03 : Rasa Kasihan

1.5K 138 8
                                    

-Awali dengan Bismillah, dan akhiri dengan Alhamdulillah-

**
"Jika tidak ada bahu untuk bersandar, maka masih ada lantai untuk bersujud."
-Anonym-

✨✨

Acha membuka mushaf Al-Qur'an, pemberian ayahnya kala itu, sebagai kado bertambah umurnya.

Acha memang termasuk gadis yang berusaha untuk taat, ibadah wajibnya tidak tinggal, bahkan ditambah dengan ibadah sunnah lainnya.

walau disisi lain dia seorang gadis yang lemah. Dengan segala macam kekurangannya, dan dengan keistimewaan yang Allah titipkan untuknya.

Setelah selesai membaca Al-Qur'an, Acha segera merapikan mukenah yang semula ia pakai. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam.

Acha meraih buku tulis yang ia catat sewaktu di sekolah tadi. Acha mencoba untuk membaca ulang pelajarannya agar ia tidak lupa.

Hingga pukul 21.30, Acha merasakan kantuk, ia segera meraih obat di atas nakasnya dan meminum obat itu. Setelah selesai meminum obat yang hampir setiap hari ia minum itu, Acha segera menuju toilet untuk mengambil wudhu.

Setelah selesai wudhu, Acha segera menuju tempat tidurnya. Dia akan tidur, namun Acha merasa ada sesuatu di sekitar kamarnya.

Acha terkejut, dia melihat sosok neneknya yang tengah berdiri tidak jauh dari tempat tidurnya. Wajah itu terlihat pucat, dengan pakaian putih. Acha langsung istighfar, dia tidak tahu apakah itu benar sosok almarhum neneknya, atau jin yang menyerupai neneknya. Wallahu'alam.

Acha segera menarik selimut dan membaca do'a tidur tak lupa untuk ayat kursi dan beberapa surah pendek lainnya.

Tidak lama kemudian Acha terlelap, gadis lugu itu tidak pernah tidur dalam keadaan gelap. Karena dia sangat takut gelap, Acha tidak bisa berada di kegelapan selain gelapnya malam.

💫💫

Setelah salat subuh, Acha segera bersiap-siap untuk pergi sekolah. Walau hatinya masih terasa berat, namun dia berusaha ikhlas. Mungkin ini semua memang yang terbaik untuknya.

Niat Acha sekolah hanya untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Karena manusia butuh banyak ilmu agar tidak menanggung pedihnya kebodohan.

"Sayang, ayo sarapan," sang ayah tersenyum bahagia melihat sosok Acha sudah menggunakan seragam barunya itu.

Sorot harapan terpancar jelas di balik senyumnya. Ya, harapan sang ayah hanya ingin melihat Acha hidup normal seperti remaja pada umumnya, tanpa rasa takut yang berlebihan.

Acha segera keluar dari kamarnya bersama sang ayah. Keduanya langsung menuju meja makan untuk sarapan.

Setelah menghabiskan waktu hampir 15 menit untuk sarapan, kini Acha akan segera berangkat ke sekolah. Acha berdo'a agar hari ini dapat ia jalani dengan normal, tanpa ada tekanan dan gangguan dari pihak manapun.

**

Acha berjalan menyusuri koridor kelas. Dia berusaha untuk mengingat di mana letak kelas barunya itu. Hingga akhirnya Acha menemukan sosok Jonathan yang sedang bermain basket di lapangan yang terletak di dekat kelasnya.

Jonathan tersenyum melihat sosok Acha, gadis itu melihat Jonathan tersenyum padanya, namun segera mungkin dia menundukkan pandangannya dan segera masuk ke dalam kelas.

Tidak lama kemudian bel masuk berbunyi, Acha merasa lega. Setidaknya dia tidak akan berlama-lama berada di keramaian kelas dengan berbagai macam ocehan dari para perempuan di kelasnya.

Qalbu {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang