•Five•

719 24 3
                                    

A.N.

Cek mulmed yaaa, itu lagunya.

•••

Untung ini hari terakhir sekolah dalam minggu ini, abisnya mataku udah sembab dan bengkak.

Habis kejadian kemaren itu, aku jadi nangis terus.

Hari ini aku dianter Dirga ke sekolah, dia jadi lebih perhatian karena kemaren.

Dirga mengantarku sampai masuk ke dalam kelas.

Aku duduk.

Dirga tepat di sampingku dan membisikkan sesuatu kepadaku dengan lembut.

"Kalo ada apa-apa, bilang ke gue ya,"

Aku hanya mengangguk lalu Dirga pun pergi.

Kurang dari 10 menit, Aldo masuk ke dalam kelas.

Gaby belom dateng.

Dia duduk di sebelahku, setelah melihat mataku, dia langsung menghampiriku.

"Abel? Mata lo kenapa?"

Aku tersenyum paksa, "Gapapa kok."

Aldo menatapku dengan salah satu alis terangkat, "Bel, lo diapain sama Dirga?"

Hah?
Kok Dirga?

Wah, dia ngiranya aku nangis karna Dirga.

"Bukan Dirga," jawabku.

"Ya terus siapa? Siapa yang buat lo gini?"

"Bukan siapa-siapa."

Aku belum ingin memberi tahunya, nanti aja kapan-kapan.

"Hm, yaudah." ucapnya dingin sambil duduk.

•••

Kelas ini udah sepi, semuanya udah pada pulang.

Aku masih duduk dengan tasku di kelas.

Pikiranku berlari kemana-mana, liar.

Aku masih memikirkan bagaimana itu terjadi, bagaimana aku bisa kelewat semua itu.

Kenapa ga dari dulu aku tau itu?

Semuanya terputar di kepalaku seperti film, membuat air mataku bercucuran deras.

Aku benci menangis.

Aku tau aku cengeng tapi aku sama sekali tidak suka menangis!

Seseorang mengetuk pintu kelasku dan masuk.

Langkahnya mantap.

Dia menarik kursi di sebelahku dan berbisik pelan tepat di telingaku. "Ikut gue yuk, ada sesuatu yang pengen gue tunjukkin ke lo."

Aku menatapnya dengan mata sembabku, dia tersenyum dan menarik pergelangan tanganku dengan pelan.

Kami berhenti tepat di depan ruang musik.

"Ke sini?" tanyaku memastikan.

Dirga mengangguk dan kami pun masuk ke dalam ruangan tersebut.

Isinya ada piano, keyboard, gitar, bass, cajon, ah semuanya ada.

Dirga berjalan mendekati piano hitam tersebut dan duduk di kursinya.

Aku berjalan ke arahnya dan memilih untuk melihatnya dari pinggir.

"Duduk sini." ujarnya sambil menepuk daerah di sebelahnya.

Aku pun duduk di sebelahnya.

Dia langsung memainkan tuts tuts piano tersebut dan mulai bernyanyi,

TRB [2] : UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang