Naliana Nicolette Wu.
Gadis itu masih mengatur nafasnya yang begitu terengah-engah. Terhitung ini adalah pelepasannya yang ke tiga kali. Tubuhnya sudah terasa begitu lelah, miliknya juga sangat ngilu. Namun Chanyeol seperti nya masih belum juga mendapatkan pelepasannya sama sekali.
Tubuhnya kembali tersentak ketika Chanyeol kembali menggerakkan tubuhnya, bergerak dengan cepat untuk mengejar pelepasannya sendiri. Gadis itu mencengkram punggung Chanyeol dengan kuat, menahan gerakan Chanyeol yang kelewat brutal.
Dengan satu kali hentakan kuat akhirnya Chanyeol mendapat pelepasannya untuk yang pertama kalinya. Nana -nama panggilan gadis itu- membuang wajahnya saat Chanyeol hendak menciumnya, dengan tenaga yang masih tersisa, gadis itu mendorong tubuh Chanyeol agar menjauh darinya.
Chanyeol menahan untuk tidak berteriak saat Nana memunggungi nya. Sial, dia belum selesai. Chanyeol menghela nafas kasar dan beranjak ke kamar mandi untuk menyelesaikan nya sendiri.
Beberapa saat kemudian, Chanyeol keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai celana pendek. Tubuhnya sudah rileks dan tidak terlalu sesak. Dia lantas naik ke ranjang dan memeluk wanitanya dari belakang.
"Yeol,"
"Hm?"
"Kamu puas?"
Chanyeol mengernyit, "Maksudnya?"
"Jawab aja, kamu puas?"
Alih-alih menjawab, Chanyeol justru termenung. Dia tidak mengerti dengan pertanyaan yang Nana maksud. Diamnya Chanyeol seakan menjawab pertanyaannya.
"Kamu gak puas." sambung Nana.
Samar-samar Chanyeol dapat mendengar isakan gadis itu. Ia membalikkan tubuh Nana agar berhadapan dengannya. "Kamu ngomong apa sih? Aku gak ngerti." kata Chanyeol seraya mengusap pipi basah Nana.
Nana menepis tangan Chanyeol kasar. "Kemarin kamu tidur sama Tifanni, Yeol. Aku tau." katanya dengan mata tergenangi air.
Chanyeol menipis bibirnya, berusaha mengontrol dirinya tetap tenang walau sebenarnya rasa takut sudah mengusai dirinya. Nana tau hal itu, tapi darimana?
"Sayang, dengerin dulu." Chanyeol tidak mengelak namun berusaha untuk menjelaskan semuanya. Tapi sepertinya Nana sudah terlanjur kecewa padanya.
"Aku mau pulang." Nana berujar pelan. Ia pun bangkit dan meraih pakaiannya yang berserakan dimana-mana. Dia sudah seperti wanita sewaan yang digunakan Chanyeol pada saat butuhnya saja.
"Na," kata Chanyeol pelan. Merasa diabaikan, Chanyeol menarik baju Nana yang baru saja dikenakan hingga tak berbentuk. Ia membuang baju itu dan melemparnya asal.
Mendapat perlakuan seperti itu membuat Nana semakin merasa direndahkan, tanpa bisa dicegah airmata nya jatuh begitu saja. Chanyeol memang brengsek!
Chanyeol hanya datar menatap Nana yang sedang menangis tanpa berniat membujuknya atau menghibur nya. Chanyeol akan menjelaskan semuanya jika Nana sudah tenang.
Dengan masih terisak, Nana berujar. "A.. aku mau putus."
"NALIANA!" Chanyeol membentak, membuat tangisan Nana semakin keras. Chanyeol menarik tubuh Nana agar kembali berbaring dan dalam satu kali hentakan, Chanyeol menyatukan tubuh mereka.
Chanyeol kembali bergerak dengan kasar dan cepat tanpa mempedulikan jeritan Nana yang memintanya untuk berhenti. Dia sudah cukup sabar karena tadi menyelesaikan gairahnya seorang diri dikamar mandi, tapi Nana justru membahas topik yang paling Chanyeol benci sehingga membuatnya tidak bisa menahannya lagi.
"Putus? Kamu mau putus Na? Dari aku? Gak akan bisa!" Sekali lagi, Chanyeol menghentakkan dengan kuat tubuhnya. Ia menyelipkan tangannya dipunggung Nana sehingga gerakan gadis itu tertahan oleh tangannya.
"Kenapa diem aja? Ayo bilang lagi, bilang mau putus dari aku, Ayo bilang lagi Na, bilang!" Chanyeol berteriak bersamaan dengan klimaks nya dan juga Nana. Chanyeol menyeruakkan wajahnya pada leher Nana dan menggigit-gigit kecil disana.
"Bajingan!" Nana akhirnya bicara.
Chanyeol menyeringai. "Kamu benar. Aku bajingan, tapi kamu juga harus tau kalau kamu gak akan bisa lepas dari bajingan ini."
Kemudian Chanyeol kembali menuntaskan gairahnya sampai puas. Tidak peduli dengan Nana yang berteriak, tidak peduli dengan orang-orang yang mungkin mendengar desahannya dan tidak peduli apapun. Chanyeol bahkan tidak mempedulikan Nana yang pingsan karena kelelahan.
-