6

7 0 0
                                    

Pagi ini Mira terbangun dengan kondisi yang sangat jauh dari kata baik baik saja. Ia tertidur masih dengan setelan mukena menutupi baju perginya yang belum sempat ia ganti sejak kemarin, deringan jam weker memaksa kedua matanya yang membengkak untuk terbuka lebar lebar meski upaya tersebut tampak sia sia karena matanya hanya tampak segaris

"Anjirlah gue kesiangan" umpat Mira saat melihat jarum jam menunjukan pukul setengah delapan pagi sedangkan kelasnya hari ini akan dimulai dalam waktu lima belas menit. Gadis itu langsung saja membilas tubuhnya tanpa menggunakan sabun lalu menyiapkan segala keperluannya

Semalaman ia menangis karena teringat Alfa. Ia benar benar merindukan sosok lelaki yang namanya hampir selalu ia sebut dalam doanya. Mira berandai-andai apakah Alfa akan berada disisinya jika takdir berkata lain hingga rasa lelah memaksa kedua matanya untuk tertutup rapat. Dan berterimakasihlah karena kini mata gadis itu tampak seperti bola mata ikan mas koki

Tote bag dan sketchbook telah bertengger manis di tangannya, namun ia tak bisa menemukan keberadaan ponselnya ditambah lagi dengan keterbatasan jarak pandang yang menyiksanya bertubi tubi

Persetan dengan ponsel, Mira meninggalkan kamar dan langsung menaiki ojek pangkalan menuju kampusnya. Akhirnya Mira bisa sampai di kelas tepat waktu berkat pengemudi ojek yang dengan tabah menuruti teriakan Mira untuk lebih cepat secara bertubi-tubi

"Mir, itu kantong mata atau bibir Kylie Jenner? Gede bener" ucap Sena saat Mira duduk di sebelah gadis berponi itu. Mira tak menanggapi ucapan Sena dan beralih membuka lembaran sketchbooknya dan mulai menorehkan pensilnya sesuai permintaan dosen

"Kontrol lagi intensitas tekanannya, tebal tipisnya. Jangan emosi, keliatan banget bedanya" kritik sang dosen ketika melewati meja Mira. Dosen dengan rambut klimis itu menunjuk-nunjuk beberapa bagian di kertas Mira "ulangi lagi coba"

Dan Mira pun hanya bisa mengangguk pasrah

○○○○

Pukul setengah dua belas siang kelas berakhir. Mira tengah berjalan keluar pintu kelas ketika seseorang menahan langkah Mira dengan menarik sketchbook di tangan kirinya. Gadis itu hampir memaki siapapun pelaku yang sudah membahayakan eksistensi sumber nilainya

Dialah Emir Zakiy, dengan cekungan mata khasnya menatap Mira datar. Hawa canggung yang mendorongnya untuk menarik sketchbook Mira, bukan tangan si pemilik

"Ck, ngapain lo?" Ketus Mira sambil membuang muka. Ia sebenarnya bertanya tanya bagaimana Zakiy bisa mengetahui kelasnya diantara ratusan ruang yang ada di gedung fakultas seni berlantai lima ini

Zakiy hanya diam, ia mengamati kedua mata Mira yang hanya tampak segaris. Segininya impact omongan gua sampe dia nangis semalam?

"Kak, lepas" usir Mira dengan nada dingin sambil menggoyang goyangkan sketchbooknya.

"Nih" tangan Zakiy yang lain menyodorkan paperbag putih dengan logo sebuah toko optik "tutupin mata lo"

Mira menatap tajam Zakiy, sepertinya lelaki itu sengaja mengejeknya. Tangan Mira perlahan mengambil alih paperbag dari Zakiy

"Kemarin juga gua lupa balikin hp lo"

Mira membuka isi paperbag dan mengambil benda pipih serbagunanya lalu ia memincingkan mata menatap Zakiy seolah berkata Lo gak liat-liat isi hp gue kan?!

"Gua ga liat galeri lo kok" Zakiy berkata seolah mendengar isi kepala Mira. Gadis itu bernafas lega dan hendak meninggalkan Zakiy namun ketika langkah keempat, ucapan Zakiy membuat langkahnya terhenti

"Lagu lo bagus"

Kaki Mira berputar 180 derajat dan dengan langkah lebar-lebar mendekati Zakiy hingga jarak mereka hanya terpaut senti

Dari jarak sedekat ini Zakiy melihat dengan jelas wajah Mira berubah kemerahan. Gadis itu menunjuk wajah Zakiy namun hanya bergumam tak jelas

"Lo...."

Zakiy menaikan sebelah alisnya menunggu kelanjutan ucapan Mira namun yang terjadi adalah Mira memukulnya dengan sketchbook A3 di tangannya seolah Zakiy adalah guling yang akan dijemur

"Sialan lo buka-buka recorder gue!!!!"

"Aduduh! Udah woi stop-stop-stop!!!" Zakiy mengaduh selama Mira menghujaninya dengan pukulan, sesekali lengan lelaki itu menangkis lalu mengambil langkah seribu sebelum lengannya berubah kemerahan

"PERGI LO JAUH-JAUH!" Maki Mira saat Zakiy melangkahkan kakinya menjauh namun lelaki itu menyempatkan untuk menoleh dan menjulurkan lidah kearah Mira

Melihatnya saja membuat Mira gemas dan menahan diri sekuat mungkin agar jari tengahnya tidak mengudara

Sesaat setelah punggung Zakiy menghilang barulah Mira melangkahkan kakinya kearah gerbang timur. Kedua telinganya tersumbat oleh earphone putih dan menelaah rekaman mana saja yang mungkin Zakiy dengar

Mira memang pernah sesekali  memamerkan suaranya di media sosial namun kini ia lebih memilih untuk menyimpannya untuk diri sendiri

Awal dan Akhir | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang