Bab 4

58 12 0
                                    

Pagi ini matahari terbit seperti pertama kali di ciptakan. Burung-burung berkicauan dengan nadanya, serta hembusan angin yang membuat bunga dan tangkainya bergoyang.

Suasana disekolah sama seperti biasanya, hari senin adalah rutinitas untuk semua sekolah yaitu upacara bendera. Aktivitas itu sheila jalani dengan lancar, walau sedikit pusing berdiri di bawah teriknya sinar matahari.

Lelaki berbaju marun kemarin yang menabrak Sheila, tepat berdiri di depan lapangan. Entah apa yang terjadi, apa dia terlambat atau dia membuat olah. Aneh, padahal dia itu murid baru disekolah ini.

"Assalamu'alaikum wr.wb selamat pagi semua," sedikit tambahan dari kepala sekolah, setelah pembina upacara meninggalkan lapangan.

" Pagi pa..." Seru semua murid SMA Angkasa IV.

"Ini dia, murid baru disekolah kita. Namanya Nathan devano ahmad Rizki, panjang sekali nama mu ini ya nak" Canda pa udin, kepala sekolah. Dengan nada batak nya.

Semua murid terkekeh, dan para siswi terus berdesak-desakan demi melihat murid baru.

'oh dia namanya Nathan' gumamnya mematung, membiarkan teman-temannya menyenggol tubuh nya.

Lelaki itu menatap Sheila lalu tersenyum tipis. Sheila mengalihkan pandangannya, dia memutuskan untuk berdiri di baris paling belakang.

Setelah Perkenalan dan Informasi sudah jelas semua murid kembali ke ruang kelasnya masing-masing.

Treng treng treng

Bunyi Bel pelajaran pertama.

"La, lu tau ga tentang Desi?" tanya lelaki yang selalu tau menau soal apapun itu.

"Apaan si, lu kayak cewe aja demen banget gosipan" jawabnya dengan wajah jutek, "inget dosa," sambungnya membereskan buku paket yang tergeletak di meja.

" biar lu ga kudet..." ketusnya, "gamau tau juga gapapa," sambungnya.

"Emang apaan?" tanya Sheila akhirnya meng iya kan gosipan itu.

"Kan," jawab Arlan, sembari menjitak pelan kepala Sheila. Sheila merintih sakit mengusap pelan kepalanya.

"Dia kayaknya ga sengaja nonjok ketos di sekolah kita, ya padahal kejadiannya udah seminggu yang lalu, cuman gatau kenapa sampe sekarang belum selesai. Lu tau kan si Desi kalo udah marah gimana, Makanya gua ogah deketin dia takut kayak korban-korban sebelumnya." tangannya bergerak tak karuan.

"Ya kalo menurut gue sih, apa yang di lakukan Desi itu bener," dengusnya.

"Lah apanya yang bener, lu aja baru denger setengah ceritanya," saut nya kesal.

"Ketos nya masih si Yoyo?"
"Bukan, tukan lu ketos sekolah aja gatau saking kudetnya," balas Arlan.
"Ya biarin. Yang penting gue tau presiden Indonesia,"

Arlan menggeleng-gelengkan kepala tertawa kecil.

"Ketos nya Dimas, kaka kelas super seram," balas Angga mengerucut badan kekarnya.

"lu badan aja gede, sama cowo gitu aja takut..." ucapnya tertawa, "tapi emang kak Dimas orangnya gitu sih, agak keras. Gua aja gasuka sama cowo keras kayak gitu, amit-amit dah kalo sampe punya pacar kaya dia," sambungnya sesekali mengangkat bahunya.

FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang