10

4 0 0
                                    

Pencahayaan dalam ruangan itu hanya berasal dari jendela yang terbuka, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di tembok dan langit-langit. Mira berbaring di kasurnya, menatap bayangan yang menari-nari. Deru kendaraan masih terdengar bersama cahaya lampu kendaraan yang menyerobot masuk kedalam kamar. Semesta masih berkoordinasi dengan baik malam ini, tak memperdulikan suasana hati Mira yang sudah tak karuan.

Ia tak boleh terus begini. Namun apadaya, ia merasa terkurung dengan perasaannya. Adakah harapan untuknya melalui kesedihan ini? Apakah Semesta akan mengulurkan tangannya membantu Mira keluar dari keterpurukan? Adakah keajaiban di luar sana yang menawarkan pinta untuk Mira?

Mira bertanya-tanya pada pada diri, apakah pertanyaannya barusan memang masuk akal

Semoga saja.

Semesta akan mengulurkan tangan-Nya.

"Ka, gorengannya ka"

Mira terlonjak kaget ketika mendapati seorang anak kecil dengan dandanan lusuh sudah berdiri tepat diluar jendelanya. Anak itu bisa saja melompat masuk kapanpun

Mira melihat jam menunjukan pukul delapan malam, dan anak ini belum pulang kerumahnya? Mira menduga ia semacam didoktrin tak boleh pilang kalau dagangannya belum habis. Hal itu membuat hati Mira iba

"Berapa gorengannya dek?"

Ingatkan Mira untuk menutup jendelanya setelah ini

○○○○○
Awal dan Akhir
●●●●●

Zakiy tengah berkutat dengan laptopnya di meja, kertas-kertas berhamburan di setiap sudut dengan coretan tinta merah yang membuat kepalanya berdenyut

"Zak, makan dulu" titah ibunya dari luar kamar. Zakiy hanya mengiyakan tanpa niat untuk keluar kamar sama sekali. Sampai tiba-tiba pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok umi dengan wajah kesalnya

"Bulukan kamu diem di kamar mulu, Zak"

Zakiy mengerjap. Bulukan? Hal itu malah membuat Zakiy tertawa tak tertahankan

"Malah ketawa lagi! Ayo turun makan dulu!"

Zakiy akhirnya menurut. Menyimpan data di laptopnya sebelum mengikuti langkah umi di tangga. Sayang sekali Zakiy harus melewati separuh kesempatan kesurupan Maudy Ayunda, tumben sekali hari ini ia sangat niat untuk menyusun revisian skripsinya dari pagi hingga malam seolah menyambutnya dengan senang hati

Zakiy mengambil lauk tempe goreng tepung kesukaannya dan beberapa sendok tumis kangkung yang masih mengepulkan uap panas yang semakin menggugah selera

"Abi belum pulang?" Tanya Zakiy yang ikut duduk di ruang tengah bersama umi yang sedang menonton tv

"Udah pulang dari tadi, sekarang lagi mandi kali"

Zakiy hanya ber ooh ria sambil menikmati santapannya

"Mira apa kabar Zak?" Tanya umi tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi

Zakiy sendiri terdiam memikirkan kenapa umi tiba-tiba menanyakan perempuan cacat mental itu.

"Gatau" jawabnya enteng

"Ko gatau?"

"Ya sama temen sejurusan aja jarang ketemu apalagi dia kan beda fakultas, adik tingkat juga, ya probabilitas ketemunya makin kecil lah"

Membicarakan hal tersebut membuat Zakiy teringat dengan multichat Zahra dan Bachtiar. Kira-kira apa yang mereka rencanakan?

Bukan urusan gua

Zakiy memantapkan diri. Mira bukanlah urusannya. Urusan mereka hanya sebatas kecelakaan kecil di parkiran waktu itu. Selesai sampai situ. Betapa baiknya Zakiy menuruti keinginan Mira untuk tidak mengenalnya.

Gua dikata brengsek sama dia.  Gatau aja tu anak kalo gua brengsek, si Bachtiar berarti ada di kasta terbrengsek dari semua brengsek-brengsek liga perbrengsekan di kampus.

Zakiy mendengus.

"Kalian ga lagi berantem kan?" Tanya uminya yang membuat Zakiy menatapnya horror

Umi cenayang ya?

"Umi penasaran aja sama Mira, dia temen cewek kamu di kampus yang pertama umi kenal"

"Zakiy ga temenan sama dia"

"Nah kan bener, berantem kan kalian??"

"Bodo amat lah mi, Zakiy keatas lagi" ucapnya sambil melangkah menuju dapur, meletakan piring bekasnya dan minum segelas air sebelum kembali ke kamarnya

Yah, keburu ilang kan setan Maudy Ayunda nya. Udah males gua ngerjain. Bodo amat lah

Zakiy memutuskan untuk membuka ponselnya dan membuka aplikasi hago

Awal dan Akhir | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang