Bentuk Cinta

33 1 0
                                    

sial ... sial ... sial

Itulah umpatan pertama yang ia keluarkan saat memasuki kamarnya. Ia sangat membenci orang yang bernama Jazz itu. Dia telah merebut semua yang Nichol anggap sempurna dan benar untuk hidupnya. Merebut perhatian orang tuanya, teman-temannya dulu dan juga gadis itu. Gadis yang dulu selalu ia puja dan kagumi sebelum ia mengenal Isyana, kekasihnya yang saat ini menjadi pusat dalam hidupnya hingga ia sedikit melupakan segala perbuatan yang dilakukan oleh Jazz.

Jazz dulu adalah sahabatnya selama 3 tahun. Ia murid pindahan disekolah menengah pertama dan sejak itu dia berteman dengan Jazz. Mereka bagaikan saudara kembar yang tidak bisa dipisahkan saat itu. Kemana-mana mereka selalu bersama, bermain, kekantin, bahkan pulang sekolah pun bersama karena Jazz selalu pulang kerumahnya kemudian ia akan diantarkan ayah Nichol pulang. Indah memang jika diingat saat itu, terutama bagi Nichol yang merupakan anak tunggal. Ia merasa memiliki saudara, memiliki tempat untuk berbagi dan mencurahkan segalanya. Namun, semua itu berubah saat ia tahu kebenaraan tentang Jazz dan ia membenci itu. Sangat membencinya hingga ia harus kehilangan segalanya.

Drtttt......Drtttt.....

Suara getaran handphone menyadarkan Nichol dari lamunannya saat itu. Ia pun kemudian memeriksa siapa yang mengirimkan pesan dan siapa lagi kalau bukan kekasihnya, Isyana Nashtiti.

Sudah sampai rumah?

Sudah. Ini didalam kamar.

Oh, syukurlah kalau begitu. mama masak makanan tadi buat kamu.

Benarkah? Yah gimana dong? Seharusnya tadi aku mampir. Kecewa deh calon mertua.

Dih, kepedean. Besok jangan lupa, tolong jemputnya lebih pagi ya. Biar gak telat rapat dan sekalian sarapan.

Oke oke, siap ibu ratu.

Ih, jangan panggil gitu.

Tuh, salahin teman-teman aku yang ngasih banyak sebutan kekamu.

Nanti aku marahin ya mereka.

Marahin aja, emang kamu berani?

Beranilah. Kan aku pacarnya ketua genk.

Tawa Nichol pecah membaca pesan pacarnya yang benar-benar menggemaskan meskipun ia tahu isyana tidak mungkin memarahi temannya. Bagaimana mau memarahi teman-temannya, untuk bertegur sapa saja isyana terkadang takut. Mungkin pikiran isyana masih sedikit diracuni dengan stigma buruk tentang ia dan teman-temannya yang dicap sebagai tukang rusuh. Padahal mereka berhati Barbie walaupun bermuka garang. Apalagi jika berhadapan dengan wanita, jangan ditanya lagi mereka akan menjadi bucin seperti dirinya.

Yaudah, besok aku tunggu ya. Aku mau liat gimana pacarku ini marah-marah.

Jangan gitu dong. Aku takut.

Bercanda bercanda. Yaudah tidur gih sana. Besok katanya aku harus berangkat pagi.

Yaudah, selamat malam.

Gitu doang?

Terus mau apa?

Good night kissnya mana?

Enggak mau. Bukan muhrim.

Yaudah, ayo ke KUA biar muhrim.

RisauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang