•Fifteen•

277 26 1
                                    

•ABEL•

"Makasih ya Ga, udah nganterin gue," ucapku yang masih di dalam mobil bersama Dirga.

"Omong-omong, sampai kapan kita ngerahasiain ini?" tanyaku.

"Ini?" tanya Dirga bingung.

"Hubungan palsu kita Dirga,"

"Ohh, terserah lo sih," ucap Dirga.

"Berarti boleh ya, gue ceritain ini ke Gaby sama Farin?" tanyaku dengan semangat.

"Ya boleh-boleh aja, asal jangan nyebar, kalo nyebar berarti gagal."

"Emangnya buat apa sih kita gini?" tanyaku.

Lalu, Dirga tidak menjawabnya, tetapi justru malah mendekat dan mendekat.

Jangan bilanh kalo dia mau menciumku,

Jarak kami tinggal beberapa mm,

Tetapi aku menghindar sambil berdeham, "Gue, masuk ya kalo gitu, hehe, makasih ya."

Dirga hanya mengangguk canggung.

Lalu, aku pun berjalan cepat sambil memikirkan apa yang terjadi jika aku tidak menghindar.

He just tried to kiss me

Entah aku harus senang atau sedih.

Tetapi, kenapa saat Dirga mendekat aku justru memikirkan Aldo?

•••

Aldo terlihat lebih lesu dari biasanya, dia menyetir mobilnya sambil menghembuskan napas dengan berat.

"Kenapa mereka mesti jadian?" ucapnya dalam hati.

Saat sudah sampai di sekolah, dia langsung berjalan ke kelasnya dan duduk di kursinya.

Tak lupa untuk memasang earphonenya.

"Pagi, Do!" seru Abel sambil duduk di depannya.

Aldo berusaha untuk pura-pura tidak mendengarnya.

Abel memandang Aldo bingung.

"Do, lo kenapa sih? Kok lesu? Ga enak badan?"

"Do?"

"Udah lah, gausah ngurusin gue, urusin aja tuh si Dirga!" seru Aldo tiba-tiba.

Kalimat tersebut justru malah membuat Abel makin bingung.

Dia langsung berdiri dan meninggalkan Aldo.

Dia kenapa sih? tanyanya dalam hati.

Abel pun pergi keluar kelas dan bertemu dengan Gaby dan Farin.

"Kenapa tuh si Aldo?" tanya Farin.

"Tau tuh, mungkin sejak gue jadian dia jadi--"

"SEJAK LO APA?!" teriak Gaby dan Farin serentak.

Mampus lo Bel, bego bego!!

"Err....jangan di sini deh ngomongnya, ke toilet aja yuk,"

Mereka pun berjalan ke toilet, ya tidak sampai ke dalamnya sih, cuma di luarnya.

"Lo jadian......?" tanya Farin dan Gaby serempak.

"Sssttt! Ga jadian sih sebenernya, ini cuma boongan doang, plannya si Dirga."

Mereka berdua ber-oh-ria, tanda baru mengerti.

"Alah paling-paling juga nanti jadian beneran,"

•••

•ALDO•

Gue gatau harus berucap apa.
Pagi ini gue udah berhasil ngehindarin Abel, tapi rasanya tetep gaenak.

Pengen banget gue bisa ngobrol-ngobrol lagi sama dia tanpa ada rasa canggung.

Yah bisa apa gue.
Gue di mata lo sebenernya siapa sih Bel?

Tuh kan kebayang lagi pas gue ngedate bareng dia. Indah banget.

"OY ALDO!" teriak Dyfano di sebelah telingaku.

"paan sih?" tanyaku dengan nada sebal.

"Gue punya berita bagus, yang gue yakin, bikin mood lo tambah bagus."

"Apa tuh?"

"Abel sama Dirga cuma bohongan, mereka jadian palsu."

•••

Entah apa yang harus gue katakan, tapi gue cukup akui, hal itu ngebuat mood gue naik lagi.

Si Dyfano pinter juga nguping mereka di depan toilet, salut gue.

Bisa-bisanya ya si Dirga, seenak gitu ngambil Abel, terus jadian bohongan.

Sekarang, pelajaran udah dimulai, tapi mata gue gabisa berhenti natapin Abel yang lagi serius nyatet pelajaran.

Andai aja Bel, lo tau perasaan gue ke lo gimana.

•••

"Pulang bareng gue yuk?" pertanyaan yang terlontar dari mulut Aldo itu membuat Abel kebingungan.

"Hah?"

"Heh hoh!" teriak Aldo begitu riang.

"Apasih do, gajelas banget," kata Abel sambil tertawa.

"Udah yuk ah, bareng gue." tangan cowok tersebut langsung menarik tangan Abel dengan leluasa.

Abel yang ditarik hanya tersenyum pasrah sambil berjalan bersama Aldo.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan langsung pergi.

"Loh kok ke sini?" tanya Abel bingung.

"Iya gapapa, karna gue tau lo pasti lagi laper, makan dulu yuk,"

Sumpah, Aldo berubah 270 derajat.

Mereka berdua turun dari mobil dan masuk ke dalam salah satu cafe.

"Lo mau pesen apa?" tanya Aldo.

"Samain kayak lo,"

Pelayan tersebut langsung pergi setelah menulis semua pesanannya.

"Jadi... gimana lo sama Dirga?"

Aldo dengan tiba-tiba menanyakan hal tersebut kepada Abel.

"Hmm, ga gimana-gimana, biasa aja" jawab Abel sambil menghembuskan napas berat.

Haduh Dirga, gue males tau ga ada acara hubungan palsu gini.

"Kenapa? Kok lesu?" tanya Aldo begitu perhatian.

Abel memangkukan dagunya di atas tangannya, "Ya gapapa, cape aja,"

"Terus, lo sama Namira gimana?"

Ide jahat terlintas di pikiran Aldo,

Apa gue jailin aja nih anak? Bales dendam ya Bel heheheheeh

"Gue pengen nembak dia, tapi gatau kapan,"

Satu kalimat tersebut membuat napas Abel terkecat, bola matanya melebar, menunjukan ekspresi kagetnya.

Lalu, tiba-tiba dia tersenyum, seperti ingat akan sesuatu.

"Jangan kelamaan ih Do, kasian Namira, ga enak tau dijadiin jemuran," ucap Abel sambil tertawa garing.

Andai aja Do, lo tau perasaan gue ke lo gimana.

TRB [2] : •••UNPREDICTABLE•••

A.N.
Hai semuanyaaa!
Aduh maaf ya author baru bisa update sekarang:(
Kemaren sibuk banget sama UN dan sekarang udah bebas! Insha Allah bakalan update terus nih.

Stay tune!

16 Mei 2015

TRB [2] : UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang