•Eighteen•

421 30 10
                                    

"Yan, gue bingung nih,"

"Tuh kan, mulai lagi," ujar Ryan di telefon.

"Gue ngerasa, gue pengen beneran serius sama Abel,"

"Gue pengen kita beneran pacaran,"

Terdengar di telinga Dirga, Ryan sedang tertawa, "Ya lo tembak beneran aja lah,"

"Tapi, kalo dia ga nerima gimana?"

Ryan tertawa lagi. "Mana mungkin seorang Dirga ditolak?"

•••
[Sabtu, 17 September]

Pagi ini, kamar Abel sudah berantakan.

Layaknya perempuan lainnya jika diajak pergi dengan seorang laki-laki, Abel membongkar seisi lemarinya untuk mencari baju yang pas.

"Alah! Bomat lah pake baju ini aja!," teriak Abel pasrah.

Akhirnya, perempuan itu memilih kaos peach polos dengan skinny jeansnya, tak lupa memakai flatshoes kesukaannya.

Setelah mandi, dia langsung mengganti bajunya, menyisir rambutnya, dan memakai parfumnya.

"Gini aneh ga ya?" ucapnya dalam hati sambil bercermin.

TOKTOK

Abel langsung turun ke bawah, mengatur napasnya pelan-pelan, dan menyisipkan beberapa helai rambutnya di telinganya.

Dan dibukalah pintu rumahnya itu.

Terlihat sosok laki-laki yang kepalanya tertutup oleh sebucket bunga.

"Hai," ucapnya sambil menurunkan bunga yang tadi menutupi wajahnya.

Abel menganga kaget. "Oh my God Dirga,"

"Mulutnya tutup gih, nanti ngeeeng lalet masuk ke mulut, tau rasa lo,"

20 tangkai mawar peach.

Warnanya persis seperti baju yang Abel kenakan.

"Sejak kapan lo jadi sweet gini sih?" ujar Abel sambil mencium wangi bunganya, lalu berjalan mengambil vas bunga.

Abel tidak bisa berhenti tersenyum.

"Yah, lo tau kan, ada saatnya cowo itu harus ngelakuin hal-hal sweet ke cewe yang dia suka," jawab Dirga sambil duduk di sofa ruang tamu.

Deg.

Entah kenapa, ritme jantung Abel berubah menjadi lebih cepat.

Setelah selesai dengan bunganya, Abel kemudian duduk di samping Dirga.

"Jadi gimana? Mau berangkat sekarang?" tanya Abel seperti tidak sabar.

Dirga mengangkat satu alisnya, "Semangat banget deh,"

"Ya siapa yang ga semangat kalo ditraktir coba?"

"Siapa yang bilang mau ngetraktir lo?" ucap Dirga sambil cekikikan.

Abel memasang wajah kagetnya. "Lah terus gue juga bayar gitu? Ah sialan lo Dirga!"

"Ya nggak lah! Bercanda doang, ayo berangkat sekarang," ucap Dirga sambil mengusap-ngusap kepala Abel, lalu pergi keluar pintu rumah.

Mereka pun pergi menggunakan mobil Dirga.

"Tumben-tumbenan lo bawa mobil," ucap Abel sambil menyender ke kaca mobilnya.

Dirga tersenyum. "Ya iyalah, kan mau jalan sama lo,"

Abel tersenyum sambil menutup matanya pelan-pelan, dia tiba-tiba mengantuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRB [2] : UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang