Since you would have none of me, I bury some of you
Dari kumpulan puisi John Donne yang artinya:
Karena kau tidak memiliki apapun dariku, akupun menguburkan beberapa tentangmu-------------------------------------
“Tolong ambilkan aku segelas sampanye lagi, juga wiski…”
Kepala pelayannya mohon diri dengan sopan, tidak mempertanyakan apapun. Sudah sejak lama Vincent tidak minum dengan kalap seperti sekarang. Ia hanya perlu sesuatu untuk… mencegah otaknya berpikir terus menerus. Sekarang pelipisnya sudah mulai berdenyut menyakitkan.
Atau mungkin.. pikir Vincent sambil menyentuh dadanya.. yang terasa sakit bukan kepalanya, tetapi hatinya. Karena semuanya terasa tidak benar. Seolah Vincent hampir nyaris menggenggam kebahagiaan lalu tiba-tiba semuanya lenyap. Ia harus merenungkan kesalahannya dan menyadari bahwa apa yang ia inginkan untuk menjadi miliknya ternyata bukan… haknya sama sekali.
“Aku sebenarnya tidak menyangka gossip istriku akan terwujud. Pelayan istriku mendengar bahwa putri Baroness Lampson bermaksud menjebak Victor Answorth…”
Beberapa kali pun Vincent memutar ulang kejadian yang terjadi pada malam itu, gerak-gerik aneh Penelope, juga kejadian sebelumnya di balkon… semuanya terlalu pas.
Kenyataan ini menyakitkan, membuat Vincent menggertakkan gigi gelisah, beberapa kali tangannya naik untuk mengacak rambut dengan gusar.
Jadi dia secara tidak sengaja telah mengacaukan semua rencana Penelope.
Memalukan.
Oh, bukan, mungkin hanya… terlalu percaya diri.
Vincent merutuk lagi.
Jadi sebenarnya ia secara kebetulan berada di tempat yang salah, dan dengan hebat mengacaukan semua rencana yang disusun rapi oleh Penelope untuk menjebak pujaan hatinya, Victor Answorth, adiknya.
Sebuah gelar sebagai istri dari seorang Marquis sama sekali tidak penting di mata Penelope. Gadisnya bahkan bermaksud menikahi adiknya, Victor, putra kedua yang tidak kaya, juga tidak bergelar. Oh, rasa sakit kembali menghantam dada Vincent. Sedalam apa perasaan Penelope pada Victor sampai hal semacam gelar dan kekayaan sama sekali tidak penting di matanya? Bukankah kalau begini, kepercayaan diri yang sebelumnya sempat Vincent rasakan saat mendengar pujian Penelope, mengira-ngira bahwa dirinya akan berhasil meminang wanita yang sejak lama disukainya ternyata hanyalah angan palsu belaka? Vincent bukannya memulai dari nol, tetapi dari minus, karena ia bisa mendapatkan kesempatan untuk mendekati Penelope setelah dengan tidak sengaja menghancurkan reputasi gadisnya dan mencegahnya menikah dengan pria yang benar-benar diinginkannya.
Dan pahitnya lagi, pikir Vincent sendu, adalah pria itu bukan dirinya.
Kepala pelayan masuk membawa baki dan gelas-gelas kristal berisi wiski dan sampanye. Vincent melihat sampanye dan dengan bodohnya teringat Penelope lagi. Wajah gadis itu saat mabuk terlihat menggemaskan, dengan alis bertaut bingung dan pipi kemerahan.
Vincent menyugar rambut dan meneguk sampanyenya sampai habis. Sialan, dia mencintai Penelope. Sudah sejak lama. Ini bukan perasaan sesaat yang dalam satu dua hari. Ini perasaan yang lama ia diamkan, ia kubur dalam-dalam sembari mengamati bagaimana gadis itu bertumbuh besar dan semakin menjauh darinya.
Ini perasaan yang lebih dalam daripada sekadar mengidamkan kehidupan selamanya Bersama gadis itu. Ini perasaan dimana ia ingin memeluk Penelope kuat-kuat, mengatakan kepadanya bahwa ia cantik, mencium keningnya lembut, dan meninju semua pria yang pernah melukai hati gadis itu.
