Prolog

3.8K 126 1
                                    

بســـم الله الرحمن الرحيم
Jangan lupa ambil hikmah nya🌼

***

"Abang, cepetan! Nanti adek telat lagi ke sekolah?! Ini hari senin loh abangg?!" Zahra berteriak di depan pintu kamar abangnya.

"Iya adek, bentar.."

Zahra yang kesal, lebih memilih untuk turun ke bawah dan menemui kedua orang tuanya di ruang makan.

"Adek? Kok teriak-teriak?" Daud--papa Zahra-- bertanya.

"Abang pa kok lama sih selesainya.. Ini kan hari senin, adek piket lagi.."

"Gak baik anak gadis kaya gitu, sini duduk. Makan dulu.."

"Disekolah aja deh ma, udah telat ni.."

Zahra menangkap sosok abangnya yang menuruni tangga langsung menarik tangan abangnya.

"Maa, paa adek pergi dulu yaa" ujar Zahra seraya mencium punggung tangan mama dan papanya bergantian.

"Iya dek hati hati, ni kotak makannya dek. Jangan lupa makan nanti sakit.." Raisa--mama Zahra-- mengantar kedua anaknya ke halaman.

"Abang, hati hati yaa nak. Jangan ngebut-ngebut!"

"Siap paa" sahutnya semangat

Mobil mereka pun melaju membelah jalanan ibu kota yang sudah dipadati oleh kendaraan.

🌼🌼🌼

"Bang, adek pamit dulu ya? Abang langsung ke kampus kan?" tanya Zahra pada Athalla.

Muhammad Athalla Putra. Abang Zahra itu dipanggil 'Athalla' oleh teman-temannya, sedang menempuh kuliah semester akhir di universitas ternama di ibu kota. Zahra anak bungsu dari 2 bersaudara.

"Abang gak ke kampus dek, gak ada jadwal. Hati-hati, belajar yang benar?! Gaada yang namanya pacaran, ngerti?!" Athalla mengelus kepala adiknya.

"Iya, adek ngerti. Assalamualaikum abang" Zahra mencium punggung tangan Athalla.

"Waalaikumussalam my little sister."

Gadis itu pun melangkahkan kakinya menuju kelas. Dia duduk seraya bershalawat.

"Oi Zahra, kok masih duduk?"

Gadis itu menatap lawan bicaranya sekilas, lalu berpaling. Gadis itu masih ingat nasihat papanya bahwa tidak boleh menatap lawan jenis ditakutkan akan timbul syahwat, dan akan terjadi zina mata. Ya, lawan bicaranya adalah lelaki.

"Aduh Azka, kenapa sih? Bawel banget jadi ketua kelas.."

Azka menaikkan sebelah alisnya, "kamu piket kan?!"

Zahra menepuk dahinya, "ya allah. Aku lupa kalau aku piket. Duh padahal tadi pagi masih ingat?!"

Azka tertawa, "masih kecil udah pikun,"

Zahra memincingkan matanya lalu bergegas mengambil sapu.

Azka pun meninggalkan Zahra untuk kembali mengontrol teman sekelasnya, sebagai ketua kelas dia mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi teman sekelasnya yang tidak menjalankan tanggung jawab.

"Zahratunnisa?! I'm coming.." jerit seseorang.

Zahratunnisa, sering dipanggil 'Zahra' oleh temannya. Zahra memiliki tubuh yang sedang--tidak pendek dan tidak tinggi, manis, kurus, juga mempunyai lesung pipi.

"Assalamualaikum akilla?" sindir Zahra.

Akilla terkekeh pelan, "hehe waalaikumussalam Zahra.."

Akilla Putri Maharani, sahabat Zahra dari bangku MTs hingga bangku MA sekarang. Mereka sangat dekat, hingga panggilan mereka untuk orang tua sahabatnya tidak dengan panggilan 'tante' tapi dengan panggilan yang digunakan sahabatnya.

Zahra dan Akilla sekarang berada di kelas 12 semester awal.

Zahra menepuk lengan Akilla pelan, "sana piket, kamu kan piket juga hari ini. Cepat, sebelum ketua kelas bawel itu ngeliat kamu.."

Akilla langsung berlari mengambil sapu lalu ikut menyapu. Setelah selesai, masih ada waktu 5 menit lagi sebelum bel berbunyi, Akilla menarik Zahra ke depan kelasnya.

"Ra, nanti sore kamu temani aku ke toko buku ya?" Akilla menggoyangkan tangan Zahra.

Zahra mengangguk, "oke, aku juga mau beli buku. Kamu nanti jemput aku ya? Kamu naik motor sendiri atau diantar sama kak Ahqaf?"

Akilla tersenyum lebar, "aku sendiri ke rumah kamu, gak sama bang Ahqaf. Ciye ngeharap ketemu bang Ahqaf ya?"

Blush, pipi Zahra memanas. Zahra berjalan ke arah lapangan tanpa menghiraukan Akilla. Bel telah berbunyi, seluruh siswa dihimbau untuk mengikuti upacara rutin setiap senin.

Ahqaf Al-Raihan, biasa dipanggil 'Ahqaf' oleh teman-temannya. Ahqaf adalah sahabat Athalla. Zahra mengagumi abang sepersusuan Akilla ini, Zahra mengenal Ahqaf saat melihat Akilla ke rumahnya di antar oleh Ahqaf, dan Ahqaf juga langsung menemui Athalla.

Yang Zahra tau, Ahqaf adalah seorang tahfidz sama seperti abangnya. Suara mengajinya juga merdu, dan paham akan agama. Hal itu membuat Zahra semakin mengagumi sosok Ahqaf.

Zahra beristighfar pelan, lalu berhenti menunggu Akilla. Bagaimana tidak? Sedari tadi sahabatnya itu berteriak memanggil namanya membuat seluruh murid melihat ke arah Zahra. Duh, untung sahabat.

🌼Bersambung🌼

Alhamdulillah wa syukurillah.. Di publish kembali dengan alur yang lebih panjang😁

Jangan lupa baca Al-Qur'an🌼

Takes You To Jannah [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang