05 : Laa Tahzan

1.4K 127 10
                                    

-Awali dengan Bismillah, akhiri dengan Alhamdulillah-

**

Allah SWT berfirman :

اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَ يُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًا ۙ 

"Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,"
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 9)

وَّاَنَّ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا٪

"dan bahwa orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 10)

🌻🌻

Sisil terperangah kaget. Ia sedikit bingung dengan ucapan Jonathan. Ingatannya kembali pada Acha. Gadis polos yang ia temui tadi pagi.

"Maak-sud loh, aa-ku nggak ngerti, Nath." ucap Sisil tersenyum sumbang. Ia geram dengan Acha seandainya memang benar yang di maksud Jonathan adalah Acha, gadis culun yang memuakkan bagi Sisil.

"Hah! Munafik loh." sarkas Nathan geram melihat alibi yang memuakkan itu. "Berani kalian dekati Acha. Kalian semua berhadapan dengan gue!" pungkas Nathan, kemudian dia segera pergi meninggalkan Sisil dan antek-anteknya.

Yusuf dan Adam yang menunggu di luar kelas langsung terkejut melihat wajah temannya itu benar-benar berbeda, ia benar-benar marah.

"Jo, tahan emosimu." titah Adam. "Marah boleh, emosi tetap di jaga." lanjutnya, mengingatkan.

Jonathan menarik napas panjang berulang kali dan mengembuskannya. Jonathan terus melanjutkan langkahnya diikuti oleh Yusuf dan Adam.

"Ane kesel liat mereka begitu sama Acha. Jangan karena Acha lemah dan polos mereka berani berbuat kasar sama Acha. Manusia itu ada HAM." Jonathan duduk di salah satu pondok tempat membaca buku.

"Yang antum lakukan memang baik. Tapi, jangan sampai menyakiti perempuan, ingat, perempuan itu lembut, jadi harus dengan lemah lembut pula kita menasihatinya." Yusuf menimpali. Adam mengangguk, ia satu pendapat dengan Yusuf.

"Maafkan ane, memang ane terkadang sulit untuk mengontrol emosi." ucap Jonathan, kemudian ia tersenyum, berusah menetralkan detak jantungnya.

🌻🌻

"Jo, mau ke mana?" tanya Risty, ia tidak heran jika melihat Jonathan menggunakan jaket jeans di malam hari. Karena Risty tahu, saudara kembarnya itu akan keluar rumah.

"Biasa, nyari angin." balas Jonathan, santai.

"Eleh, alasanmu. Emangnya di sini nggak ada angin?" kekeh Risty. Ia menepuk bahu Jonathan, dan kemudian menatap dua manik mata saudaranya itu.

"Ada apa? Aku mau keluar sebentar, mau ngopi." ucap Jonathan, ia sangat luluh jika melihat mata indah milik Risty.

Selain mata itu terlihat tajam, mata itu juga terlihat banyak menyimpan kesedihan. Dan kelemahannya, jika melihat Risty menatapnya, maka ia akan luluh.

"Jangan pergi, Jo. Mama sama Papa mau bicara sama kita." ucap Risty serius.

Jonathan tersenyum sumbang, sejak kapan kedua orangtuanya mau berbicara serius padanya. Melihatnya saja keduanya tak ada yang mau menyapa, menurut Jonathan, ia bagai orang asing di rumah besar itu.

Qalbu {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang