~Tak perlu kuingat seisi dunia, karna aku punya dunia lain dari raut wajahmu~
-----
Seorang gadis berambut hitam sebahu dan berkulit putih itu sedang santai menikmati hari liburnya, merebahkan tubuhnya di sofa sembari menghadap televisi. Gadis itu angat manja, entah sampai kapan dia akan mandiri seperti wanita lain diluar sana.
Ia anak tunggal dari pasangan Hermanto dengan Rinda Amelia, buah hati yang mereka sudah lama ditunggu-tunggu. namanya Sheila Purinda Hermanto, teman-temannya biasa memanggil, Lala.
Meskipun sangat manja namun dia mempunyai tekad yang sangat kuat ketika menginginkan sesuatu, dia akan bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Hari libur ini suasana rumah sangat sepi, hanya terdengar suara tv. Sheila sangat menikmati hari liburnya setelah ada beberapa tugas dan ujian yang dia selesaikan akhir-akhir ini, maklum saja, menjelang semester akhir. Pola tidurnya mulai terganggu sebab ada beberapa tugas yang harus ia kumpulkan tepat waktu.
"Non, diluar ada den Arlan," Ucap bi Iyah. Bi Iyah adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja cukup lama, Sheila menganggapnya sebagai ibunya sendiri, bi Iyah selalu ada disamping Sheila saat mama dan papanya sibuk bekerja.
Gadis itu turun dari sofa lalu mempercepat langkahnya untuk membukakan pintu, setelah sampai di ambang pintu, Arlan menatapnya dengan tajam. Beberapa detik pria itu melihat nya, Sheila sadar jika dia masih memakai daster kupu-kupu. Gadis itu memang selalu memakai daster jika tidak ada kegiatan apapun di hari libur.
Sheila melebarkan senyumannya, "Terpesona liat gue dasteran?" tanya-nya.
Arlan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue ga di suruh masuk?" tanya Arlan mematung di depan pintu rumah.
"Silahkan masuk Tuan Arlan," Balasnya sembari membuka pintu.
"Tolong bi Lala, buatkan saya minum," pinta Arlan setelah duduk dengan tangan yang direntakan di atas kursi tamu, persis seperti majikan.
Tanpa ada balasan apapun, Sheila mengiyakan permintaan Arlan dan langsung berjalan menuju dapur. Tidak menunggu waktu lama, Sheila datang kembali dengan membawa segelas teh buatannya.
Rasain, teh asin buatan gue. Gumam Sheila cengengesan saat Arlan mulai meneguk teh itu.
Raut wajah Arlan masam, mata nya menyerit-nyerit, "Teh apaansi asin," protes Arlan, dahinya mengerut.
"Itu teh asli buatan gue," ucap Sheila duduk disamping Arlan.
"Gimana kalau suami lo yang ngerasain nanti. Buat teh aja gabisa, bisa-bisa nanti dia kepincut sama cewe yang pinter masak," Sambung Arlan, menaruh teh dimeja.
"Kalau gitu, nanti gue cari suami yang berdompet tebal deh---" balas sheila, posisi duduknya mendekat, "Biar gue bisa cari pembantu yang bisa masak, nyetrika, nyuci baju dan lain-lain, kalau perlu gue cari chef internasional sebagai juru masak khusus di rumah gue," jelasnya, lalu mengunyah makanan favoritnya.
"Lu harus tau, arti cinta yang sebenarnya La---" tiba-tiba lelaki itu berbicara tentang cinta, "Sebenernya lu bisa masak atau nggak, itu gimana tanggapan pasangan lu nanti. Dia mau terima lu apa adanya atau ada apanya. Ya, meskipun masakan lu sangat sangat ga enak di mulut, kalau dia nerima lu dia pasti bilang enak atau dia koreksi dengan kata-kata yang baik," jelas Arlan.
Sheila menghiraukan penjelasan dari sang pakar cinta, Karna terlalu sibuk dengan cemilannya.
"Btw, lu cantik pake daster La," puji Arlan yang sendari tadi memandangnya.
"Tuh kan. Lu itu terkesima liat gue dasteran," suara nyaring nya terdengar seisi rumah.
"Jangan di puji Ar, nanti terbang," suara Rinda dari dapur.
"Ih mama, emang benerkan anak Mama Rinda dan Papa Hermanto itu cantiknya turunan dari tujuh bidadari,"
"Ya jelas, Mama nya aja cantik," saut Rinda.
"Iya in aja," kata Hermanto mesem-mesem sambil menuruni anak tangga.
"Eh, ada bujang..." sapa Hermanto pada Arlan, "gimana kabar ayah dan bunda kamu?" sambungnya duduk di sofa yang dikhusus untuk tuan rumah.
"Baik om, om gimana kabarnya?" balik tanya Arlan, tangannya menopang pada lutut, tubuhnya membungkuk.
"Seperti yang kamu lihat sekarang... om sangat baik," Hermanto menatap tajam pada putrinya, "Mau jalan sama Lala ya? duh gadis papa juga masih ada iler nya dipipi," ledek Hermanto.
Dengan cepat tangan Sheila menyusut pipi kanan-kiri nya. Arlan dan Hermanto terkekeh melihat tingkah Sheila.
----------
Jangan hanya menilai cerita dari prolog ya, karna cerita yang benar keseruannya ada di next bab.
Sama saja dengan, "Jangan menilai seseorang dari fisiknya, kita perlu tau jika hati tidak melulu ketergantungan dengan fisik."
Jangan lupa Vote dan Komen kalau ada yang typo ya temen-temen✨
See you next bab.
Jangan lupa senyum.
😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship
Teen FictionNanti akan ada masanya, seseorang mendapatkan pujaannya. Nanti akan ada waktunya semua do'a kita di ijabah. Tidak ada yang bisa melanggar apa yang telah tuhan tetapkan. Pria itu ... Mengingatkan ku pada Ayah. Pria yang pertama kali membuatku menger...