Dan Vincent pun memilih untuk melakukan satu hal yang bisa ia lakukan untuk Penelope-nya. Agar gadis itu bisa bahagia dengan pilihannya. Menjauh dan pergi dari kehidupan Penelope.-000-
Gossip menyebar cepat. Kata orang, lebih cepat daripada kobaran api yang membakar hutan. Cerita tentang apa yang terjadi di White’s club sampai ke telinga Victor.
Dengan cerdas Victor memilih untuk menutup mulut. Kakaknya sulit ditemui, dan terakhir kali ketika pergi ke sana, Kepala Pelayan mengatakan bahwa Marquis of Anglesey menolak untuk ditemui. Melihat apa yang terjadi, Victor kurang lebih bisa menebak alasannya. Ia bukannya menjadi adik dari seorang Vincent selama beberapa hari. Sekalipun mereka tidak terlalu dekat, Victor tumbuh dengan meneladani kakaknya dan mengamati perilakunya.
Tidak sulit sebenarnya, bagi mereka yang dekat dengan Vincent, untuk menebak suasana hatinya. Karena itu, Victor tahu betapa obrolan yang dianggap remeh oleh para pria kurang ajar itu pasti telah menyakiti hati kakaknya.
Vincent boleh terlihat kuat dan dingin, tetapi di balik topeng dinginnya, ada hati yang melankolis dan sensitive. Sekali pandang ke caranya menatap Penelope, semua yang dekat dengannya akan tahu betapa ia memuja gadis itu.
Siapapun akan patah hati kalau mendengar pujaan hatinya tidak berniat menikah dengannya, tetapi adiknya.
Victor menghela nafas. Ia pun memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Penelope. Mungkin ini saatnya ia bersikap jujur dan terbuka pada gadis yang telah dikenalnya sejak masih kanak-kanak itu.-000-
Ketika kedatangannya diumumkan di kediaman Baron Lampson, Victor tersenyum lega ketika Penelope tidak membiarkannya menunggu lama. Gadis itu memandangnya penasaran, dan dari cara matanya menatap bingung, Victor tahu bahwa Penelope juga mencemaskan keadaan Vincent.
“Victor, sungguh sebuah kejutan. Aku tidak pernah menyangka kau akan datang kemari dan mengunjungiku.”
Victor tersenyum. “Apakah kakakku datang kemari akhir-akhir ini?”
Penelope menggeleng lemah, gadis itu tersenyum dan berusaha menyembunyikan kekecewaanya, “Mungkin akhirnya Vincent menyadari kesalahannya dan bermaksud untuk membatalkan pertunangan kami. Dia sudah sebulan terakhir tidak mengunjungiku. Aku rasa mungkin… kalau bukan itu… mungkin aku sudah membuatnya bosan.”
Victor menggeleng. Rupanya Penelope belum mendengar gosipnya.
“Tidak apa kalau kau, setidaknya, bersikap jujur padaku, Victor. Aku tahu, dengan kedudukan sepenting kakakmu, ada begitu banyak wanita cantik dan terpelajar, yang jauh lebih baik dariku yang bisa ia dapatkan. Sejujurnya aku juga sama sekali tidak berani bermimpi menikah dengan seorang Marquis.”
“Lalu bagaimana dengan putra kedua yang sama sekali tidak bergelar sepertiku, Pennie? Apakah kau mau menikah denganku?”
Penelope menutup mulutnya kaget. Ia sama sekali tidak menduga Victor dengan mudahnya melontarkan lamaran seperti sebuah candaan sambil lalu.
Penelope tersenyum canggung, “K-kau tahu bahwa aku menyukaimu, Victor, tapi…”
Victor tersenyum. “Bagaimana kalau kita bicara di taman luar, Pennie? Aku tidak ingin ada yang menguping…”-000-
“Karena aku ingin kau bersikap jujur padaku, Pennie… aku juga akan mengawali pembicaraan ini dengan kejujuran. Aku harap kau tidak sakit hati kepadaku.”
Penelope mengangguk kecil.
“Aku harap kau tidak kesal, Pennie. Tapi aku sebenarnya tahu bahwa kau sudah dua kali ingin menjebakku untuk terlihat dalam kondisi mencurigakan sehingga terpaksa menikahimu. Pertama di balkon, kedua malam itu.”
