.
.
.
"Aku tahu kau tidak mencintaiku, Yun. Kita menikah karena kesepakatan keluarga untuk mengkokohkan kerajaan bisnis milik keluarga kita. Tapi ku harap kau bisa mencintai anak kita. Karena anak yang kini berada dalam perutku ini adalah darah dagingmu juga.... Ketika dia lahir nanti, cintailah dia, walaupun cinta itu semu dan palsu... ku mohon padamu...."
.
.
Jung Yunho, namja yang masih memakai setelan jas mahalnya itu hanya menatap rintik hujan di luar sana dari balik jendela ruang kerjanya. Bukan karena hujan yang semakin deras itu yang membuat wajah tampan namja bermata musang itu murung, tetapi kejadian lain yang tadi siang dialaminya.
Masih dapat Yunho ingat dengan jelas ketika tadi dirinya baru pulang dari kantornya membawa segunung lelah dan penat yang masih menggelayutinya, bukan sebuah senyum atau pelukan yang didapatkannya melainkan sebuah omelan dari putra kecilnya yang baru berusia enam tahun.
Jung Changmin....
Namja kecil yang sangat pintar itu melayangkan protesnya pada Yunho bahkan ketika Yunho baru menginjakkan kakinya di depan pintu masuk rumah mereka. Hal itu jelas membuat Yunho syock bukan main. Putra kecilnya yang polos berani melayangkan protes padanya? Yunho penasaran siapa yang mengajarkan hal itu pada jagoan kecilnya.
"Dimana Umma, Min? Kenapa Umma tidak pernah membuatkan bekal untuk Min? Appa menyembunyikan Umma dimana? Kenapa Min tidak pernah diperbolehkan bertemu dengan Umma? Teman-teman Min bilang Umma Min sudah meninggal. Dimana Umma? Kenapa Appa tidak mengajak Min bertemu dengan Umma? Appa bilang kalau Min juara kelas, Min akan bertemu dengan Umma. Tapi... hiks... Min juara kelas semester lalu... kenapa Umma tidak menemui Min? Apa Umma tidak sayang pada Min lagi? Hueeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee....."
Kata-kata putra kecilnya itu terus terngiang di dalam tempurung otak Yunho, membuatnya melupakan segalanya, bahkan waktu. Yunho terlalu terhanyut dan meresapi perkataan jagoan kecilnya hingga lupa untuk sekedar makan siang dan berganti pakaian.
Mata musang tajam itu melirik sebuah lukisan besar yang memang sejak dulu sudah berada di dalam ruang kerjanya. Lukisan seorang namja cantik yang tengah tersenyum bahagia. Lihat saja! Doeeyes gelap itu seolah-olah sedang menyombongkan kebahagiaannya. Yunho ingat jelas kapan lukisan itu dibuat. Tepat sehari setelah mereka mengetahui bahwa namja cantik itu tengah mengandung seorang Jung.
Jung Changmin....
"Boo... bila seperti ini keadaannya aku harus bagaimana? Bagaimana aku harus menjelaskan semuanya pada Minie, hm?" tanya Yunho entah pada siapa mengingat dirinya sendirian di dalam ruangan itu, "Haruskah ku katakan semuanya? Apa Minie akan siap mendengar semuanya?" dengan pandangan nanar Yunho menatap lukisan itu lekat-lekat, menikmati keindahan yang tidak bisa disembunyikan dari wajah menawan itu. Sejujurnya, Yunho pun sangat merindukan sosok di dalam lukisan itu, sosok yang sejak tiga tahun lalu tidak lagi bisa dipeluknya.
Kriet....
Yunho menolehkan kepalanya ketika pintu ruang kerjanya terbuka, menampilkan seorang namja tampan yang tengah menggandeng seorang balita kecil menggemaskan serupa Yunho yang tengah memeluk boneka gajahnya erat.
"Unno ngompol." Jung Changmin, namja yang kini duduk dibangku kelas 1 sekolah dasar itu menggenggam kuat telapak tangan adik kecilnya.
Yunho mencoba tersenyum disela-sela kegetiran yang dirasakannya. Berjalan pelan menghampiri kedua jagoan kecilnya, mendudukkan dirinya di lantai agar tingginya sejajar dengan tinggi putranya, dengan lembut Yunho mengusap jejak air mata yang membekas pada wajah putra bungsunya yang kata orang-orang merupakan duplikat dirinya itu. Hati Yunho terasa pedih melihat bola mata kedua putranya yang terlihat sangat hampa. Tetapi apa yang bisa Yunho lakukan? Tidak ada! Bahkan uang berlimpah pun tidak bisa membeli kasih sayang seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YunJae One Shhot General Repost
Fanfiction"Boo Jae hanya boleh bersandar padaku, mengandalkanku dan menjadi milikku selamanya! Milik Jung Yunho."