01. Hari Pertama

2.3K 168 3
                                    

-Awali dengan bismillah, dan akhiri dengan Alhamdulillah-

💟💟

Karena, setiap manusia memiliki skenario kehidupan masing-masing. Jalani, nikmati, dan syukuri. Apapun yang terjadi, semua atas kehendak Allah, dan semua adalah yang terbaik untukmu.

Indahnursf.
**

"Acha. Ini baju seragam sekolahmu. Sudah di laundry dan di setrika, kamu tinggal pakai saja. Dan ini semua buku-buku pelajarannya. Coba kamu lihat, semua sama seperti yang kamu pelajari sama guru homeschoolingmu." Jelas ayah sambil duduk di sebelah Acha, ia mengelus bahu putrinya.

"Terima kasih Ayah." Acha tersenyum,  ia berusaha tidak menampakkan raut kesedihan, ia akan pura-pura tersenyum senang agar ayahnya bahagia.

"Tidurlah, sekarang sudah malam. Besok kita berangkat ke sekolah pukul enam lewat lima menit." Perintah sang ayah. Ia mencium dahi Acha dan segera mengunci pintu.

Acha tidak pernah mematikan lampu saat tidur. Kamarnya tetap dalam keadaan terang benderang, karena Acha takut dengan kegelapan, ia bisa pingsan jika berada di kegelapan terlalu lama.

Acha memejamkan matanya. Namun ia tidak bisa tidur, seolah hatinya sedang menangis saat ini. Ia berusah melawan rasa takutnya, entahlah bagaimana jadinya nanti. Apakah Acha berhasil, atau justru membuat ketakutannya semakin jadi dan bertambah parah.

Jangan bersedih Acha. Ayo main sama kami.

Acha membuka matanya yang semula ia paksa untuk tidur. Ia terkejut saat tiga perempuan kisaran berusia 13 tahun yang sering menunjukkan wujudnya di hadapan Acha, kini mereka berada di samping tempat tidur Acha.

"Kenapa kalian kesini. Kembalilah ke tempat asal kalian. Kita ini berbeda, kamu tinggal di alam ghaib dan aku di alam nyata." Jawab Acha, ia menatap sendu ketiga gadis belia itu. Ada rasa iba bagi Acha saat melihat ketiga gadis malang itu.

Kami tidak bisa kembali, karena kami tidak tahu jalan untuk kembali.

"Kalian pasti bisa. Hilangkan semua dendam, insyaa Allah akan bisa." Balas Acha, apa adanya. Ia melihat ekspresi ketiga perempuan itu seperti berbeda.

Acha menghembuskan nafas gusar, ia malas berurusan dengan makhluk gaib, ia segera membaca ayat qursi dan membaca do'a tidur, setelah itu ia kembali merebahkn tubuhnya, kini rasa kantuk sudah mulai datang.

**

Setelah selesai shalat subuh, Acha segera menggunakan seragam yang semalam diberikan ayahnya. Seragam berwarna putih abu-abu, serta hijab berwarna putih, dan ada jas berwarna abu-abu.

Acha mengusap wajahnya, ia benar-benar merasa berat untuk keluar rumah. Sudah lebih dari satu bulan ia berada di rumah, bulan lalu ayahnya tidak mengajaknya keluar karena ada urusan kantor, dan itu tidak masalah bagi Acha. Karena Acha melakukan itu untuk membuat ayahnya senang, sebenarnya ia merasa waswas jika berada di luar, dan akan merasa aman jika berada di rumah.

"Cha, sudah siap? Ayah tunggu di meja makan." Pekik sang ayah sambil mengetuk pintu kamar Acha. Acha yang semula melamun sambil memandangi seragamnya kini segera bergegas saat mendengar panggilan ayahnya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 5.45.

"Ii-ya Ayah. Acha turun sebentar lagi." Jawab Acha, ia segera memakai seragamnya dengan rapi.

Setelah lima menit, dan sudah lima kali bolak-balik menghadap kaca, kini ia segera turun tak lupa ia membawa tas yang sudah di siapkan ayahnya semalam dan uang jajan bulanannya.

Qalbu {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang