•Sixteen•

275 24 6
                                    

Aldo dan Abel.

Mereka berdua seperti sedang berkhayal satu sama lain.

Mereka berdua seperti sedang berada di satu jalan, tetapi tidak bertemu.

Mereka berdua....

Merasakan hal yang sama tetapi tidak ada yang berani mengungkapkan.

•••

Dirga kini menatap jam di handphonenya, menunjukan angka 23.04.

Dia bosan, tidak bisa tidur.

Dengan cepat dia mencari nama "Abel" di contactnya, dan langsung memencet tombol "call".

Abel yang baru saja menutup matanya langsung terbangun mendengar ringtone handphonenya berbunyi.

Dia membaca nama "Dirga" dan mengangkatnya dengan keadaan setengah sadar.

"Apa?" tanya Abel singkat, padat, dan jelas.

"Kok apa? Hai kek." jawab Dirga jutek.

"Ish, hai dirgaaaaa," ucap Abel dengan malas.

"Hai juga sayangg,"

"Sayang sayang, palelu peyang," ujar Abel sambil tertawa.

"Kamu kemana aja hari ini? Kok tadi di sekolah aku ga liat?"

Suara Dirga berubah menjadi lembut sekali.

"Ga kemana-mana, gue di kelas, lo samperin gue harusnya tadi."

"Iya ya, berarti besok istirahat pertama kamu diem di kelas ya, nanti aku ke sana,"

Abel tertawa kecil. "Apasih lo pake aku-kamu segala,"

"Suka ya kalo aku gini? Bilang aja kali."

"Ga suka gue, kaya couple couple alay gitu tau ga," jawab Abel.

Walau, di lubuk hatinya, dia berkata lain.

Sebagaimanapun Abel menyukai Aldo, tetap saja, mana ada sih perempuan yang ga salting kalo ditelfon sama laki-laki?

"Alah, salting mah gausah ditutup-tutupin."

Tetapi, sepertinya Dirga salah timing. Abel sedang ngantuk-ngantuknya sekarang. Dia jadi lebih cepat ketiduran.

"Oy Abelll,"

"Dih, kebo banget ya kamu," ucap Dirga sambil tertawa.

"Yaudah deh, selamat tidur, jangan lupa mimpiin aku ya,"

"Heheheh dadahh,"

Abel yang setengah sadar itu tersenyum akan perkataan Dirga.

Dia menekan tombol lock-screen handphonenya, dan tidur dengan pulas.

•••

Pelajaran pertama sudah dimulai, tetapi Abel masih saja merasa ngantuk.

Aduh ini pasti gara-gara gue telfonan sama Dirga semalem.

"Bel, lo kenapa? Sakit?" tanya Aldo sambil menghampiri meja Abel.

Eh, si malaikat pake muncul lagi, ngapain dah lo, sama Namira aja sono.

"Haa? Ga kok, gapapa, ngantuk aja," jawab Abel sambil menegakkan posisi duduknya.

"Ohiya, hari ini kita latihan ya, udah lama ga latihan," ujar Aldo sambil berbisik.

Abel hanya mengangguk lemas, jujur, dia ngantuk sekali. "Uh-huh."

Abel ingin sekali tidur sekarang, terkadang dia sudah hampir tertidur, tapi selalu terbangun karena suara Pa Budi.

"Abel? Kamu kelihatan ngantuk banget mukanya, cuci muka dulu sana," suruh Pa Budi begitu melihat wajah Abel.

Abel hanya mengangguk dan berdiri dari kursinya, lalu pergi ke toilet.

Di dalam toilet itu, ternyata ada Namira.

Wajah Abel yang tadinya lesu, langsung berubah.

"Eh ada si Abel...." ucap Namira sambil mengibaskan rambutnya.

"What do you actually want Mir?" tanya Abel dengan muka jutek.

"I mean, lo udah dapetin hati Aldo. Lo mau apa lagi?"

Namira menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo salah."

Abel bingung.

"Lo super salah Abel,"

"Lo salah."

•••

Abel kini duduk di kelas sendiri.

Menunggu Dirga sambil memikirkan apa yang tadi Namira katakan.

"Lo salah."

Gue salah di bagian mananya? Orang Aldo mau nembak Namira kan.

Atau ternyata Aldo ga suka Namira?

Semuanya terlalu membingungkan bagi Abel, dia mengerucutkan bibirnya sambil menopang dagunya di atas tangannya.

"Knock knock!" seru Dirga sambil mengetuk pintu kelas Abel.

"Pangeran datang menjemput Tuan Putri," ucapnya.

Perkataan tersebut membuat Abel tertawa.

"Ayo ah kantin, laper gue," Dirga menarik tangan Abel.

"Apaan nih narik-narik," Abel melirik tangannya yang ditarik Dirga.

Tangannya yang tadi menggenggam Abel berubah jadi merangkulnya, "Ya lo kan tau Bel, gue tuh pacar lo."

Saat mendengar hal tersebut Abel justru malah blushing.

"Cie blushing cie,"

"Bacot lo ahh! Udah kantin hayu sekarang," kata Abel sambil melepas rangkulan Dirga dan berjalan bersamanya.

Di kantin tersebut, duduklah Aldo sendirian.

Yap, harusnya dia bersama Dyfano, tapi hari ini dia tidak masuk, sedang sakit.

Mata Aldo yang tadinya fokus kepada handphonenya, langsung berubah menjadi tajam ketika melihat keakraban Dirga dengan Abel.

"Namira!" panggil Aldo.

Namira yang baru masuk kantin tersebut langsung menghampiri Aldo.

"Apa?" tanyanya.

"Duduk sini cepetan," suruh Aldo sambil menunjuk kursi di sebelahnya.

Dia terlihat bingung tapi tetap duduk di sebelah Aldo.

"Kalo gue ngomong sesuatu, lo harus ketawa ya Mir," ujar Aldo sambil berbisik.

Sekarang, Dirga dengan Abel berjalan di sebelah Aldo dan Namira.

Lalu, Namira berpura-pura tertawa dengan keras, membuat Abel langsung menengok.

"Ehem. Eh ada Abel," kata Aldo.

"Hai Do," ucap Abel sambil tersenyum paksa.

"Kalian makin deket aja deh," perkataan Abel membuat Aldo sedikit sedih.

Padahal kan, maunya mereka berdua bukan begitu.

Terlalu banyak kebohongan di antara mereka berdua.

Terlalu banyak rahasia.

Terlalu, unpredictable.

TRB [2] : •••UNPREDICTABLE•••

A.N.

Haii!!

Yes! Kali ini gue berhasil update 2 chapter dalam satu harii!

Semoga kalian suka yaa, dadahh!!

16 Mei 2015

TRB [2] : UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang