mhib 1 : marry your daughter

89.6K 1.6K 19
                                    

"I'm gonna marry your Pincess and make her my queen."
Marry Your Daughter — Brian McKnight

Mata pria paruh baya itu menyorot dingin saat menatap tangan anak perempuannya yang melingkar erat di tangan seorang laki-laki asing di hadapannya. Mata pria paruh baya itu kemudian beralih ke wajah si pria, membuat yang ditatap hanya meringis kecil dan menundukkan kepalanya dengan takut.

Mereka sudah berdiri di sana selama kurang lebih 5 menit, dengan sang Ayah dari si perempuan yang tidak memperbolehkan pacarnya masuk ke dalam rumah. Tapi puterinya sama keras kepalanya dengan sang Ayah dan tetap mempertahankan pacarnya agar berdiri tegap di depan Ayahnya. Walaupun kaki mereka kedinginan karena udara di halaman rumah saat malam hari.

"Crystal ..."

"Yes, Daddy?"

"Speak Indonesian, darling."

"No secret in our relationship, Dad. I'm sorry," balas puterinya sambil tersenyum lebar, dan mengeratkan lingkaran tangannya di tangan sang pacar yang merupakan bule. Lagian, sangat sulit untuk mendapatkan pacar orang Indonesia di saat mereka kini tinggal di New York.

"Kamu pikir Ayah gak bisa bahasa Inggris?" tanya sang Ayah dengan bahasa negaranya. Matanya memincing menatap Crystal. "Kamu mau dia denger Ayah nolak kehadiran dia mentah-mentah?"

Crystal seketika cemberut dan segera melepaskan lengannya dari sang pacar. "Ayah kenapa, sih? Ini udah lebih dari sepuluh kali aku ngenalin Ayah sama calon suami pilihan aku. Tapi, Ayah selalu nolak dengan alasan aku masih kecil, lah. Aku belum waktunya nikah, lah. Dia cowok nggak baik, lah. Ini, lah. Itu, lah," oceh Crystal dengan sebal. "Ayah mau aku ngga nikah sampe umur 40 tahun, hah? Aku udah mau 28 tahun, Yah! 28! Di Indonesia, pastinya aku ini udah punya 2 anak atau bahkan lebih!"

Ayah menghela napas panjang. "Dia bukan anak baik, sayang. Ayah tau. Kamu pasti dapetin dia di hiburan malam, kan? Masa jam setengah 12 baru nganter kamu pulang?"

Crystal menghentakan kakinya dengan kekesalan yang sudah memuncak. "Dia baik, Ayah! Kita baru pulang jam segini karena shift kerjanya memang selesai jam segini! Crystal udah tau Ayah bakalan ngomong gini. Makanya, Crystal cari cowok ganteng yang baik-baik buat dijadiin calon suami."

Ayah kali ini mendengus, dan mengalihkan pandangannya pada si bule. "Sorry, dude. You must go away from here."

"Ayah!"

"Now. Or my foot, and my knife will—"

"Okay, sir. Good night," ucap si bule dengan wajah takut sekaligus muram, lalu pergi dari sana tanpa pamit pada Crystal.

"Daniel!" seru Crystal tidak terima, hampir saja menangis saat pacarnya perlahan menjauh. Namun, ia menghela napas panjang dan menatap sang Ayah garang. "Ayah nyebelin!"

"Biarin!"

"Ayah!!"

"Kamu nggak liat dia nggak sopan gitu? Ayah belum selesai ngomong udah dimutilasi aja."

"Ih Ayah! Crystal bakal kawin lari!"

Ayah mendelik sebal. "Bule nggak akan ngerti kawin lari," ucapnya. "Ayo masuk! Calon suami kamu ada di dalam."

"Crystal nggak mau! Crystal mau di sini aja sampe hipotermia! Bodo amat sama calon suami—HAH? CALON SUAMI?!" seketika, Crytal tersadar dan langsung memelototi Ayahnya dengan kaget. "Beneran, Yah? Akhirnya!! Ayah ternyata jadi juga ngejodohin Crystal."

Ya, memang dasarnya Crystal kelihatan kebelet kawin. Tapi bodo amat. Cinta itu omong kosong. Yang penting punya keluarga, Crystal yakin tanpa cinta juga dia akan bahagia. Makanya, Crystal mengambil cowok manapun yang dia suka untuk dinikahi. Tapi, semenjak cowok pertama yang dia bawa ke rumahnya, pasti tidak diterima baik oleh sang Ayah dan Bunda. Dari yang bad boy sampai good boy, semua ditolak mentah-mentah.

