Yeol - 06

8.4K 456 47
                                    

Setalah melakukan kegiatan panas kini Nana maupun Chanyeol sama-sama belum mengeluarkan suara. Yang ada hanya hembusan nafas yang saling beradu.

Kini mereka tengah berbaring diranjang Nana yang sangat jauh perbedaannya dengan ranjang milik Chanyeol. Kalau bukan karena Nana, mana mungkin Chanyeol mau tidur diranjang reyot seperti ini.

Nana menjadikan dada bidang Chanyeol sebagai tumpuan kepalanya, dia mengusap-ngusap dada Chanyeol sesekali mengecupnya berkali-kali. Ada rasa bangga tersendiri pada dirinya sendiri saat mengingat kalau Chanyeol adalah miliknya. Pacarnya.

Walau fakta sebenarnya Chanyeol bukan hanya milik Nana.

Juga.. Milik wanita lain. Hanya saja Nana tidak mengetahui nya.

Bukan tidak, tapi belum.

Lagi-lagi Nana menjadi pihak yang memulai pembicaraan. "Kamu masih marah sama aku?" katanya sambil membentuk pola-pola abstrak di dada Chanyeol.

"Kamu menganggap aku sebagai orang lain, Na." Chanyeol kembali topik yang sama. Demi apapun, Chanyeol saat ini benar-benar seperti bocah yang sedang merajuk pada ibunya.

Nana mendesah lelah, "Yeol, maafin aku. Aku ga ada maksud sama sekali ngomong kaya gitu."

"Tapi kamu ngomong gitu, Na."

"Oke. Aku emang salah, puas?"

Chanyeol menatap Nana dalam, sebenarnya dia memang sempat merasa tersinggung dengan kata-kata Nana pada waktu itu. Namun kini sudah tidak lagi, Chanyeol memilih bersikap seperti itu demi menipiskan sedikit rasa takutnya.

Chanyeol takut Nana tau semuanya. Tentang dia dan juga Tifanni. Jika diminta untuk memilih antara Nana atau Tifanni, tentu saja Chanyeol tidak akan pernah bisa memilih satu diantara mereka berdua. Mungkin belum.

Chanyeol mencintai Nana, juga mencintai Tifanni.

Benar-benar egois.

"Yeol?" Suara merdu Nana menyentak lamunan Chanyeol. Ditariknya tubuh Nana kedalam pelukannya. Terasa begitu pas dan nyaman. Chanyeol tidak mau kehilangan Nana. Memikirkannya saja sudah membuat Chanyeol frustasi apalagi jika itu semua terjadi.

"Jangan tinggalin aku Na." lirih Chanyeol seraya mengeratkan pelukannya. "Jangan pernah." lanjutnya.

Nana sedikit terhenyak mendengar ucapan Chanyeol, memangnya siapa yang mau meninggalkan siapa?

"Selama kamu menjaga kepercayaan aku, I'll still with you." Nana membalas pelukan Chanyeol tak kalah erat, "Aku percaya sama kamu, Yeol."

Aku percaya sama kamu...

Mengapa Chanyeol justru semakin merasa takut, dia merasa bersalah dan dilanda rasa takut yang semakin menjadi.

"Yeol,"

"Hmm?"

"Kalo aku hamil, gimana?"

Alih-alih merasa terkejut, Chanyeol justru terkekeh pelan. "Kalo kamu hamil, kita nikah." jawabnya dengan begitu ringan tanpa beban.

"Nikah?"

Chanyeol mengangguk. "Kalo kawin 'kan kita udah sering, ya tinggal nikah." kata Chanyeol dengan sedikit kekehan diakhir kalimatnya.

"Yeol ih!" Nana memukul dada Chanyeol dan menyembunyikan wajahnya disana, kata-kata Chanyeol terlalu frontal sehingga membuatnya merasa malu. Apalagi dengan kondisi mereka yang masih sama-sama telanjang dibalik selimut.

"Jangan banyak gerak, Na." ujar Chanyeol dengan suara serak, pria itu sedang menahan hasratnya untuk menggempur Nana lagi.

"Emang kenapa?" Nana menantang, "Dada kamu bagus, aku suka." kini Nana beralih mengecup dada bidang Chanyeol.

"Na, kamu tau akibatnya kalo kamu ngelakuin itu?" Chanyeol menggeram, dengan gerakan kilat pria itu membalikkan posisinya dan menindih Nana.

"Aye captain!"

Detik berikutnya tubuh mereka kembali menyatu, dalam erangan dan desahan yang membuat mereka lupa akan semuanya. Begitupun dengan ponsel Chanyeol yang kembali berdering dengan nama penelepon yang sama.

-

YeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang