<3 <3 <3 <3 <3
<3 <3 <3 <3 <3
<3 <3 <3 <3 <3
Musim dingin kali ini terasa lebih dingin daripada tahun-tahun sebelumnya. Penghangat ruangan yang sudah menyala pun seolah tidak mampu mengusir hawa dingin yang menusuk-nusuk sampai ke tulang-tulang. Semangkuk sup kimchi pemberian tetangga yang hangat pun belum kunjung mampu mengusir dingin dari bilik kamar kecil yang didiami oleh sepasang kakak beradik yang sedang berbagi kehangatan didalam selembar selimut usang lagi kumal.
"Hyung... aku masih lapar." Rengek sang adik yang masih berusia 8 tahun.
"Mau Hyung buatkan ramen?" Tanya sang kakak yang baru berusia 13 tahun.
Sang adik menggelengkan kepalanya pelan. "Kalau makan ramen terus perutku sakit, Hyung. Lagi pula ramen kita tinggal satu bungkus. Kalau aku memakannya sekarang besok kita makan apa?" tanyanya.
Sang kakak berusaha tersenyum, mengusap kepala adiknya perlahan sebelum memeluknya erat. "Mau Hyung buatkan teh? Kita masih punya teh dan sedikit gula."
Si adik menggelengkan kepalanya lemah. "Kalau Hyung sakit Hyung tidak akan bisa meminum teh hangat bila aku meminumnya sekarang."
Sang kakak semakin mengeratkan pelukannya. Hidup bahagia mereka berubah semenjak 2 tahun lalu ketika orang tua mereka memutuskan berpisah. Ibu mereka tidak tahan pada sikap ayah mereka yang suka berjudi dan mabuk-mabukkan akhirnya menggugat cerai dan meninggalkan keduanya bersama ayah yang bahkan tidak pernah mengurus mereka. Enam bulan yang lalu ayah mereka kabur meninggalkan mereka sebatang kara beserta tumpukan hutang akibat kalah berjudi. Selama ini kedua kakak beradik itu bisa bertahan hidup dari belas kasihan tetangga serta bantuan dari dinas sosial yang tidak seberapa setiap akhir pekan. Untuk sekolah keduanya mengandalkan beasiswa yang mereka dapatkan karena selalu juara 1 paralel. Kadang Yunho sang kakak yang berusia 13 tahun menjadi buruh panggul dipasar atau ikut memulung guna menambah tabungan untuk makan.
"Hyung, sebentar lagi natal."
"Iya. Joongie ingin hadiah apa dari Hyung?"
"Ani. Joongie tidak ingin apa-apa asal ada Hyung. Tapi kalau punya uang boleh kita makan daging walaupun satu gigit saja."
Yunho memeluk erat tubuh kurus adiknya. "Nanti kalau tabungan Hyung sudah cukup untuk membeli daging ya. Joongie bersabar dulu bisa?"
"Ne."
<3 <3 <3 <3 <3
Lusa adalah natal. Yunho mulai kebingungan mencari pekerjaan untuk menyambung hidupnya dan adiknya. Para tetangga yang biasanya berbaik hati memberikan makanan walaupun semangkuk sup saja sudah mulai bepergian untuk menyambut natal dan tahun baru bersama keluarga masing-masing. Tabungan tidak seberapa yang Yunho kumpulkan bahkan mulai habis untuk makan sehari-hari walaupun dirinya dan Jaejoong hanya makan sekali sehari. Dengan putus asa Yunho menyusuri jalanan yang mulai bersalju tipis menuju perumahan kumuh dimana rumahnya berada. Sempat terlintas diotaknya untuk mencuri, mencopet bahkan menjambret agar ia bisa member makan Jaejoong. Namun Yunho takut melakukannya. Yunho takut bila dirinya ditangkap –bahkan mungkin dikeroyok lalu dijebloskan kedalam jeruji besi. Siapa yang akan merawat Jaejoong jika bukan dirinya?
"Uhuk! Uhuk!" Yunho terbatuk-batuk. Memang sudah 3 bulan ini dirinya sakit namun tetap ditahannya. Yunho enggan pergi ke dokter. Bukan karena malas namun karena ketiadaan dana. Akan lebih baik bila uang yang ia punya ia gunakan untuk makan daripada pergi ke dokter. Asal dirinya bersikap biasa saja didepan sang adik semuanya akan baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
YunJae One Shhot General Repost
Fanfiction"Boo Jae hanya boleh bersandar padaku, mengandalkanku dan menjadi milikku selamanya! Milik Jung Yunho."