Chapter 8 : hold you

502 71 1
                                    

Tujuh belas tahun

Taehyung diam-diam mengamati Seokjin yang memberi makan sup jamur untuk anak yang sedang batuk di depannya. Dan di suatu sisi Taehyung ingin memberinya makan dengan tangannya sendiri dan takut bahwa ia akan menyakiti anak itu, Taehyung merasa sedih. Tidak, dia merasa marah.

Jungkook mengalami serangan panik lagi. Tepat tiga minggu lalu. Mengapa? pikir Taehyung. Bukannya Jungkook seharusnya menjadi lebih baik?

Seokjin menyeka mulut Jungkook dan berpaling ke Taehyung. "Bukankah seharusnya kau berangkat ke sekolah?" Ia bertanya. Taehyung ingin rasanya tidak sekolah untuk hari ini tetapi ibunya pasti akan memarahinya. Tidak ada gunanya menjadi rewel. Jadi Taehyung langsung berdiri lalu meluruskan seragamnya.

"Jaga dia hyung," ia memeluk Jungkook. "Aku akan kembali nanti, oke, Kookie?" dengan nada bergurau, tangannya berlama-lama di wajah Jungkook, sedikit lebih lama dari Seokjin pikirkan. Tapi Seokjin tidak mengatakan mengenai hal itu. Sebaliknya, ia hanya bergumam bahwa ia adalah seorang perawat Jungkook. Itu tugasnya.

Jungkook tersenyum lemah tapi lebar. Ini adalah jenis senyum yang membuat bagian dalam Taehyung mencair. "Oke," Jungkook menjawab patuh. Taehyung berusaha keras untuk menahan diri mencium anak yang lebih muda di tempat tidur. Ini aneh karena Seokjin sedang berada dihapannya, ia menahan dirinya untuk mencium Jungkook. Dan selain itu, ia akan membuat Jungkook terkejut jika ia mencium secara tiba-tiba.

Taehyung mengacak-acak rambutnya untuk terakhir kalinya, Taehyung mengambil tasnya dan memberi Seokjin senyuman setengah hati sebelum menutup pintu di belakangnya.

.
.
.

Namjoon bukan tipe orang yang penasaran pada orang lain. Tetapi dia merasa bertanggung jawab untuk setidaknya mencari tahu apa yang salah dengan Taehyung.

"Apa ada yang mengganggumu, Taehyung?" melihat anak berambut lilac menatap keluar jendela sambil berbaring di lengannya di atas meja. Namjoon tidak mendengar jawaban.

"Taehyung?" Namjoon bertanya lagi. Ia diam.

"Hei, Kim Taehyung," ia mengangkat suaranya sedikit.

Taehyung terlihat terkejut "Hah? Aku tidak sedang tidur!"

Namjoon menaikan alisnya. "Kapan terakhir kali kau memiliki jam tidur yang tepat, Taehyung?"

Taehyung menggosok mata dan menguap. "Apa maksudmu, hyung?"

Tapi Taehyung tahu persis apa yang Namjoon bicarakan. Kalau dipikir-pikir, ia tidak memiliki waktu tidur yang tepat selama empat malam. Tiga malam karena ia terlalu sibuk mengkhawatirkan Jungkook karena Jungkook terkena serangan dan satu karena mengkhawatirkan jika Jungkook akan pergi.

"Bagaimana dengan Jungkookie?" Namjoon bertanya. Taehyung melemparkan tatapan curiga pada Namjoon. "Santai saja. Aku hanya penasaran."

Menyadari tidak ada yang khawatir, Taehyung mengacak rambut halusnya. Ia menghela napas dan menatap langit-langit, takut bahwa air mata mungkin jatuh lagi. Akhir-akhir ini ia telah mencoba menahan air mata yang ingin jatuh setiap kali ia melihat Jungkook kesakitan.

"Hyung," ia berkata lembut, hampir berbisik. "Dia jatuh sakit lagi."

.
.
.

Paper PlanesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang