Chapter 3

2 0 0
                                    

"Pagi Aletha." sapa seorang suster Nia tepat setelah aku membuka mataku.

"Bagaimana kondisimu saat ini?" Dengan senyum manisnya, ia mencoba memperhatikan raut wajahku yang pucat, kemudian beralih menatap mataku.

Saat aku menatap matanya kembali aku melihat sesuatu. Bayi mungil lucu yang sangat menggemaskan terbujur kaku disusul suara isakan yang keras. Suara raungan disertai tangan yang mencoba untuk menggapai bayi yang terbujur kaku tersebut dan diakhiri teriakan yang sangat memilukan "anakku." Saat inilah aku menyadari bahwa terjadi sesuatu yang aneh pada diriku.

"Aletha? Ada apa? Apakah kepalamu masih sakit?" Tanya suster Nia khawatir karena mendapatiku yang sedang termenung sembari menatap matanya.

"Aletha?" Panggilnya sembari menepuk pundak ku dan menyadarkanku dari lamunan.

"Ya?"

"Apa kau baik baik saja?" Tanyanya kembali memastikan bahwa aku baik baik saja.

"Ah ya, aku baik baik saja."

"Baiklah, aku akan menaruh obatnya disini. Diminum setelah makan ya." Ucapnya sembari meletakkan obat tersebut di atas meja.

Apa yang terjadi padaku? Apa ini? Apa mataku sudah tidak normal? Bagaimana menjelaskan ini kepada nenek dan dokter? Aku takut, mereka akan menganggapku gila jika aku mengatakan yang terjadi padaku.

Setelah suster Nia menyelesaikan tugasnya, ia pun segara keluar dari ruangan. Sedangkan aku, aku masih terdiam bertanya tanya dengan apa yang terjadi padaku. Aku tidak bisa menemukan jawaban yang pasti, ini semua di luar logika ku. Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan selanjutnya.

"Letha, luka di wajahmu masih terasa sakit?" Tanya nenek memasuki ruanganku sembari membawa parsel berisi buah buahan segar. Nenek meletakkannya dengan hati hati di atas meja.

"Tidak nek, aku baik baik saja." Jawabku yang sedang terduduk memperhatikan nenek. Nenek berjalan ke arahku kemudian duduk di sampingku.

"Jika kamu sudah merasa baikan, dua Minggu lagi kamu sudah boleh pulang. Dokter bilang keadaanmu sudah cukup membaik. Tapi dikarenakan kamu habis bangun dari koma selama dua bulan, kamu harus melakukan rehabilitasi terlebih dahulu." Ucap nenek membelai lembut rambutku menggunakan jari jarinya yang lentik. Aku cukup senang mendengarnya, kemudian aku teringat dengan keluarga kecil ku. Aku sangat ingin melihat keadaan mereka.

"Nek? Bagaimana dengan mama, papa, dan kak Leon? Apa aku sudah bisa melihatnya?" Tanyaku yang sudah tidak sabar ingin melihat mereka.

"Tentu saja, setelah kamu keluar dari rumah sakit nenek akan mengantarkan mu." Ucapnya dengan mata yang sayu. Aku sangat senang, tapi mengapa hati kecilku ingin menangis? Hatiku merasa ada yang tidak beres dengan tatapan nenek. Sebenarnya, apa yang telah terjadi?

"Letha," panggil nenek.

"Ya?"

"Kamu akan tinggal dengan nenek, apa kamu mau hidup sederhana bersama nenek?" Tanya nya khawatir.

"Apa maksud mu? Tentu saja aku senang tinggal dengan nenek." Ucapku menampilkan senyuman terbaik untuknya. Melihatku tersenyum, nenek ikut tersenyum dengan tatapan yang hangat.

"Oh iya, nenek juga sudah mengurus tentang sekolahmu, membeli seragam dan perlengkapan sekolahmu. Kamu tidak perlu khawatir bagaimana kedepannya, kamu hanya perlu pergi ke sekolah barumu dan mengurus sisanya. Kamu mengerti kan?" Jelas nenek.

"Benarkah? Terimakasih nek, kapan aku akan pergi ke sekolah baruku?" Tanyaku.

"Setelah keluar dari rumah sakit, kamu sebaiknya istirahat dulu di rumah. Mungkin tiga Minggu selanjutnya kamu boleh pergi ke sekolah barumu." Jawab nenek pelan.

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang