Bab 7

62 12 0
                                    

Malam ini tanggal dua puluh empat di mana sang mojang tepat di umur sembilan belas tahun, dengan umur yang hampir menginjak kepala dua Sheila harus fokus dengan apa yang harus ia capai nantinya.

Nathan, Mila dan Arlan.

Sudah mempersiapkan semua
nya dari jauh-jauh hari.

Ada~

Dekorasi dari tangan seni Nathan yang sangat istimewa.

Bolu ulang tahun langsung buatan chef Mila.

Bungkus kado anak tk dari tangan Arlan.

"Ar! Lu bisa ga kreatif dikit? Udah ga usah pake kipas-kipas segala Ar, takut Lala ga suka, bungkus biasa aja," saran Mila tidak di dengar olehnya

"Masa polos doang. Kreatif dikit dong, dia pasti suka beginian," jawabnya dengan percaya diri, "Ko gini ya," sambungnya sembari menjinjing kado.

"kata gua juga apa. Batu dasar!" Kesal Mila.

Arlan memang sedikit keras kepala bila ada tugas untuk dirinya sendiri, tidak akan menerima asupan baik dari teman dekatnya sekalipun.

" WOY! Lakban mana! " kesibukan Arlan yang unfaedah.

" Mil, dekor siap! " lapor Nathan, "Bolu siap?" tanyanya.

" Siap dong!" jawab Mila melepas sapu tangan lalu menaruh bolu hasil buatannya.

"Ar! Udah selesai bungkus kadonya?" tanya Mila sembari mencari lem yang tadi ia sengaja pisahkan, "Btw.. Lem gua tadi di sini mana than."

"Udah, tau ah!" Jawab Arlan kesal.
Melihat bungkus kado yang dikelilingi lakban hitam putih.

"Astaga Ar! lakban gue ya allah," ucap Mila mengerucutkan bibirnya. Nathan menggelengkan kepalanya.

Melihat kado yang begitu tebal dan lengket bila di pegang, Mila dan Nathan terdiam meratapi kesalahan yang mereka pikir arlan bisa menyelesaikannya dengan baik.

Tepat pukul 00.00 mereka bersiap menuju kamar gadis itu. Rinda dan Hermanto berjalan duluan membuka pintu kamarnya pelan lalu di susul dengan tiga sahabatnya.

"Happy brithday!!!" ucap mereka kompak.

Sheila yang biasanya sudah tidur dia sibuk menulis sesuatu di laptop nya.

"Makasih semua," Setelah meniup lilin.

"La, ni kado buat lo," kata Arlan menyodorkan kado yang dia buat sendiri.

Mengerut dahinya melihat kado yang berbungkus aneh. Namun Sheila tak berkomentar sedikitpun tentang itu, ia malah menyuruh semuanya untuk makan bolu ulang tahunnya.

Di hari yang baru, di umur yang semakin tua ada sesuatu yang membuat sheila harus lebih semangat.

"La, kamu mau kuliah?" tanya Hermanto menyandarkan tubuhnya di sofa yang masih di kelilingi tiga sahabatnya.

"Mau pa, tapi Lala pengen kuliahnya yang deket dari rumah aja ya," balas nya memegangi pisau kue.

Sheila tidak ingin jauh dari orangtuanya, meskipun Hermanto  selalu mendesak dia untuk kuliah di Berlin.

FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang