"Aku nggak Sepakat!" Gadis itu seketika berdiri dan berkata begitu seakan - akan ia membentak
Lukas mengalihkan pandangannya ke gadis itu saat ia merasa di bentak
"Seperti yang kita tau kalau festivalnya di adakan selama satu minggu. Jadi kita bisa mengambil olahraga" katanya (gadis itu) lalu melemparkan tatapan sinisnya ke Lukas
"Walaupun satu minggu, mengambil olahraga akan memakan waktu dari acara musiknya nanti. Jadi pilih salah satunya" balas Lukas dingin
"Olahraganya bisa di lakukan di pagi hari sampai matahari tenggelam. Lalu, di lanjutkan dengan acara musiknya" balas juga gadis itu dingin
"Dengar ya, setiap siswa hanya bisa berpatisipasi dalam satu acara atau kegiatan" Lukas lalu mengubah tatapan dinginnya menjadi sinis
"Nggak semua siswa dalam setiap kelas bisa bermain musik. Sedangkan olahraga, pasti banyak. Bahkan mereka yang nggak terlatih bisa juga mengikuti olahraga" balas lagi gadis itu
"Bukannya kau ini pintar main musik? Kalau begitu pilih saja musik. Itu bisa menambah poin kelasmu nantinya" Lukas yang meyakinkan gadis itu
"Memangnya aku terlihat seperti orang yang egois? Jangan pernah mempengaruhiku dengan bakatku sendiri" tolak gadis itu
"Memangnya seberapa besar rasa pedulimu sampai - sampai kau menolaknya?" Tanya Lukas yang kembali menjadi datar
"Bukannya peduli, aku cuma takut kalau lawanku terlalu lemah" jawabnya dingin
"Diam diam diam, seperti itulah hasil rapat kemarin. Siswa nggak boleh berpatisipasi dalam dua acara atau kegiatan. Mereka bisa memilih satu di antara dua acara nanti. Seperti di dunia ini, hanya ada dua pilihan dan satu jawaban yang akan di tanggung oleh orang itu sendiri" kata William membela Lukas
"Jadi, kemarin kalian mengadakan rapat tanpa sepengetahuan kami?" Tanya Gadis itu sinis ke William lalu menatap ke arah Lukas
"Kami tahu kalau semua siswa maupun guru mengenalinya sebagai siswa ter-cerdas di sekolah ini. Jadi aku tertarik untuk memanggilnya ke dalam rapatku" jawab William lalu tersenyum dan mengacungkan jempolnya
Gadis itu kembali duduk dengan wajah dingin dan mengarahkan pandangannya ke yang lain
"Kalau seperti ini, bagaimana kalau kita akan melihat berapa banyak siswa yang akan memilih musik dan olahraga. Jika ada banyak siswa yang akan berpatisipasi dalam musik, maka pendapat Lukas yang akan di ambil. Begitu pun sebaliknya. Jadi kalian berdua harus mencari siswa yang mau berpatisipasi tanpa melakukan pemaksaan" tantang William
"Kenapa harus aku yang bertanggung jawab?" Tanya gadis itu yang tidak menerimanya
"Karena menurutku cuma kau saja yang bisa melakukannya" jawab William lalu mengakhiri rapat ini
Setelahnya, semua siswa yang ikut dalam rapat itu langsung pulang ke rumah. Kecuali Lukas, sebelum pulang ia ingin kembali ke kelasnya
Namun terhalingi oleh seseorang saat perjalanan ke kelasnya
Ternyata orang yang membuatnya berhenti itu adalah gadis dari rapat tadi
"Kalau boleh ku tau kenapa kau memilih musik dan olahraga?" Lukas seketika bertanya
"Karena itu juga adalah pendapatku. Memangnya kau punya masalah?" Jawabnya kemudian bertanya balik
"Menurutku, kau berbohong. Kau pasti punya pendapat lain. Tapi firasatku, kau nggak mau mengeluarkannya karena takut. Iya kan?" Curiga Lukas
"Penuduhan jauh lebih buruk daripada berbohong. Menurutmu reputasi seseorang itu nggak berharga? Memangnya aku ini orang seperti apa yang nggak pakai akal? Kalau kau punya masalah lebih baik katakan saja!" jawabnya kemudian membentak
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Want - Hope And Love#Unrated
Teen FictionCerita ini gak bakal di hapus, tapi...tetep jadi pajangan cerita Author. Mau baca juga gak masalah, gak baca juga gak masalah #UNRATED