Nana mengernyit saat memasuki kontrakan nya, terdapat suara gemercik air dari dalam kamar mandi. Pertanda ada orang didalam sana. Nana meraih sapu ijuk untuk berjaga-jaga dan mulai berjalan mendekati kamar mandi dengan perlahan.
Mungkinkah itu maling? Ah, tapi mana mungkin. Lagian kalaupun itu maling, apa yang mau maling itu bawa dari kontrakannya? Dikontrakan nya hanya ada perabotan dapur, satu televisi yang sudah berusia tua dan itupun Nana diberi oleh temannya dua tahun lalu.
Selebihnya tidak ada yang berharga lagi.
Ceklek.
Baru saja Nana akan melayangkan sapunya kearah orang itu, tapi ternyata, Astaga! Orang yang ia kira maling itu ternyata Chanyeol! Pria itu tampak segar sehabis mandi. Rambutnya basah membuat nilai ketampanan nya semakin bertambah, belum lagi tubuhnya yang hanya dibalut handuk yang melilit pinggangnya, sehingga perutnya yang terdapat.. emh, sekitar enam kotak-kotak terpampang jelas dihadapannya.
“Y--yeol?” ujar Nana terbata-bata saat Chanyeol mulai mendekatinya dengan wajah dingin dan tatapan menusuk. Nana mencengkram erat sapu yang ada ditangannya, biasanya jika sudah seperti ini, Chanyeol sedang marah.
Semakin dekat, dan dalam satu kali hentakan Chanyeol menarik tubuh Nana sehingga menempel dengannya. Nana dapat merasakan deru nafas Chanyeol yang menggebu-gebu, tangannya pria itu mencengkram kuat pinggang Nana sehingga menimbulkan rasa sakit disana.
“Yeol... kamu ke--hmmppptt,”
Chanyeol mencium Nana kasar, lidahnya menerobos masuk kedalam sehingga ucapan Nana tertelan oleh ciuman nya. Tangannya mulai menelusuri tubuh bagian belakang Nana dan berhenti pada bongkahan padat milik pacarnya itu.
Seiring dengan gerakan lidahnya yang semakin brutal, Chanyeol meremas bokong Nana kuat dan sesekali melayangkan pukulan disana. Chanyeol seolah kehilangan kendalinya, dia marah. Sangat marah.
Chanyeol melepaskan tautan bibirnya saat Nana memukuli dadanya. Pria itu menatap Nana dengan kabut gairah yang begitu kentara, belum genap sepuluh detik, Chanyeol kembali menyatukan bibir mereka. Melumat bibir Nana dengan lebih kasar dan brutal.
Chanyeol mengangkat tubuh Nana dan membawanya ke kursi kayu yang ada didepan tv, sementara Nana dengan sigap mengalungkan tangannya dileher Chanyeol. Satu yang harus diketahui, jangan menolak apapun keinginan Chanyeol jika dia sedang marah.
Walaupun tidak tau pasti apa penyebab kemarahan Chanyeol saat ini, namun Nana berusaha untuk tidak membuat pria itu semakin marah dengan menyeimbangi ciumannya yang begitu kasar.
Setelah sekitar lebih dari lima menit sibuk saling membelit lidah satu sama lain, Chanyeol melepaskan bibirnya. Nana tersenyum tipis dan mengelus rahang Chanyeol lembut.
Nana merapatkan tubuhnya sehingga bisa merasakan milik Chanyeol yang sudah tegang dibalik handuk miliknya yang saat ini sedang dipakai oleh Chanyeol.
“Kamu kenapa?” tanya Nana hati-hati, tidak peduli dengan bajunya yang ikut basah karena bersentuhan dengan dada telanjang Chanyeol yang masih basah.
Lambat laun wajah Chanyeol mulai tenang, tangannya memeluk pinggang Nana dengan posesif. Sebelum menjawab, Chanyeol kembali melumat bibir Nana. Kali ini lebih lembut dan penuh perasaan.
“Siapa pria yang tadi di kafe tempat kamu kerja?”
“Pria?” Nana tampak berfikir, “Maksud kamu Julian?”
Chanyeol mengeraskan rahangnya namun buru-buru Nana mengelus nya dan mengecup sekitaran rahang pria itu berkali-kali, “Dia anak pemilik kafe tempat aku kerja, tadi kita cuma ngomongin cewek yang dia suka. Ga lebih.” ujar Nana dengan lembut.
“Bohong.” tuduh Chanyeol dengan mata memicing. Nana meringis saat merasakan Chanyeol mencengkram pinggangnya cukup kuat.
“Aku ga bohong, Yeol. Kamu tanya aja sendiri ke orangnya.”
“Kalian ketawa bareng. Itu apa?”
“Ya, itu cuma ketawa--”
“Aku gasuka liatnya.” potong Chanyeol cepat, lebih terdengar seperti seorang anak yang sedang merajuk.
Nana tersenyum penuh arti, Chanyeol-nya ternyata sedang cemburu. Kemudian wanita itu menggerakan tubuhnya tepat pada milik Chanyeol yang sudah mengeras.
“Dasar stalker! Kalau mau ngintip tuh usahakan jangan setengah-setengah, liat sampe abis. Akibat nya kaya kamu sekarang, salah paham. Eh, bukan salah paham sih. Lebih ke.. Cemburu.” kekeh Nana, dia semakin gencar menggerakkan tubuhnya.
Chanyeol mendesis, bisa-bisanya Nana mempermainkan nya. Chanyeol melepaskan handuk yang ia pakai dan mengangkat tubuh Nana untuk menyingkapkan rok yang Nana kenakan kemudian menurunkan celana dalam Nana dan memasukkan miliknya kedalam.
Nana menggigit bibirnya, menahan desahan.
“Bergerak Na.” ujar Chanyeol serak dengan nada memerintah.
Tidak ada pilihan lain selain menuruti kemauan Chanyeol. Nana menggerakkan tubuhnya. Untuk meredam kemarahan Chanyeol, mereka pun bercinta berkali-kali sampai Chanyeol puas.
Chanyeol bahkan tidak peduli dengan ponsel nya yang terus berdering pertanda ada yang menghubunginya. Dia tidak peduli dengan apapun untuk saat ini kecuali Nana.
Tifanni, nama yang daritadi tertera didalam ponselnya yang terus berdering.
-
itu sapu yang tadi dipegang nana, kemana ya?
Julian.