang itu. Lebih tepatnya dengan nada sedikit menggoda. Menyebalkan.! Aku tertegun sekejap. Ko dia bisa tau sih aku lagi ngomel kaya nenek lampir. Ah tidak, lebih mirip cicitan bebek lapar. Ah tidak.. tidak.. ahh apaan sih malah jadi bahas bebek lapar.
Belum sempat aku berbalik badan untuk mengarah pada asal suara. Dia sudah memahat aktivitas ku dengan memperkenalkan dirinya.
" Namaku Azam. " ucapnya singkat. Ya. sudah ku tau. Jawabku dalam hati. Tanpa sadar sepuluh jariku tengah asik menepis kegugupan dengan mengucek ujung jilbabku yang panjang. Apa-apaan ini. Tak biasanya aku segugup ini menghadapi orang yang sedang memperkenalkan diri.
Aku tetap membelakangi mang Azam. Dia kembali angkat suara.
"Sebelumnya maafkan aku yang telah mengajakmu bertemu malam-malam gini. Ditempat yang bahkan jauh dari layak ini." hening sesaat.
Aku belum berani angkat suara. Aku bingung harus menjawab apa. Lebih baik aku tetap menjadi pendengar setianya saja. Menantikan hal penting yang katanya akan disampaikan itu.
"Sebenarnya.." berhenti lagi.
Kenapa sih ini orang. Dari tadi bikin penasaran mulu. Sekali ucap diam lagi dan lagi. Menyebalkan sekali.!
"Aku mencintaimu dari awal kita bertemu.."
Degg..
* * * *
Hayoo loh ternyata nayla ditembak guys 😂
Dag dig dug hati adek banggg 😂
Bisa bisa langsung langganan dokter spesialis jantung ini mah duhhh 😂😜
InsyaAllah TBC ya guys 😊
Semoga masih mau baca lanjutan part nya.
Bandung, 24 agustus 2018