•Three•

833 34 7
                                    

"Non, itu udah ada laki-laki nungguin di depan," ucap Bi Wati.

"Ohiya makasih Bi," ucapku.

Hm, kenapa dia pagi-pagi gini jemputnya?

Aku langsung bercermin dan melihat diriku.

Tidak terlalu buruk sih.

Aku berjalan ke arah pintu depan dengan gaya sesantai-santainya.

Di sana, aku bertemu dengannya.

Gatau kenapa, rasanya, dia lebih ganteng dari biasanya. Rambutnya ga rapi tapi ga juga berantakan.

Dia pake jaket jeans, tapi lengannya katun.

Cocok sama dia.

"Yuk cepetan gue laper nih," ucapnya sambil memegang perutnya.

Lho, memang kita mau kemana?

Aku mengerutkan dahiku bingung.

"Lo pasti belom makan kan?" tanyanya.

Iya aku belum.

Aku menganggukan kepalaku tanda setuju.

"Gue juga belom, makanya kita makan bareng aja," ucapnya sambil menarik lenganku.

Cuma lengan dan ga kerasa apa-apa.

"Cepetan naik!" serunya. Sehingga aku langsung cepat-cepat menaiki motornya dan memakai helmku.

Lalu, kami berhenti di pinggir jalan, dan memasuki warung--bukan warung sih, tapi semacam tempat makan kecil-kecilan.

Aku tau tempat ini, ini tempat biasanya aku makan bersama Ayah, Bunda, Aaron dan Bella kalau di hari libur.

"Lo mau apa? Gue traktir deh" katanya sambil tersenyum.

Kali ini senyum yang terlihat sangat ... tulus.

"Ehh? Yaudah deh kali-kali, gue samain kayak lo aja," ucapku disertai cengiran.

"Ditraktir langsung aja." ledeknya.

"Lah, siapa yang nawarin ditraktir? Elo kan." ucapku.

"Iya deh iya, biar cepet." ucapnya.

Pagi ini, kita tidak banyak bertengkar, cuma kecil-kecilan dan ga penting.

"Pesanannya?" tanya pelayan sambil menaruh pesanan kami di atas meja.

Aku langsung melahapnya dengan sangat cepat, laper banget abisnya.

"Heh, makannya pelan-pelan," ujarnya sambil menepuk tanganku pelan.

Kenapa dia jadi lebih ...-- Ah sudahlah.

Aku hanya mengangguk pelan dan melanjutkan aktivitasku.

•••

"Lo langsung ke kelas?" tanya Dirga yang sedang jalan di sebelahku.

"Iya kayanya," jawabku sambil mengecek jamku.

"Gue anterin lo deh,"

Dia mulai aneh, kemaren tuh dia kayak cuek dan ga peduli sama sekali, sekarang dia lebih... perhatian.

"Tuh kelas lo," serunya sambil menyuruhku masuk ke dalam.

"Yaudah, makasih udah nganterin," kataku sambil masuk ke dalam.

"Anytime." gumamnya pelan tanpa paksaan.

Aku langsung duduk dan memasang earphone di telingaku, terkadang ikut menyanyi pelan bersama penyanyi di earphoneku.

TRB [2] : UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang