VR.10:Stop!

14 4 0
                                    

*Dilak Pov

Saat mendengar nama itu sedang menungguku dari bang Ray,tanpa pikir panjang,aku melangkahkan kakiku menuju dia.

Jujur saja,sejak tadi aku menunggu kehadirannya,jangankan kehadirannya,kabar darinya pun tidak ada.

Maka dari itu,tadi,saat pergi bersama kak Abid,aku tak nyaman "bagaimana jika ia sedang mencariku?"pernyataan itu selalu terngiang di pendengaranku,karena itu aku cemas,dan meminta pulang.Dengan Alasan untuk mengerjakan tugas,yang sebenarnya hanya sekedar alasan,karena aku tak mempunyai tugas apapun.

"lagi sibuk ya?"ternyata ia berada di ambang pintu keluar menuju halaman belakang,dan tentunya dia sudah melihat sosok kak Abid disana

"yaudah,gue pulang aja deh"ucapnya berbalik hendak pergi "lo apaan sih!" bentakku yang tak terima ia pergi begitu saja.

Dia membalikkan badannya menatapku "gue iseng aja kesini,kali lo kangen,tapi ternyata nggak,yaudah,lanjutin aja.Gue cabut dulu ya"semakin kesal,aku pun menarik lengannya.

"gue tuh gak sibuk!lo marah beneran ya sama gue!yaudah gue minta maaf,stop deh Zel,seharusnya kan gue yang marah sama lo!tapi kenapa sebaliknya?lo tuh jauhin gue tau gak!gue tuh sadar kalo lo tuh ngehindar dari gue!"dan kini air mataku mengalir,jujur aku tak tahan jika dijauhi begini oleh Zel.

(para pembaca juga tau,jika Dilak itu menyukai Zel kan,jadi mana mungkin ia tak sedih,atau cemas saat Zel berusaha menghindarinya)

"Et,ko lo nangis sih Lak,udah...ngapain nangis?"tanya Zel kebingungan.

(padahal,seperti yang para pembaca ketahui Zel menjauhi Dilak itu karena ia tak mau Dilak terkekang akibat keberadaannya yang selalu didekat Dilak,itupun dilakukan Zel,karena Zel tak mau membebani Dilak akibat mereka selalu bersama.Seperti yang para pembaca tau,bahwa Zel itu menyukai Dilak)

Aku sudah tak tahan,dan kini yang ku mampu adalah meluapkan segala kekesalanku kepada Zel.

Mendengar kemarahanku,serentak kak Abid dan bang Ray mendekat ke arah aku dan Zel "Lak,sutt"ucap Zel hendak menghapus air mataku,karena amarahku yang terus memuncak,aku menahan tangannya,dan berlari ke kamarku,aku malu jika akan ditanya,lagi-lagi parahnya saat aku memasuki rumah,kakek kak Abid dan kakekku menatapku,aku pun masuk ke kamar yang disiapkan khusus untuk aku oleh kakek.

*Author Pov

"ada apa lagi Zel?"tanya bang Ray ke Zello yang terdiam karena kini Dilak kembali menangis karenanya.

Bukannya menjawab,Zel hanya diam,dia bingung ingin berkata apa "gue perhatiin,lu napa sih sering buat Dilak sakit?terus tadi kenapa?lo ngejauh dari dia kenapa?"kini ganti Abid yang bertanya kepada Zel.

Zel menatap tak suka ke arah Abid,jika ini bukan lingkungan keluarga Dilak sudah ia hajar lelaki yang berani merebut Dilak dari pelukannya.

"lo sahabat dari kecilnya kan?seharusnya lo ngelindungin dia bukan buat dia nangis mulu bro"ucap Abid lagi sebelum melangkah pergi masuk ke dalam rumah keluarga Dilak.

"jangan sotoy deh lo!Dilak nangis gitu karena ga bisa jauh dari gue!bilang aja lu ga di kangenin Dilak sedikitpun"balas Zell sengit.

"woy,woy udah..paan lu pada!udah udah,masuk!malah ribut."tengah bang Ray.

Sedangkan dikamarnya,Dilak menyembunyikan malu,ya dia malu sudah nangis begitu,dan itu sangat mengartikan bahwa Dilak itu tak bisa jauh dari Zel.
.
.

"Suatu keputusan itu tak bisa diputuskan saat kita merasa lelah,karena jika kita menjadi baik,pasti akan menyesal karena semua itu kita putuskan saat dimana kita tak berpikir jernih"
-nisbar-

Vino RazelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang