Bulan & Hujan

49 23 2
                                    

Sepulang sekolah hari ini, BIMBEL Pak Mulya dimulai. Dinaungi redupnya warna langit, penjelasan Pak Mulya mulai dicerna oleh para muridnya.

"Yah pak, lampunya mati." Pak Mulya pun langsung berhenti menjelaskan.

"Sepertinya sedang mati listrik, yauda diluar juga hujan mulai turun jadi BIMBEL hari ini cukup sampai disini ya, Wassalamu'alaikum. "

"Wa'alaikumsalam. " Jawab murid serentak.

"Bulan kamu pulang sama siapa? " tanya Candra.

"Gak tau nih, kayanya supir ku gak bisa jemput, mana diluar hujan lagi. "

"Pulang bareng aku aja, yuk. Supir aku jemput di Halte depan. "

"Takut ngerepotin, gak usah deh."

"Gak apa-apa, daripada kamu kehujanan."
"Yaudah, iya."

Di halte, Candra dan Bulan lebih banyak diam. Bulan sedang sibuk menghangatkan diri, sedangkan Candra sedang membuka telapak tangannya menampung air hujan dari ujung atap Halte yang jatuh kebawah.

"Kamu ngapain sih disitu? Pake main air segala kamu, can."

"Aku suka hujan, lan. Cobain deh sini, seru tau."

"Kaya anak kecil kamu can."
"Cobain dulu makanya." Akhirnya Bulan pun mencoba hal yang dilakukan Candra dan melihat senyum diwajah Bulan. Candra pun berkata.

"Hujan tuh hebat ya, dia tetap kembali meski tau sakitnya jatuh berkali-kali."

"Can, ternyata bener ya. Kita tuh gak boleh menilai sesuatu sebelum kita mencobanya." Candra pun menoleh ke arah Bulan.

"Memangnya kenapa?"

"Iya, buktinya sekarang. Kamu dan hujan, aku kira sesuatu yang hanya membuat ku sakit. Tapi, ternyata nggak."

"Makanya jangan nilai orang dari covernya, ciki aja bungkusnya doang yang gede, dalemnya mah tetep aja sedikit."

"Iya, Pak Bos."

"Hahaha, bisa aja kamu. Yuk, jemputan ku udah dateng."

"Ayok."

Selama diperjalanan mereka berdua saling terdiam dan sibuk memandangi jalanan ditemani lagu Sheila On 7.

"Makasih ya can. Udah mau nganterin aku sampai kerumah."

"Sama-sama Rembulan."

Bulan pun langsung masuk kedalam rumah, karena hujan sangat lebat.

******

"Assalamu'alaikum, ma."

"Wa'alaikumsalam, kamu dianter Candra ya?"

"Iya, kok Mama tau?"

"Tadi Mama ngintip dari jendela, hehe."

"Mama ada-ada aja sih, pake ngintip segala."

"Yaudah, sana ganti baju."

"Siap Kapten Mama."

Bulan langsung menuju kamarnya, seusai ganti baju. Bulan termenung sambil duduk ditempat tidurnya. Tentang sikap Candra, sebenarnya Candra punya maksud dan tujuan apa terhadapnya. Kenapa dia baik banget sama Bulan. Bukan maksud berburuk sangka tapi, dari tatapan mata Candra seolah menyiratkan sesuatu yang sangat ia sembuyikan dari Bulan. Tapi, apapun itu Bulan sangat berharap Candra takkan sementara. Karena jauh didalam lubuk hati Bulan, ia sangat senang akan hadirnya Candra dikehidupannya. Pandangan Bulan pun teralihkan menuju buku diary dihadapannya, ia mengambilnya lantas mulai menulis kata demi kata.

Tolong jangan katakan.
Perihal harapan yang berakhir ditelan kenyataan.
Tolong jangan hadirkan.
Perihal kenyamanan dalam ketidakpastian.
Semoga takkan pupus apa yang ku semogakan.
Semoga takkan terhapus segala apa yang ku impikan.
Aku harap semua ini takkan tumbang.
Seperti lampau yang memilih menyerah dan menghilang.
Sebab tak perlu kau ragukan
Betapa sakitnya ditinggal tanpa alasan.
Maka tolong
Jangan biarkan aku terlena dalam zona ketidakpastian.

Bulan pun menutup buku diarynya, sambil memejamkan matanya dia berharap. Semoga takkan ada penyesalan dengan apa yang kini ia sedang rasakan.

******

TBC

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang