Truth Or Dare

14 1 0
                                    

"Assalamualaikum."

Salam Isyana dan Nichol bersamaan saat masuk kedalam rumah sehabis pulang dari sekolah.

"Walaikumsalam. Eh, anak sama calon menantu mama udah pulang. Gimana tadi disekolah?"

"biasa saja ma, seperti hari biasanya. Oh ya ma, nanti tolong buatin cemilan buat nanti malam ya soalnya temen-temen mau kemari buat belajar."

Pinta Isyana kepada mamanya dan ditanggapi mamanya dengan wajah yang takjub membuat ia dan Nichol heran.

"Wow benarkah? Berapa orang yang kemari."

"Sembilan udah termasuk Nichol sama Indi."

"Kalau gitu mama harus beli banyak cemilan. Nichol, kamu gak sibuk kan? Temenin mama belanja ya."

"Siap Calon mertua."

Mulai lagi, acara belanja ibu dan anak yang tidak sedarah ini. Mamanya masuk kekamar sebentar untuk bersiap-siap pergi sementara Isyana menemani Nichol diruang tamu sambil berbicara santai dan sedikit memberikan peringatan kepada Nichol menghentikan mamanya jika membeli cemilan yang berlebihan karena mamanya terkadang akan bersikap kalap jika sudah menyangkut makanan. Tak berapa lama, mamanya bersama dengan Nichol pun berangkat membeli beberapa cemilan sedangkan Isyana melangkahkan kaki menuju kamar untuk beristirahat sejenak.

Isyana merebahkan diri diatas kasur menatap dinding atap kamarnya sembari mengingat apa saja yang ia lakukan saat disekolah tadi. itulah kebiasaan Isyana, ia takut ada yang terlupakan. Kemudian ia ingat jika ia harus menghubungi ketua Olimpiade dari SMA 1, ia kemudian merogoh saku seragam sekolahnya dan menemukan nomer kontak tersebut.

"Selamat siang. Saya ketua Olimpiade dari SMA 68. Besok, saya ingin mengambil buku panduan beserta nomer peserta. Kira-kira besok anda bisa ditemui pukul berapa?"

"Selamat siang. Besok pukul 14.00 di Aula ya."

"Baik. Terimakasih sebelumnya."

"OK."

Merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Isyana menaruh Handphone nya dimeja belajar dan memutuskan untuk tidur siang karena nanti malam ia yakin akan menguras tenaganya ditambah lagi malam ini adalah malam minggu.

******

Sydney, Australia

Seorang gadis remaja tengah termenung diruang tunggu menanti hasil pemeriksaan kesehatannya yang ditemani oleh kedua orang tuanya. Mama nya saat ini duduk disamping sementara sang Papa masih berada diruangan dokter.

"Ma, aku berobat di Jakarta aja ya."

"Kenapa? Disini peralatannya lebih memadai nak. Jadi kamu bisa cepet pulih."

"Aku kesepian disini Ma. Semenjak aku cedera, aku hanya bolak-balik rumah sakit dan rumah. Gak ada yang menemani aku bahkan mama dan papa pun sama-sama sibuk."

"Kamu yakin?"

"Iya, lagipula di Jakarta peralatannya udah mulai canggih juga kan. Terus nanti banyak yang jagain aku, ada Bi Sumi, ada Jazz, ada Nichol, ada tante Salma. Semua orang bakalan jagain aku disana. Aku mohon."

"Baiklah kalau begitu. Pulang kerumah nanti, Mama akan bicarakan sama Papa ya."

Gadis tersebut hanya mengangguk kemudian melamun lagi. Inilah harapan satu-satu agar ia bisa ke Jakarta lagi setelah hampir 2 tahun pindah ke Australia mengikuti orang tuanya yang dipindah tugaskan dan juga untuk menggapai cita-citanya menjadi Penari Gymnastik. Ia pikir setelah ia pindah semuanya akan terlihat menyenangkan, namun nyatanya ia kehilangan kontak dengan dua orang yang ia sayangi yaitu Jazz dan Nichol. Diawal-awal kepindahannya hanya Jazz selalu berkomunikasi dengannya, menjadi tempat keluh kesahnya. Namun tak bertahan lama, Jazz hanya sesekali membalas pesannnya dan tidak pernah mengangkat Video Call nya lagi. Sementara Nichol, lelaki itu hilang bak ditelan bumi. Ia tidak pernah sedikit pun mengetahui kabar lelaki itu sekarang bahkan Nichol telah memblokir nomornya.

RisauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang