Khawatir

56 5 5
                                    

"Nichol, kenapa makan disini?"

"Kenapa? Ah, pasti kamu berharap kita akan makan ditempat romantis buat merayakan hari jadian kita ya?"

"Enggak bukan itu."

"Jangan bohong. Nanti kita bakal makan dikafe tapi kita makan disini dulu. Aku kangen masakan babe Jalli."

"Aku enggak mau kita bertemu dengan cowok itu. Kamu pasti akan berantem sama dia."

Isyana menatap warung lesehan dipinggir jalan yang sering ia dan Nichol kunjungi. Bukannya ia tidak suka makan ditempat ini tetapi Nichol akan selalu berulah jika cowok yang selalu memakai hoodie coklat tersebut muncul.

"Aku enggak akan berantem kalau bukan dia yang memulainya. Jadi, kamu berdoa saja mudahan dia gak muncul."

"Ya. Aku tidak pernah berhenti berdoa agar kamu tidak berantem dimanapun itu dan dengan siapapun itu. Aku selalu khawatir setiap kamu mendapat luka dibadanmu apalagi dimuka."

"hmmm... pacarnya siapa sih ini? Perhatian banget. Makasih yak arena selalu mengobati lukakku. Ayo, aku sudah lapar."

Setelah mengusap lembut rambut Isyana, Nichol pun memesankan makanan untuk mereka berdua sedangkan Isyana berjalan menuju meja sambil menengok kanan-kiri dengan perasaan was-was guna memastikan cowok itu tidak ada. Entah apa masalah cowok itu dengan pacarnya sehingga setiap kali bertemu mereka akan berantem. Isyana pernah menanyakannya tetapi Nichol enggan menjawab sehingga ia memilih untuk tidak pernah bertanya lagi. Mungkin itu privasi yang dirahasiakan Nichol, pikirnya.

"kamu cari apa sih? Dari tadi aku lihat sebelum duduk sampai duduk pun kamu celingak-celinguk kaya orang bingung."

"Enggak. Aku cuma mau memastikan orang itu enggak ada disini."

"Jadi dari tadi kamu memikirkan dia terus? Awas aja kalo bertemu, nanti aku akan buat perhitungan sama dia karena udah buat kamu pikirin dia."

"Kamu jangan cemberut seperti itu. Aku takut kamu nanti berantem kalau ada dia. Kan sayang kalau wajah pacarku jadi jelek."

Isyana berusaha membujuk Nichol yang sedang memalingkan wajah dengan cemberut dengan manja. Karena itulah satu-satunya solusi jika kekasihnya ini kesal atau seperti sekarang.

"Ooo jadi cuma karena takut aku jelek makanya kamu selalu melarang aku berantem?" Kata nichol sambil melirik isyana singkat.

"Itu alasan lain selain aku takut kehilangan kamu? Aku masih ingat saat kita pertama Kali bertemu dan kamu mengeluarkan darah yang banyak sampai aku tidak mengenalinya."

Isyana serius sambil menatap nichol dengan mengingat saat mereka pertama Kali bertemu. Ya, ternyata mereka pernah bertemu sebelum Nichol pindah ke sekolah. Nichol menceritakannya saat mereka sudah jadian beberapa hari dan untung saja Isyana mengingat kejadian itu walaupun ia tidak menyangka bahwa lelaki itu adalah Nichol.

~flashback~

Langit mulai gelap menandakan bahwa hari sudah beranjak malam. Saat ini, Isyana tengah berjalan kaki menuju kerumahnya setelah turun dari halte bus. Ibunya menelpon untuk memintanya bertahan sementara waktu disekolah karena terjadi tawuran antar siswa yang belum diketahui dari sekolah mana hingga ia dan beberapa temannya yang pulang dengan angkutan umum pulang dengan sangat terlambat. Tak berapa jauh dari pemberhentian halte bus terdapat sebuah gang kecil dan disitulah ia menemukan seorang lelaki tengah meringis kesakitan. Merasa kasihan, ia kemudian menghampiri lelaki itu dengan gugup karena takut.

 Merasa kasihan, ia kemudian menghampiri lelaki itu dengan gugup karena takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RisauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang