mhib 9 : mine

23.7K 1K 10
                                    

"I'm so fucking happy you're alive. Swear to God, I'm down if you're down. All you gotta say is right. Girl, anything I can do just to make you feel alright."
Mine — Bazzi

"Bisa ceritain apa yang terjadi waktu gue koma?" tanya Crystal. Antara bingung, kesal, dan linglung seketika. "Kenapa gue bisa jadi isteri lo? Sedangkan disini gue nggak tau apapun."

Pria yang berdiri di samping ranjang rumah sakit Crystal, hanya menatap Crystal tanpa kedip. Saat ini, mereka sedang berbicara berdua setelah Crystal menyuruh semua penghuni di sana pergi karena Crystal ingin berbicara dengan Fares. Dengan perlahan, tangan Fares kemudian menyentuh jari manis Crystal, yang ternyata terdapat cincin di sana. Tatapan Fares masih terpaku pada Crystal. "Ya. Kita menikah waktu kamu masih koma."

Mulut Crystal sontak terbuka lebar mendengarnya. "Gue nggak pernah setuju nikah sama lo!"

"Tapi orangtua kamu merestui," kali ini, Crystal dapat melihat kekeraskepalaan Fares di mata pria itu. Seolah, kali ini Fares tidak mau di tolak lagi. "Kamu istri aku sekarang. Dan sudah sah di mata agama maupun hukum." katanya tegas.

Crystal segera mengembuskan napas panjang, dan meraup wajahnya dengan kasar. Matanya menatap pada tangan Fares yang masih menyentuh tangannya. Tidak ada ketakutan kali ini. Mengetahui jika Fares orang pertama yang menolong Crystal dari kecelakaan, dan melihat Fares saat pertama kali sadar membuat ketakutan Crystal sedikit berkurang.

Mata Crystal menatap Fares dengan pandangan pasrah. "Res, gue nikah bukan buat main-main," ungkap Crystal kemudian. "Alasan lo nikah mungkin karna rasa bersalah. Dan gue nggak butuh rasa apapun untuk menikah, Res. Gue pengen punya keluarga. Gue pengen punya anak, dan jalan-jalan bareng suami sama anak gue. Bukan cuma sekedar rasa yang ..., setelah nggak lo rasain lagi, lo bakal pergi. Gue nggak butuh itu." ujarnya panjang lebar sambil menatap Fares serius.

"Aku nggak akan pergi," balas Fares dengan mantap. "Aku janji. Pegang kata-kataku."

Crystal segera menggelengkan kepalanya cepat. "Gue nggak bisa, Res."

"Aku nggak main-main sama pernikahan kita, Crys," tangan Fares yang tadi hanya menyentuh, kali ini menggenggam tangan Crystal. "Kali ini, bukan karna rasa tanggungjawab ataupun rasa bersalah. Aku mau punya keluarga. Aku mau punya keluarga sama kamu."

Jantung Crystal berdesir. Matanya menatap manik mata dan wajah Fares, mencari kebohongan atau kedutan di wajah lelaki itu yang menandakan Fares tidak serius. Namun, yang Crystal dapatkan hanyalah betapa seriusnya Fares dengan ucapan lelaki itu sekarang. Crystal menghela napas pelan. "Gue nggak tau, Res. Gue masih ragu."

"Apa yang bikin kamu ragu?" tanya Fares, membuat Crystal menggelengkan kepalanya pelan. Fares menghela napas panjang, lalu menangkup sebelah pipi Crystal dan mengelusnya dengan ibu jari. "Kamu mau apa, Crys? Aku bakal kasih apapun yang kamu mau. Aku bakal wujudkan. Kamu mau anak? Ayo kita bikin."

Mendengarnya, Crystal memelototi Fares, lalu memukul lengan atas lelaki itu. "Lo! Sembarangan banget tuh mulut."

"Kenapa? Tadi bilang mau anak. Ayo bikin setelah kamu sembuh."

"Fares!!"

Fares terkekeh pelan mendengar rengekan Crystal. Alisnya kemudian mengernyit, seolah mengingat sesuatu. "Kamu boleh minta apapun ke aku. Apapun, asal jangan minta pisah sama poliandri," ucapnya kemudian. Matanya menatap serius, sekaligus takut akan sesuatu. "Tapi aku ingin minta satu hal sama kamu, Crys."

Mengerjap pelan, Crystal lalu mengerutkan alisnya dengan mata berbinar penasaran. "Apa?"

"Jangan tidur berhari-hari. Karna kamu yang tidur terlalu lama, sukses bikin aku merasa hancur untuk kedua kalinya," bisik Fares lembut, dan dapat membuat Crystal tersihir sehingga menganggukkan kepalanya pelan.

Kedua kalinya? Dan, kapan pertama kali Fares pernah merasa hancur?

My Husband Is a BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang