huhu lapak ini sepi sekali, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan disini:( tapi gapapa walaupun gada yg suka sama cerita ini, yg penting eliana suka :p
—
Saat merasa akan sampai, Chanyeol segera melepaskan penyatuan nya dengan Tifanni. Dia tidak mau mengambil resiko jika mengeluarkan nya didalam. Hanya dengan Nana dia berani mengeluarkan nya didalam.
“Chan,”
Merasa dipanggil, Chanyeol pun menoleh kearah Tifanni. Tanpa bicara lagi Chanyeol langsung membawa Tifanni kedalam dekapannya yang hangat. Beberapa kali Chanyeol mengecup kepala wanita itu dengan sayang.
“Kamu masih ragu ya sama aku?”
“Maksudnya?”
“Buktinya kamu masih belum mengeluarkannya didalam.”
Entahlah, dia sendiri pun bingung dengan perasaan nya. Dia mencintai Nana namun masih tidak rela jika Tifanni bersama laki-laki lain. Sejujurnya Chanyeol masih berhubungan dengan Tiffani dibelakang Nana. Nana mengenal Tifanni namun Tifanni tidak mengenal Nana.
Nana hanya sebatas mengetahui kalau Tifanni itu mantan pacar Chanyeol, dia tidak tau kalau ternyata Chanyeol masih memiliki hubungan khusus dengan Tifanni.
Chanyeol mengeratkan pelukannya. “Kita sama-sama belum siap. Jadi, tolong jangan dibahas karena aku gamau kita bertengkar cuma karena masalah sepele kaya gini.”
Aneh. Jika bersama Nana, Chanyeol selalu merasa tenang. Tapi jika sedang bersama Tifanni, justru kebalikan nya. Chanyeol merasa bersalah dan selalu dihantui perasaan takut. Takut Nana mengetahui semuanya dan akhirnya meninggalkannya. Tidak, tidak. Chanyeol tidak akan pernah membiarkan itu semua terjadi.
Bahkan saat sedang berhubungan intim bersama Nana, dia sama sekali tidak merasa ragu dan takut untuk mengeluarkan benihnya didalam. Dia tidak takut kalau Nana hamil, justru dia senang bila hal itu terjadi.
Mengingat Nana, ingatan Chanyeol kembali pada tiga hari yang lalu.
Aku ga betah lama-lama dirumah orang lain.
Orang lain.
Orang lain.
Emosinya kembali tersulut jika mengingat kata-kata Nana. Tanpa sadar Chanyeol meremas pundak terbuka Tiffani dengan keras membuat wanita itu memekik kesakitan.
“Chanyeol sakit! Kamu apa-apaan sih?!”
Chanyeol tidak menggubris ringisan Tiffani. Dia segera bangkit dan memakai kembali pakaiannya. Chanyeol bisa gila jika terus-menerus bertengkar dengan Nana. Persetan dengan Tiffani. Untuk saat ini Nana yang paling penting.
“Aku ada urusan mendadak dan harus cepet-cepet pulang. Kalo ada apa-apa hubungin aku.” Chanyeol langsung pergi setelah mengatakan itu kepada Tiffani.
Chanyeol berubah, Tiffani membatin miris.
—
Chanyeol mengendarai motornya seperti orang kesetanan. Tujuan satu, kafe tempat Nana berkerja. Dia harus menyelesaikan semuanya sebelum dia gila.
“WOY KALO MAU BUNUH DIRI JANGAN DISINI.” teriak salah satu pengguna jalan yang merasa terganggu dengan Chanyeol.
Chanyeol tidak peduli sama sekali.
Saat sudah sampai didepan kafe Nana bekerja, Chanyeol langsung turun dengan tergesa-gesa. Belum sempat kakinya melangkah, matanya sudah disuguhkan pemandangan yang sangat buruk. Nana sedang tertawa bersama laki-laki lain! Chanyeol benci ini, saat Nana tertawa bersama laki-laki lain dan bukan dengan dirinya.
Tangannya mengepal kuat hingga memutihkan, rahangnya mengetat dengan gigi yang bergemelatuk menahan amarah. Niatnya baik, untuk memperbaiki hubungannya bersama Nana tapi justru Nana malah membuat amarahnya semakin meluap.
Chanyeol cukup pintar untuk tidak meluapkan amarahnya disini. Pria itu lantas kembali naik ke motornya. Chanyeol akan memberi Nana hukuman setelah ini dan maka dari itu dia harus mempersiapkan semuanya.
Chanyeol melajukan motornya dan kali ini tujuan nya adalah kontrakan Nana. Dia akan menunggu pacarnya yang nakal itu disana, dan tentu saja akan menghukum nya.
Nana, wait your punishment.
—