Sang Ayah berbalik dan masuk ke dalam rumah, di susul dengan Crystal yang mengikuti dengan antusias saat masuk ke dalam rumah. Dapat Crystal dengar Bundanya yang mengobrol dan disusul dengan tawa seorang pria. Crystal sedikit mengernyit mendengar suara tawa itu. Terdengar familier. Namun, siapa?

"... Terimakasih, Bu. Sudah memberi kesempatan."

Crystal terpaku mendengar suara itu. Langkahnya terhenti bersamaan dengan matanya yang menangkap visualisasi seseorang yang sangat ia kenali di masa lalu. Di sana, pria itu terlihat menunduk sungkan di hadapan sang Bunda. Mengenakan pakaian formal dengan jas hitam dan dasi yang melingkari kerah kemejanya. Sesekali mengangguk canggung, lalu mengusap tangannya pada bagian paha yang tertutup celana.

"Eh, itu Crystal nya sudah datang."

Mata itu lalu menatapnya, membuat Crystal tersentak. Dan saat sebuah senyum tersungging di wajah pria Indonesia itu, seketika rasa takut, sakit, benci dan marah membaur menjadi satu. Pria itu berdiri, dan terus menatap Crystal dengan tatapan penuh rindu sekaligus ... Cinta?

Cih. Kalau Crystal masih sama seperti dulu, dia mungkin akan luluh.

"Euis?"

Sebelah high heels Crystal melayang pada pria itu. Namun dengan kecepatan seorang pria seperti biasanya, pria itu melompat dan menghindar dari sepatu tersebut. "Euis, Euis. Nama gue Crystal, bukan Euis!" seru Crystal dengan jengkel.

Pria itu menatap Crystal dengan ekspresi terkejut. "Tapi Is—"

"Sekali lagi lu panggil gue Euis, gue robek mulut lo ya!"

Pria itu terdiam. Antara kaget dan tidak menyangka jika Crystal akan seperti itu padanya.

"Crys, siapa yang ajarin kamu kayak begitu sama calon suamimu?!" ujar sang Bunda dengan mata melotot pada Crystal.

"Calon suami dari Pluto?!" Crystal balik melotot dengan tidak terima. "Ogah banget kawin sama cowok macem dia. Calon suami mana yang ngga tau nama calon isterinya?"

"Tapi, nama kamu kan emang Euis," kata pria itu dengan ketenangan yang bahkan membuat Crystal sendiri kaget melihatnya. "Lagian, planet Pluto kan udah nggak dianggap planet, Is."

"Itulah arti ketidakmungkinan. Makanya gue ngomong kayak gitu. Itu artinya, lo nggak mungkin jadi calon suami gue!" balas Crystal sambil mendelik. "Dan jangan panggil gue Euis!"

"Tapi Is—"

"Diem lu! Ini masalah keluarga, tau nggak? Masalah masa depan gue yang kemungkinan bakalan hancur kalo dinikahin sama lo!"

"Hush!" Ayahnya melotot, memperingatkan Crystal. "Kamu ini jahat banget ngomongnya. Sama calon suami sendiri pula."

"Ayah!" seru Crystal dengan dongkol. "Jadi ini cowok pilihan Ayah? Yang kerjaannya perkosa cewek sana-sini?"

"CRYSTAL!" orangtuanya berseru dengan kencang dan bersamaan.

Namun, bukannya sedih karena dibentak, Crystal malah mendelik kesal dan berjalan untuk pergi dari sana. "Crystal pokoknya mau kawin lari aja! Crystal nggak mau sama cowok yang otaknya di selangkangan!"

"CRYSTAL!!"

Dan kali ini, Crystal pergi dari sana dengan mata yang perlahan mulai berkaca-kaca. Crystal pikir, dia sudah berubah. Crystal pikir, dia sudah bisa menerima masa lalunya yang buruk. Namun ternyata, satu kedatangan seseorang dari masa lalu nya membuat Crystal kembali jatuh dengan sangat kencang.

Crystal tidak mau. Dia tidak mau jadi bagian keluarga orang yang dibencinya.

Crystal Hersono, sangat membenci Fares Dharma.

Instagram: nrshf.mara.s
Blogger: nurshifasf.blogspot.com
Yt channel: sf ling

My Husband Is a BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang