Be thine own palace, or the world's thy jail
dari kumpulan puisi John Donne, yang artinya:
kita semua menciptakan penjara untuk diri kita sendiri di dalam pikiran kita
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kau harus menjelaskan ini kepada mereka, Penelope. Atau kau terjebak menikah denganku."
Penelope menelan ludah.
Vincent menghela nafas. Penelope tidak bergerak di tempatnya. Wajah gadis itu sepucat kertas putih. Wajar, sebenarnya, mengingat selama ini reputasi Penelope tak terbantahkan. Gadis itu punya perilaku tak bercela, semua orang yang dikenal Vincent pasti memuji pembawaan Penelope yang selalu sopan dan baik hati.
Hanya saja, gadis baik hati ini sudah terlalu lama diam dan Vincent sudah mulai jengah melihat tatapan para wanita penggosip di depan mereka. Hidung mereka sudah keburu mencium gossip panas. Pasti sangat menarik menggosipkan seorang gadis yang sebelumnya selalu berperilaku tak bercela.
"Apa yang terjadi?" Victor muncul di belakang Lady Turnbull. Matanya bolak-balik menatap ke arah Penelope dan kakaknya, juga Lady Turnbull. Pipi pria itu agak merah, tetapi langkahnya masih mantap. Ia menyerahkan gelas ke tangan Penelope dan memiringkan kepala dengan bingung. "Aku baru meninggalkanmu sebentar. Apa yang terjadi?"
"I-ini sebenarnya tidak seperti itu!" Tepat di saat Vincent hampir mengguncang bahu Penelope keras-keras karena gadis itu tampak kehabisan suara, Penelope tiba-tiba bersuara dan tampak panik. "A-aku hanya tersangkut di sulur tanaman dan Lord Answorth dengan baik hari berusaha membantuku."
Lady Turnbull berdecak tidak puas. Wanita di samping mereka terlihat cukup mempercayai Penelope. Mungkin ada untungnya punya reputasi tak bercela, pikir Vincent, perlahan-lahan merasa ketegangan yang menghimpit dadanya mulai mengendur.
"Apakah gaunmu robek, My Lady?" Victor dengan polos memandang cemas ke arah Penelope. "Kau mau aku memanggilkan pengurus keretamu?"
"Kalian terlihat sedang berciuman."
Penelope meringis. Ia memang setengah mati mengupayakan supaya mereka terlihat seperti itu! Hanya saja, tidak dengan Vincent! Dan kalau dipikir-pikir, suara mereka agak berbeda. Suara Vincent terdengar lebih dalam, lebih berat. Pipi Penelope memanas.
"Wajahmu merah, Lady Penelope. Kau yakin kau tidak melakukan apapun?"
Vincent mengerang. Penelope yang lugu! Mungkin Vincent adalah pria pertama yang berusaha mengintip ke balik punggungnya! Tak tahan, Vincent menghela nafas.
Victor tersenyum manis ke arah Lady Turnbull, sedikit banyak melunakkan perasaan wanita paruh baya itu. "Kurasa ini murni kesalahpahaman, My Lady. Seperti yang kalian semua tahu, aku dan kakakku pernah bertetangga lama dengan Lady Penelope sebelum ayahnya mewarisi gelar baron. Kurasa sedikit pertolongan dengan sulur tanaman bukan hal yang luar biasa. Lagipula, ini pertama kalinya mereka terlihat mencurigakan. Reputasi lady Penelope selama ini tak terbantahkan. Kurasa satu kesalahan tidak bisa dijadikan patokan untuk menuduhnya, bukan?"
Penelope melemparkan senyuman berterimakasih kea rah Victor. Victor membalas dengan satu kedipan sekilas. Semua itu tak luput dari observasi Vincent.
Penelope lebih dekat dengan Victor daripada dirinya, semua itu fakta yang sudah jelas. Well, dulu mereka pernah dekat, tetapi setelah gelar sialan itu jatuh ke bahunya, Vincent tidak punya pilihan selain menolak ajakan bermain dan berkuda dari gadis kecil berkepang yang dulu senantiasa mengikutinya kemana-mana.

BINABASA MO ANG
The Baron's Daughter [END]
Ficção HistóricaMiss Penelope Stratton terkenal sebagai si gadis baik hati, bukannya si cantik, si menawan, atau si primadona Season. Wajar setelah tiga season berturut-turut, Penelope tidak pernah mendapatkan lamaran yang pantas dari pria yang cukup baik di mata a...