Paras Penelope memucat. Ia sama sekali tidak menduga bahwa semua rencananya ternyata diketahui oleh Victor. Entah mengapa, mendengarkan secara langsung rencana yang telah disusunnya dijabarkan dengan gamblang seperti ini membuat Penelope merasa rendah dan memalukan.
“aku minta maaf, Victor. Aku sungguh picik, bukan? Oh, bagaimana mungkin kau masih mau berteman denganku? Setelah mendengarnya aku sungguh merasa tidak pantas bertemu muka dengan Keluarga Answorth lagi.”
Victor tersenyum. “Jangan salah paham, Pennie. Aku sungguh menyukaimu. Kalau saja keadaannya berbeda, kalau saja aku bukan seorang pria tanpa gelar yang sama sekali tidak kaya, kalau saja aku seperti kakakku… aku sudah maju paling depan untuk membuat skandal denganmu. Tetapi kau tahu bukan, kenyaataannya tidak demikian.”
Penelope mengangguk. Victor tersenyum, tetapi suaranya bergetar saat meneruskan.
“Dan kau cinta pertamaku, Pennie bodoh, jadi sebenarnya aku tidak semudah itu menyerahkanmu pada kakakku. Berulang kali aku menyesalinya, tapi aku tahu benar bagaimana perasaann kakakku padamu, jadi aku berusaha keras meyakinkan diriku bahwa apa yang kulakukan benar.”
Penelope mengangguk, matanya mulai terasa panas. Victor tersenyum sendu dan maju untuk menggenggam tangan Penelope. “Akulah yang sengaja membiarkan kakakku yang lambat dan pasif itu untuk menghampirimu di balkon, aku juga sengaja membiarkannya memungut kertasku yang jatuh. Kau tahu, aku bisa saja malam itu tetap datang untuk menciummu dan merebutmu. Tetapi aku tidak melakukannya. Kenapa? Aku tahu kau akan lebih bahagia dengannya.”
Penelope menggigit bibirnya supaya airmatanya tidak jatuh. “Kau bersikap tidak adil… Victor…” tangis gadis itu.
Victor tertawa. Pilu. Matanya juga berkaca-kaca. “dan sekarang si bodoh itu mengurung diri di rumah, mengutuki dirinya karena mengira ia sudah menghancurkan kesempatan kita berdua untuk menikah. Karena seseorang tolol memberitahukan kepadanya bahwa sebenarnya akulah targetmu.”
Penelope menatap kaget ke mata Victor yang tegas. “Karena itu, aku mau kau menemuinya, bicara dengannya, kalau perlu, guncang tubuhnya, katakan bahwa dia salah, Pennie.”
“T-tapi…”
“Pennie…” Victor berujar dengan sabar, “Ketika aku melamarmu tadi, siapa yang mendadak muncul di benakmu? Apakah itu aku, kita, dengan calon anak-anak kita?”
Mata Penelope memanas lagi. Ia pun menggeleng. Victor tersenyum muram dan memeluk Penelope. “ini untuk terakhir kalinya… ijinkan aku…”
Penelope mendengar Victor menghela nafas Panjang. “kalau pria yang kau bayangkan itu bukan aku…. Kalau pria yang mendadak muncul di benakmu adalah kakakku… bukankah kau sebaiknya juga jujur pada hatimu, Pennie? Siapa pria yang sebenarnya sudah berhasil mengambil hatimu?”
Penelope tidak menjawab, hanya terisak. Dan untuk beberapa saat lamanya, ia membalas pelukan Victor, dalam diam melepas pergi cinta pertamanya.>> to be continued
Nb: maaf banget yaa uda banyak yang nagihin tapi aku sama sekali ga sempet buka laptop rumah.. semenjak balik kantor lama dan balik jd budak korporat yang seringan pulang di atas jam 10 malam or even menjelang pagi, ini wattpad sama sekali ga kepegang. Maaf buat yang nunggu lama dan makasi buat yang masih kangen dan betah nungguin plus nagihin aku.
Love yaa
PJ
![](https://img.wattpad.com/cover/148466538-288-k372650.jpg)
BINABASA MO ANG
The Baron's Daughter [END]
Historical FictionMiss Penelope Stratton terkenal sebagai si gadis baik hati, bukannya si cantik, si menawan, atau si primadona Season. Wajar setelah tiga season berturut-turut, Penelope tidak pernah mendapatkan lamaran yang pantas dari pria yang cukup baik di mata a...